KOMPAS.com - Regional |
Posted: 17 Apr 2011 07:48 AM PDT PAMEKASAN, KOMPAS.com - Dua kecamatan di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, diserang ulat bulu. Kecamatan tersebut yakni Kecamatan Larangan dan Kecamatan Pakong. Di Kecamatan Larangan yang diserang tepatnya di Desa Peltong. Sedangkan di Kecamatan Pakong yang diserang Desa Bicorong. Hasbullah (39) warga Desa Peltong mengatakan, ulat yang menyerang desanya banyak terjadi pada pohon singkong, pohon jati putih dan tanaman kacang-kacangan. "Saya terkejut karena serangan ulat sampai di Pamekasan," kata Hasbullah, Minggu (17/4/2011). Mantri Tani Desa Peltong Supriyanto saat meninjau lokasi mengatakan, serangan ulat tersebut masih belum banyak menyebar tanaman lainnya. Namun demikian, masyarakat diminta tetap waspada terhadap penyebarannya. "Cuaca yang tidak menentu seperti ini, menyebabkan penyebaran dan perkembangbiakannya ulat cepat. Sehingga warga harus waspada," terangnya. Tidak hanya menyerang pepohonan dan tanaman, ulat juga menjalar ke dinding-dinding rumah warga. Sementara itu Cacuk Wiyono, Pengamat Hama Penyakit (PHP) untuk tiga kecamatan, Kecamatan Larangan, Kecamatan Galis, dan Kecamatan Kadur menuturkan, pihaknya masih akan melakukan uji laboratorium jenis ulat yang menyerang di dua kecamatan tersebut. "Sementara ini belum kami pastikan jenisnya, hari ini langsung kami lakukan uji laboratorium," terang Cacuk Wiyono. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price. |
Kalau Manula Lenggak-lenggok di "Catwalk Posted: 17 Apr 2011 07:37 AM PDT KEDIRI, KOMPAS.com - Para manula di Kediri ini patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, di usia yang sudah uzur, mereka tidak canggung saat sedang berlenggak-lenggok diatas catwalk. Nenek-nenek warga lingkungan Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur ini melakukannya dalam rangka memperingati Hari Kartini serta Kampanye Batik Kediren. Mereka mengikuti fashion show dengan berjalan dihamparan karpet hijau sepanjang 6 meter bagai peragawati, Minggu (17/4/2011) siang. Untuk dapat berpartisipasi dalam acara yang digelar di halaman Kelurahan setempat, Jalan Semeru, Gang 2, tersebut, mereka harus berusia minimal 55 tahun. Sementara batasan usia maksimal tidak ada. "Asal masih mampu berjalan juga tidak apa-apa," ujar Lilik Sutrisna, ketua panitia. Gelaran yang diikuti oleh 26 orang manula namun absen satu tersebut cukup membuat penonton geli dibuatnya. Penampilan yang didukung dengan make up yang kentara ditambah polah lucu para peserta membuat suasana bertambah riuh. "Cara jalannya itu lo yang lucu, mereka berupaya agar lurus segaris. Tapi agak kesusahan dan kadang hampir jatuh," ujar Fatma, seorang penonton. Sementara bagi para peserta sendiri, acara tersebut dianggap cukup menyenangkan. Mereka mengaku tidak ada perasaan canggung atau bahkan grogi dalam membawakan aksi yang biasanya hanya dilakukan oleh para kawula muda itu. Jumini (68), salah satu peserta mengatakan, dirinya merasa senang dapat berpartisipasi. Bahkan, dirinya menganggap nostalgia saja karena pernah melakukan hal yang sama saat masih muda dulu. "Tahun 80-an dulu pernah ikut, saya juara 10," ujar Jumini di sela-sela rehat gelaran. Peserta yang lain, Munfangati (70) mengatakan jika dirinya tidak memerlukan persiapan khusus untuk ikut. Hanya saja istri dari Sumardjianto, seorang purnawirawan polisi ini mengaku hanya menambah waktu istirahatnya saja. "Ya maklum orang tua, paling ya lutut ini yang harus dipersiapkan," ujar warga jalan Penanggungan nomor 68 ini. Untuk make up yang ia gunakan, nenek yang tampil didampingi putrinya ini menandaskan memanfaatkan perlengkapan pribadi. Dirinya merasa ogah menggunakan jasa salon. "Ya make-up sendiri, biaya sendiri. Kalau ke salon nanti malah jadi menor," pungkasnya sambil tersenyum. Sementara Karmini, juga peserta, sempat menjadi pusat perhatian penonton. Rambutnya yang sudah dipenuhi uban serta raut muka yang keriput terlihat paling menonjol dalam segi usia, maklum usianya yang kepala delapan menjadi peserta paling tua. Meskipun demikian warga lingkungan Sitinggil ini masih antusias meskipun mengaku sedikit grogi saat tampil. "Tadi jalannya pelan-pelan, sedikit grogi," ujar janda ditinggal mati suaminya ini. Terpisah, Nur Muhyar selaku Camat Mojoroto mengatakan jika acara tersebut seyogyanya dapat terus dilestarikan. Mengingat bagus untuk mensosialisasikan batik serta tenun sebagai budaya daerah. "Semoga batik dan tenun sebagai produk lokal dapat terangkat sebagaimana program pemkot," pungkas Nur Muhyar. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Regional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan