KOMPAS.com - Regional |
Pesawat Hujan Buatan Siap Terbang Posted: 08 Sep 2011 08:37 AM PDT Kabut Asap Pesawat Hujan Buatan Siap Terbang Ichwan Susanto | Marcus Suprihadi | Kamis, 8 September 2011 | 15:37 WIB JAKARTA, KOMPAS.com- Tiga pesawat Cassa 212-200 yang akan digunakan untuk operasi pemadaman kebakaran hutan dan lahan telah siap diberangkatkan. Ketiganya, Kamis (8/9/2011) sore ini, bernomor PK-TLE, PK-TLH, dan PK-TLF sudah diparkir di area base operasi Lapangan Udara TNI Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta. Menurut rencana, sore ini Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono akan melepas para petugas pemadaman. Petugas rencananya memulai tugas pertama ke Pekanbaru Riau, Sumatera Selatan, lalu ke Kalimantan Tengah. "Kami mendapat tugas selama sebulan," ujar seorang petugas. Ketiga pesawat itu milik Badan Penerapan Dan Pengkajian Teknologi (BPPT) yang dikelola operasionalnya oleh PT Nusantara Buana Air. Pesawat ini biasa melayani penumpang di Sumatera, Kalimantan, dan Maluku. Bagian dalam kabin pesawat, dari 18 kursi penumpang hanya disisakan 6 kursi. Ruang digunakan untuk logistik garam dan lainnya untuk Bahan penyemaian hujan buatan. Di bagian bawah pesawat, dimodifikasi dengan saluran pembuangan garam berwarna oranye. |
Posted: 08 Sep 2011 08:33 AM PDT PAREPARE, KOMPAS.com - Kemarau panjang yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, juga berdampak di Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Dalam beberapa pekan terakhir, warga kesulitan mendapatkan air bersih. Kalaupun ada, pasokan air yang mereka terima dari Perusahaan Daerah Air Minum Kota Parepare, melalui keran-keran air di rumah mereka, sering tercampur lumpur dan berwarna kemerahan. Kalau sudah begitu, warga terpaksa membeli air ke pihak swasta. "Ini sudah berapa pekan ini kami tidak dapat air dan terpaksa beli," kata Tati, warga perumahan Sao Lapadde Parepare, kepada Kompas.com, Kamis (8/9/2011). Lain lagi dengan Masna, warga Jalan Ganggawa Parepare yang mengaku sudah sebulan mengalami kekurangan air. Ia mengaku harus membeli air galon atau mengambil air di rumah kerabatnya yang memiliki sumur bor. "Jika keran airnya di putar, bukan air yang keluar, melainkan angin " katanya. Secara terpisah, Direktur PDAM Parepare Fachruddin Umar mengakui keterbatasan pasokan air bersih yang bisa disalurkan ke pelanggan-pelanggan konsumen PDAM Parepare. Fachruddin mengaku untuk saat ini pihaknya tak bisa memberi pelayanan optimal kepada warga. "Penurunan debit air pasokan PDAM terus mengalami penurunan. Ini penyebab utama tidak maksimalnya distribusi air bersih ke rumah-rumah warga. Tak banyak yang bisa kami lakukan untuk mengatisipasi ganggunan tersebut," katanya. Pasokan air bersih yang didistrbusikan PDAM ke rumah-rumah warga yang mencapai 16.500 pelanggan, kata Fachruddin, PDAM mengambil sumber air utama dari Sungai Karajae. Namun seiring menurunnya debit air sungai hingga 50 persen, praktis maksimalisasi pelayanan air bersih ke rumah-rumah warga ikut terganggu. Sementara, empat sumur bor yang juga digunakan untuk melayani pelanggan di wilayah perkotaan Parepare, ikut mengalami penyusutan sampai 20 persen. "Kondisi ini diperparah dengan kerusakan pompa distribusi. Instalasi pengolahan air bersih yang sebelumnya menggunakan dua pompa, kini hanya menggunakan satu pompa dengan waktu operasi 16 jam dari sebelumnya 24 jam," paparnya. Solusi sementara yang bisa dilakukan PDAM Parepare adalah menggunakan mobil tangki. Itu pun dalam jumlah yang terbatas. Di mana PDAM Parepare hanya memiliki 3 unit mobil tangki air, sementara jumlah permintaan air bersih setiap harinya mencapai 30 tangki. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Regional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan