Rabu, 18 Mei 2011

Republika Online

Republika Online


Jilbab Rancangan Bule, Tanpa Peniti, Menutup Aurat, dan Trendi Pula

Posted: 18 May 2011 05:58 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID,Memakai jilbab adalah pilihan. Seiring berjalannya waktu, jilbab semakin modern dan mengikuti jaman. Semakin banyak model trendi jilbab yang ditawarkan. Bahkan ada jilbab untuk olahraga termasuk jilbab untuk olahraga air.

Perempuan bule Belanda tanpa jilbab, Cindy van den Bremen merancang penutup kepala itu. Pengalamannya ketika masih duduk di bangku sekolah menjadi alasan untuk merancang jilbab.

Ketika duduk di sekolah menengah, ada temannya yang tidak boleh mengikuti mata pelajaran olahraga. Jilbab yang dikenakannya ternyata membahayakan dirinya sendiri. Ibunya mencoba menjahitnya agar tidak nyangkut. Ia bahkan melakukan koprol di pengadilan untuk memperlihatkan jilbab yang dikenakannya tidak berbahaya.

Komisi Kesamaan Perlakuan saat itu akhirnya memutuskan jika memang sang guru merasa bahwa jilbab yang dikenakannya membahayakan maka ia bisa melarang seorang murid mengenakan jilbab. Sebagai alternatif, guru di sekolahnya menyarankan agar murid itu memakai topi renang. Tapi sebagai seorang remaja yang ingin juga tampil modis, topi renang itu bukan jalan keluar, selain karena panas.

"Lalu saya berfikir ini bukan cuma soal menutup. Ini menyangkut juga bentuknya, sebagai seorang perancang saya bisa melakukan sesuatu," katanya.

Tak Hanya Ikatan Selendang

Desain jilbab cipataan Cindy van Bremen, menurutnya tidak hanya sebuah selendang yang bisa menutup kepala saja. Jilbab ciptaannya tidak memerlukan peniti atau tusuk jarum untuk mengikatnya. Selain itu, bahannya juga nyaman dipakai.

Selama menjalani usahanya itu, Cindy van Bremen banyak menerima tanggapan dari negara-negara lain. Ia juga berkoordinasi dengan perempuan negara lain untuk berdikusi soal desain dan strategi. Semua koleksi jilbab yang ditampilkan sengaja menutup dada sang pemakai.

Alasan lain yang membuat Cindy van den Bremen merancang jilbab adalah, "Sangat termotivasi dengan semakin banyaknya orang di Belanda yang mengenakan jilbab, bahkan sebelum peristiwa 11/9. Dan banyak juga perempuan Maroko atau Turki memakai jilbab dari negara asal mereka yang tidak cocok dengan mode di barat".

Rancangan jilbab yang mereka pakai itu menurutnya dibuat sembarang saja. Cindy van Bremen juga mewawancara perempuan pemakai jilbab lainnya. Yang ditanyakan antara lain apa yang menyebabkan seseorang mengenakan jilbab. Jawabannya, mereka mengenakan jilbab bukan hanya karena alasan agama saja, tapi juga alasan budaya tradisional mereka.

Minat Indonesia

Menurut Cindy, produksinya itu menarik minat pembeli dari Indonesia. Bahkan ia sudah memiliki reseller di Singapura dan Thailand. Itu memudahkan karena para pembeli tidak usah membayar ongkos kirim dan pembeli juga dilayani oleh penjual yang bisa berbahasa mereka.

Lalu bagaimana hubungannya dengan para pembeli sendiri? "Untuk Indonesia memang barang kami agak mahal, jika Anda membandingkan dengan jilbab biasa maka harga kami termasuk di atas. Namun harus Anda bandingkan dengan busana-busana olahraga bermerk lainnya seperti Nike".

Jadi tuturnya, baginya menguntungkan jika jilbab ini dijual di toko olahraga setingkat itu. Karena di sana orang-orang mau membayar lebih. Jilbab menurutnya bukan hanya sepotong kain tapi merupakan hasil desain.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Kebanyakan Wanita tidak Membutuhkan Pil Vitamin A

Posted: 18 May 2011 11:00 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Sebuah studi baru dari Bangladesh  menyimpulkan bahwa sebagian besar perempuan di dunia tidak perlu suplemen vitamin A.

Di negara berkembang, pemberian suplemen vitamin A untuk ibu hamiltidak mengurangi angka kematian yang berhubungan dengan kehamilan, atau pada kematian bayi, menurut studi baru. Namun, para peneliti mengatakan wanita hamil harus dipastikan mendapatkan cukup vitamin A melalui makanan sehari-hari, untuk mendukung kesehatannya secara keseluruhan. 

"Ada sangat sedikit bukti yang mendukung suplementasi perempuan dengan vitamin A," kata Anthony Costello, dari University College London Institute for Global Health, mengatakan pada Reuters Health.

"Tampaknya kemungkinan besar tidak berpengaruh, atau hanya memiliki efek pada populasi di mana ada benar-benar tingkat kerusakan yang serius kekurangan vitamin A," kata Costello, yang telah mempelajari vitamin A di masa lalu tetapi tidak terlibat dalam penelitian saat ini. "Bagi kebanyakan wanita di dunia, hal itu mungkin tidak berlaku."

Dalam studi Bangladesh, yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, Keith West dari  Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore dan rekan meneliti sekitar 600 ribuorang selama lebih dari lima tahun.

Tim peneliti mengidentifikasi setiap rumah tangga di wilayah yang memiliki wanita yang sudah menikah antara usia 13 dan 45. Setiap lima minggu, anggota staf perempuan mengunjungi rumah tangga untuk mengetahui - melalui diskusi dan tes urin - jika salah satu dari perempuan hamil.

Jika hamil, staf mulai memberi mereka dosis mingguan vitamin A, beta karoten, atau pil plasebo bebas vitamin setiap minggu sampai 12 minggu setelah melahirkan. Staf juga memberikan semua wanita bahan pendidikan tentang perawatan dan pola makan selama kehamilan. Tugas ke berbagai kelompok dilakukan secara acak, berdasarkan lokasi rumah tangga.

Ada sekitar 60 ribu kehamilan selama masa penelitian, dengan ibu rutin mengonsumsi vitamin A, beta karoten, dan suplemen plasebo.

Sebanyak 138 perempuan dalam studi itu meninggal tanpa sebab apapun yang berhubungan dengan kehamilan. Sebanyak 10 ribu kehamilan pada wanita usia 20 sampai 25 tahun berjalan normal dan lancar, terlepas dari apa suplemen yang mereka konsumsi.

Tingkat kematian bayi saat dilahirkan dan juga tidak bervariasi berdasarkan jenis suplemen yang dikonsumsi ibu selama hamil. 

Kekurangan vitamin A selama ini dikaitkan dengan buta senja pada wanita hamil dan dengan kematian ibu di beberapa daerah. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan risiko tersebut tertinggi dalam tiga bulan terakhir kehamilan. 

Costello, lebih cenderung menyimpulkan kekurangan vitamin A di negara berkembang lebih disebabkan karena perubahan ekonomi dan pertanian yang juga mempengaruhi gizi.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan