KOMPAS.com - Internasional |
Militer Thailand dan Kamboja Bentrok Posted: 07 Feb 2011 02:53 AM PST BANGKOK, KOMPAS.com - Bentrokan pecah antara militer Thailand dan Komboja di sepanjang perbatasan kedua negara, Minggu (6/2/2011), di dekat kuil yang disengketakan. Bentrokan itu mengahiri kesepakatan gencatan senjata setelah pertempuran yang menewaskan sedikitnya lima orang. "Kami bertempur sekarang. Mereka (pasukan Thailand di seberang perbatasan) menembaki kami lebih dulu," kata komandan tentara Kamboja kepada kantor berita Perancis AFP. Juru bicara tentara Thailand Kolonel Sunsern Kaewkumnerd memastikan kerusuhan baru itu, tapi menuduh pihak Kamboja sebagai pemicu dengan melepaskan "kembang api" dan menembak. "Thailand membalas. Pertempuran itu masih berlangsung. Tidak ada laporan tentang korban," katanya. Seorang tentara Kamboja, yang tidak ingin disebutkan namanya, menyatakan, mortir, roket dan senjata berat digunakan dalam baku tembak itu. Bentrokan terbaru itu, yang meletus pada sekitar pukul 18.35 waktu setempat (18.35 WIB), terjadi sehari setelah negara bertetangga itu menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran sengit di sekitar candi abad ke-11 Preah Vihear. Kedua pihak mendaku tanah di sekitar kuil itu dan pengamat menyatakan, sengketa tersebut digunakan sebagai titik simpul untuk membangkitkan rasa kebangsaan di Thailand dan Kamboja. Bentrok ketiga dengan senjata berat dalam beberapa hari terjadi, meski kepastian dari Thailand dan Kamboja pada Minggu bahwa mereka bekerja untuk meredakan ketegangan perbatasan tersebut. Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, yang menghadapi tekanan dari kelompok kuat "Kaus Kuning" di dalam negerinya atas penanganan masalah itu, mengatakan, "Tentara dan kementerian luar negeri kedua negara tersebut bekerja untuk memulihkan keadaan." Komandan tentara Kamboja yang ditempatkan di Preah Vihear menyatakan, tentara Thailand dan Kamboja mengadakan pembicaraan untuk memperbaiki keadaan tersebut, meskipun ia mengingatkan bahwa suasana tetap "tegang" dan kedua pihak "masih siaga". Hubungan di antara kedua negara tetangga itu tegang sejak candi itu diberi kedudukan Warisan Dunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Juli 2008. Pengadilan Dunia pada 1962 memutuskan Preah Vihear milik Kamboja, walaupun pintu masuk utamanya terletak di Thailand dan wilayah 4,6 kilometer persegi di sekitar candi itu didaku kedua pihak tersebut. Kamboja menyatakan, dua tentara dan satu warganya tewas dalam pertempuran hari Jumat, sementara Thailand menyatakan warga desa di sisi perbatasannya juga meninggal. Satu tentara Thailand tewas dalam kelanjutan bakutembak singkat pada Sabtu pagi. Media di kedua negara itu menyatakan jumlah korban bisa jauh lebih tinggi, tetapi koran Thailand menyatakan, 64 tentara Kamboja tewas. Di seberang perbatasan, dilaporkan bahwa sedikitnya 30 tentara Thailand tewas. Ribuan orang mengungsi saat desa dikosongkan di kedua sisi perbatasan itu ketika pertempuran meletus. Tapi Somsak Suwansujarit, gubernur propinsi perbatasan Thailand Sri Sa Ket, menyatakan warga sudah mulai kembali ke rumah mereka. Ketegangan berkobar dalam beberapa pekan belakangan setelah penangkapan tujuh warga Thailand akibat masuk secara gelap ke Kamboja pada akhir Desember. Dua dari mereka dijatuhi hukuman penjara untuk aktivitas mata-mata, dalam perkara yang menyebabkan kemarahan di kalangan nasionalis Kaus Kuning. Sekitar 5.000 massa Kaus Kuning berkumpul di luar gedung pemerintah di Bangkok, Sabtu. Mereka menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva atas masalah itu. Sumber : ANT, AFP, REUTERS |
31 Warga Korut Mungkin Membelot Korsel Posted: 07 Feb 2011 02:00 AM PST 31 Warga Korut Mungkin Membelot Korsel Penulis: | Editor: Egidius Patnistik Senin, 7 Februari 2011 | 10:00 WIB pmel.noaa.gov Peta Laut Kuning (Yellow Sea) TERKAIT: SEOUL, KOMPAS.com — Sebanyak 31 warga Korea Utara telah melintasi perbatasan Laut Kuning dengan perahu dan tiba di sebuah pulau garis depan Korea Selatan dalam tindakan yang mungkin merupakan pembelotan, demikian menurut sejumlah laporan, Senin (7/2/2011). Sebanyak 11 pria dan 20 wanita itu tiba pada Sabtu di Pulau Yeonpyeong menggunakan sebuah kapal penangkap ikan yang kemudian ditarik ke pelabuhan kota Incheon, kata satu sumber sebagaimana dikutip kantor berita Korea Selatan (Korsel), Yonhap. Surat kabar Dong-A Ilbo mengangkat laporan yang sama. Para pejabat militer dan intelijen telah menginterogasi mereka mengenai bagaimana mereka melintasi perbatasan laut itu, kata sumber tersebut. Mereka menambahkan, orang-orang Korea Utara (Korut) itu merupakan satu kelompok kerja dan bukan anggota-anggota sebuah keluarga. Seorang pejabat militer memberi tahu Yonhap dengan tanpa menyebut nama bahwa para penyelidik juga memperkirakan kemungkinan bahwa orang-orang Korut itu tiba di pulau tersebut setelah kapal mereka hanyut ditiup angin. Ketegangan lintas perbatasan meningkat sejak Korut menyerang Pulau Yeonpyeong, November lalu, yang menewaskan dua warga sipil dan dua marinir Korsel. Pada 25 Desember, seorang warga Korut melintasi perbatasan Laut Kuning dengan kapal dan mendarat di Baengnyeong, pulau lain di garis depan. Bulan lalu ia diperbolehkan kembali ke Korut setelah menyampaikan keinginan untuk pulang. Lebih dari 20.000 warga Korut tiba di Korsel sejak berakhirnya perang 1950-53, sebagian besar melalui China. Kirim Komentar Anda |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan