KOMPAS.com - Nasional |
10 Jenderal TNI Terima Bintang Dharma Posted: 30 Sep 2011 10:29 AM PDT Penghargaan 10 Jenderal TNI Terima Bintang Dharma Iwan Santosa | Nasru Alam Aziz | Sabtu, 1 Oktober 2011 | 00:02 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menyematkan tanda kehormatan Bintang Dharma kepada sepuluh jenderal TNI yang diwakili oleh Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo (Kepala Staf TNI Angkatan Darat) dalam upacara militer di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat (30/9/2011). Adapun kesembilan jenderal lainnya adalah Letjen TNI (Purn) Rasyid Qurnuen Aquary (perwira tinggi Mabes TNI AD), Letjen TNI (Purn) Muhamad Noer Muis (perwira tinggi Mabes TNI AD), Letjen TNI Hotmangaradja Pandjaitan (Sekretaris Menteri Kooordinator Politik dan Keamanan), Letjen TNI Budiman (Wakil KSAD), Laksdya TNI Gunadi, MDA (Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan), Laksdya TNI Marsetio (Wakil KSAL), Letjen TNI (Mar/Purn) Nono Sampono (perwira tinggi Mabes AL), Marsdya TNI Eris Herryanto (Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan), dan Marsdya TNI Rio Mendung Thalieb (perwira tinggi Mabes TNI). Penganugerahan tersebut diberikan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44/TK/Tahun 2011 tanggal 21 Juni 2011 sebagai bentuk penghargaan atas jasa bakti dengan melebihi dan melampaui panggilan kewajiban dalam pelaksanaan tugas sehingga memberikan keuntungan luar biasa untuk kemajuan TNI. Penganugerahan tanda kehormatan tersebut dinilai penting untuk menumbuhkan kebanggaan, sikap keteladanan, semangat kejuangan, dan motivasi untuk meningkatkan dharma bakti kepada bangsa dan negara. |
Perubahan Gaya SBY Tak Akan Efektif Posted: 30 Sep 2011 06:18 AM PDT JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo, meragukan perubahan gaya kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam tiga tahun ke depan, akan efektif membawa negeri ini ke arah lebih baik. Bambang justru menilai hal itu lebih sebagai permainan kata-kata, agar terlihat gagah dan konseptual. "Tuntutan rakyat kepada Presiden SBY dan Boediono sangat sederhana, memberi bukti, bukan janji, bahwa pemerintahan mereka pro rakyat. Bagi rakyat, gaya memerintah dan target perubahan bukan persoalan yang urgen," kata Bambang Jumat (30/9/2011) di Jakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya mencanangkan akan melakukan akselerasi kinerja pemerintahan, untuk mempercepat perbaikan-perbaikan di sektor politik, ekonomi, penegakan hukum, dan sektor lainnya. Untuk mewujudkan hal itu, Presiden akan mengubah gaya kepemimpinan. Ke depan Presiden akan memerintah lebih tanggap, lebih tuntas, dan lebih interventif kepada para bawahannya. Untuk mendukung perubahan, Presiden juga akan merombak kabinet dengan mengganti sejumlah menteri yang kinerjanya kurang bagus. "Gaya memerintah adalah persoalan SBY sendiri yang mestinya tak perlu dibawa atau diwacanakan di ruang publik. Kalau SBY ingin menerapkan gaya baru dalam pemerintahannya, berarti ada masalah dengan gaya pemerintahannya saat ini," ujar Bambang. Menurut Bambang, sejauh ini, publik hanya paham bahwa pemerintahan sekarang lamban dalam merespons berbagai persoalan. Beberapa kementerian bahkan terbelit skandal korupsi. "Pertanyaannya, perubahan apa yang ingin segera diwujudkan sepanjang sisa waktu tiga tahun pemerintahan SBY-Boediono? Menegakan kembali etika penegakan hukum yang sudah demikian karut marutnya? Atau, merevitalisasi potensi ekonomi nasional yang sudah hancur, karena kebijakan mengadopsi liberalisasi pasar tanpa kearifan menjaga dan melindungi kepentingan nasional?" ucap Bambang. "Semuanya tidak bisa diselesaikan dengan reshuffle kabinet, sekalipun reshuffle itu benar akan melahirkan gaya baru memerintah," tambah Bambang. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Nasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan