Jumaat, 12 Ogos 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Dinkes Temukan Sejumlah Makanan Gunakan Pewarna Tekstil

Posted: 12 Aug 2011 07:16 AM PDT

Malang (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, menemukan sejumlah makanan yang dijual di wilayah setempat, menggunakan zat pewarna tekstil.

Kepala Bidang Farmasi Alat Kesehatan dan Makanan Minuman Dinkes Kabupaten Malang, Mursyidah Apt M Kes, Jumat mengatakan, temuan tersebut setelah pihaknya bersama sejumlah instansi dalam tiga hari berturut-turut melakukan razia makanan dan minuman di 29 toko, 9 kecamatan di wilayah tersebut.

"Kita mencurigai makanan berwarna warni yang marak dijual menjelang Lebaran ini menggunakan pewarna tekstil, oleh karena itu kita sudah kirim sampelnya ke laboratorium, sebab makanan tersebut sangat bahaya bisa menyebabkan kanker hati," katanya.

Mursyida menjelaskan, makanan yang menggunakan bahan pewarna tekstil tersebut cirinya yakni dalam pembungkusnya tidak menggunakan label.

"Label atau kode itu sangat penting untuk mengetahui apakah produk tersebut boleh beredar atau tidak, dan dengan adanya kode, maka produk tersebut telah melalui proses izin edar yang semestinya," katanya.

Mursyida menjelaskan, makanan yang mengandung zat pewarna tekstil tersebut dapat menyebabkan kelainan hati dan bisa menimbulkan kanker hati, kelainan kulit serta ginjal menjadi rusak akibat zat tersebut.

Sementara itu, Mursyida tidak bisa menyebutkan secara rinci nama produk makanan yang menggunakan zat pewarna tekstil tersebut, sebab sejumlah sampelnya masih berada dalam laboratorium.

"Makanan yang mengggunakan zat pewarna ini lebih mudah beredar, karena mereka tidak terkontrol dan tidak terawasi kualitas produknya, hal ini disebabkan tidak adanya izin edar sebagai jaminan aman," katanya.

Meski demikian, Dinkes meminta masyarakat untuk berhati-hati ketika membeli makanan dan minuman, serta diharapkan tetap melihat label serta izin edar ketika melakukan pembelian.

"Makanan yang tanpa label dan izin edar, seringkali menggunakan zat borax. Dan zat ini digunakan untuk membuat rasa makanan biar lebih renyah dan kenyal. Oleh karena itu, masyarakat agar berhati-hati ketika membeli produk makanan," katanya. (MSW/S016/K004)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Pengamat: Elit Politik Lebih Pentingkan Citra Diri Daripada Rakyat

Posted: 12 Aug 2011 07:09 AM PDT

Yogyakarta (ANTARA News) - Perilaku elit politik saat ini lebih mementingkan citra personal dan partai, daripada melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya meningkatkan kesejahteraan rakyat, kata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Arie Sujito.

"Apa yang dilakukan elit politik itu tidak ubahnya dengan perilaku politik palsu. Jika politik palsu terus dibiarkan, demokrasi kian rapuh," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, masyarakat hendaknya tidak memilih partai atau pemimpin berdasarkan citra, tetapi atas dasar ideologi. Meskipun untuk membangun politik ideologi tidak semudah membalikkan telapak tangan.

"Hal itu disebabkan lemahnya proses kaderisasi di tingkat partai. Selama politik ideologi tidak dimunculkan, maka pragmatisme akan berjalan terus," katanya.

Ia mengatakan lemahnya kaderisasi partai tidak pernah dibenahi oleh partai. Bahkan, lemahnya kader baru dirasakan oleh partai saat menjaring calon politikus menjelang pemilihan umum (pemilu).

"Partai-partai baru sadar jika tidak mempunyai kader saat menjelang pemilu," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Menurut dia, minimnya kader militan menjadikan bekas anggota partai lebih mudah berpindah dan berganti partai atau melakukan tindakan kontraproduktif terhadap partainya sendiri.

"Oleh karena itu, tantangan ke depan adalah bagaimana membentuk politik ideologi, bukan politik kufuran atau citra," katanya.

Disinggung mengenai kebiasaan "menggunjing" yang dilakukan para elit politik di televisi, ia mengatakan perilaku "menggunjing" itu mengarah pada pembodohan masyarakat, bukan mencerahkan.

"Wacana kontroversial yang dimunculkan oleh elit politik tidak memberikan pesan yang bermanfaat bagi bangsa, tetapi semakin menjerumuskan. Saat ini elit politik sering membuat kontroversi, padahal seharusnya mereka memberikan pesan rekonsiliasi," katanya. (B015*H010/M008/K004)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan