KOMPAS.com - Internasional |
Skandal Korupsi Polisi Gemparkan Inggris Posted: 23 Jan 2013 02:10 AM PST Skandal Korupsi Polisi Gemparkan Inggris Rabu, 23 Januari 2013 | 10:10 WIB BBC Ada laporan bahwa polisi menyalahgunakan kekuasaan untuk seks Puluhan petugas kepolisian diselidiki karena diduga mereka menggunakan obat peningkat performa, anabolic steroid, yang dipasok oleh pelaku kejahatan di pusat kebugaran. Demikian kata sebuah laporan antikorupsi. Laporan itu juga memperingatkan bahwa petugas yang menjadi pengguna steroid dapat terjerat kasus korupsi jika mereka bergantung pada bandar. Asosiasi Kepala Polisi di Inggris dan Wales meminta laporan itu dari kelompok antikorupsi Transparency International (TI). Berdasarkan temuan TI, sejumlah petugas juga menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk berhubungan seks. TI mendesak perlunya "toleransi nol" atas korupsi dan mengatakan kepolisian seharusnya tidak menangani hal ini dengan metode "memadamkan kebakaran" dari satu krisis ke krisis lainnya. Juru bicara Acpo untuk standar profesional, Staffordshire Chief Constable Michael Cunningham, mengatakan, masalah yang diakibatkan oleh petugas yang mengonsumsi steroid adalah "ancaman serius." Ia mengatakan, hampir semua dari 43 kesatuan polisi di Inggris dan Wales menyelidiki petugas yang terlibat dalam olahraga binaraga dan menjalin hubungan tidak layak dengan orang-orang yang memasok obat. "Dalam sebagian besar angkatan, akan ada polisi yang mengikuti binaraga di pusat kebugaran dan menyalahgunakan steroid," kata dia. "Kasus-kasus tersebut biasanya dimulai dengan petugas yang rajin berolahraga dan mulai bereksperimen dengan steroid, kemudian hubungan yang mereka bentuk ketika mereka menggunakan steroid menjadi korup dan korosif," tambahnya. Rencana sidang Cunningham mengatakan, faktor-faktor risiko lainnya untuk korupsi, termasuk penyalahgunaan sistem informasi. Ia mengatakan sebagian besar kesatuan juga menyelidiki dugaan adanya petugas yang "menyalahgunakan posisi mereka untuk seks". Minggu ini, para kepala kepolisian akan bertemu untuk membahas bagaimana mengatasi dugaan korupsi. Mereka akan mendiskusikan rencana untuk membuat sidang dengar pendapat terbuka untuk publik dan media serta pembentukan komite etika yang independen dari polisi dan komisioner kriminal untuk setiap kesatuan. Desember lalu, Inspektorat Constabulary menyerukan semua kesatuan untuk meningkatkan rencana memberantas korupsi. Investigasi terhadap korupsi meningkat, tetapi terlalu sedikit kesatuan yang mengumpulkan data intelijen untuk mencegah hal itu terjadi. Demikian kata mereka.
Editor : Egidius Patnistik |
Dokter Lecehkan Perawat Saat Operasi Posted: 23 Jan 2013 01:36 AM PST Dokter Lecehkan Perawat Saat Operasi Penulis : Kontributor Singapura, Ericssen | Rabu, 23 Januari 2013 | 09:36 WIB SINGAPURA, KOMPAS.com — Sambil menyelam minum air. Pepatah itu mungkin ada dibenak Dr Senaka Liyanage, dokter sebuah rumah sakit di Singapura. Saat mengoperasi pasien, ia sempat-sempatnya melecehkan seorang perawat yang tengah membantunya. Perawat yang tidak disebutkan identitasnya ini menggugat dokter berumur 37 tahun itu. Si perawat menuduh Dr Senaka melecehkannya dengan meremas bokongnya tiga kali ketika proses operasi berlangsung. "Operasi dilakukan dua tahap, pagi dan siang. Tiba-tiba saja, Dr Senaka meremas bokong saya sebanyak dua kali pada pagi dan kemudian mengulanginya lagi sekali di sesi operasi siang," kata si perawat. Perawat itu juga menjelaskan, dia memutuskan untuk tidak melakukan perlawanan karena dia sedang sibuk berkonsentrasi membantu proses operasi. Namun, yang benar-benar mengejutkannya adalah dirinya tidak menyangka Dr Senaka akan melakukan perbuatan menjijikkan itu. Selama ini, Dr Senaka dikenal kolega-koleganya di RS Changi, Singapura, sebagai dokter yang ramah dan punya reputasi bersih. Pengaduan lalu dilakukan si perawat kepada perawat senior, tetapi tidak ada iktikad baik dari pihak rumah sakit untuk menyelesaikannya. Yang semakin membuat si perawat meradang adalah salah satu dokter senior malah mempertanyakan kenapa dia harus menyeret Dr Senaka ke pengadilan. Kekecewaannya akhirnya membuatnya mengundurkan diri tetapi memutuskan tetap melaporkan kasus ini ke kepolisian. Dr Senaka saat ini masih tercatat bekerja di RS Changi, tetapi telah dimutasi ke bagian riset klinis. Jika terbukti bersalah, dokter itu terancam penjara maksimum dua tahun, didenda, atau hukuman cambuk. Editor : Egidius Patnistik |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan