Selasa, 15 Januari 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Pasukan Perancis Persiapkan Serangan Darat

Posted: 16 Jan 2013 04:20 AM PST

BAMAKO, KOMPAS.com - Pasukan Perancis mempersiapkan diri untuk melakukan serangan darat menghadapi pemberontak Islam di Mali. Sementara itu, pasukan Nigeria yang merupakan bagian dari pasukan multi-nasional Afrika diharapkan tiba di Mali, Rabu (16/1/2013).

Sejumlah saksi mata mengatakan ratusan anggota pasukan Mali dan Perancis menggunakan kendaraan tempur bergerak menuju Diabaly, sebuah kota yang berjarak 400 km sebelah utara ibu kota Bamako. Pasukan Perancis dan Afrika berusaha untuk merebut kembali kota yang dikuasai pemberontak sejak Senin (14/1/2013).

Pesawat-pesawat jet tempur Perancis sudah menyerang Diabaly, namun pejabat keamanan setempat menyatakan pasukan pemberontak masih bertahan di kota itu. Pengerahan pasukan darat Perancis itu bersamaan waktunya dengan pengumuman Dephan Perancis yang menyatakan segera menambah jumlah militer Perancis hingga 2.500 personil.

"Pasukan Mali saat ini berjuang merebut Diabaly. Kehadiran pasukan kami adalah untuk membantu mereka," kata Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian.

Le Drian juga membenarkan laporan yang menyatakan bahwa pasukan pemberontak masih menguasai kota Konna di bagian tengah negeri itu. Konfirmasi ini menggugurkan klaim sejumlah pejabat Mali bahwa pasukan pemerintah sudah merebut kota tersebut.

Jatuhnya kota Konna yang membuat gerak pasukan militan terus merangsek ke selatan semakin besar. Inilah alasan utama Perancis akhirnya memutuskan untuk melakukan intervensi.

Sementara itu, di ibu kota Bamako, para komandan angkatan bersenjata negara-negara Afrika melakukan pertemuan untuk mematangkan mandat DK PBB, yaitu mengerahkan 3.000 personil pasukan untuk membantu Mali merebut kembali wilayahnya.

Nigeria, yang merupakan salah satu kekuatan utama kawasan itu, mengatakan segera mengirim 900 personil militernya, lebih banyak 300 personil dari janji sebelumnya.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Nigeria Kolonel Mohammed Yerima mengatakan kontingen pertama pasukan Nigeria akan dikirim pada Rabu ini. Sementara itu, Benin, Ghana, Niger, Senegal, Burkin Faso dan Togo juga menjanjikan bantuan militer.

Kelompok militan Islam merebut kawasan utara Mali pada April 2012. Kelompok militan memanfaatkan kekosongan kekuasaan yang terjadi setelah militer Mali melakukan kudeta sebulan sebelumnya.

 

JAL dan ANA "Kandangkan" Dreamliner

Posted: 16 Jan 2013 03:51 AM PST

TOKYO, KOMPAS.com — Dua maskapai besar Jepang, Japan Airlines (JAL) dan All Nippon Airways (ANA), Rabu (16/1/2013), memtuskan untuk sementara waktu tidak menerbangkan Boeing 787 Dreamliner mereka setelah salah satu dari pesawat ini terpaksa melakukan pendaratan darurat.

Keputusan kedua maskapai besar ini semakin meningkatkan kekhawatiran terkait keselamatan pesawat terbang yang banyak dilihat sebagai pesawat terbang komersial masa depan itu.

ANA "mengandangkan" 17 Dreamliner miliknya, sementara JAL membatalkan semua jadwal penerbangan Boeing 787 sepanjang Rabu ini. ANA mengatakan, seluruh pesawat itu akan kembali beroperasi Kamis (17/1/2013) setelah seluruh pemeriksaan selesai dilakukan.

Kedua maskapai itu sudah mengoperasikan separuh dari 25 unit Dreamliner yang sudah dikirimkan Boeing.

Insiden ini mengikuti serangkaian kerusakan yang menimpa Dreamliner selama sepekan terakhir. Pesawat terbang pertama di dunia yang seluruh badannya dibuat dari bahan karbon-komposit itu mengalami kebocoran tangki bahan bakar, kebakaran baterai, masalah perkabelan, masalah pengereman, hingga kaca kokpit yang retak.

"Saya kira semua masalah ini seharusnya membuat menganggapnya sebagai krisis serius," kata analis senior Teal Group, Richard Aboulafia.

"Jika tidak bertindak cepat, orang akan mengubah pandangannya terhadap Boeing," tambah Aboulafia.

Boeing 787 Dreamliner mewakili sebuah lompatan rancangan dan pembuatan sebuah pesawat terbang. Namun, proyek Dreamliner ini diganggu membengkaknya biaya dan penundaan selama bertahun-tahun.

Sejumlah kalangan mengatakan penundaan itu kemudian membuat Boeing terburu-buru dalam membangun Dreamliner sehingga menimbulkan masalah. Boeing membantah dugaan ini.

Sementara itu, Badan Penerbangan Sipil Federal (FAA) dan Badan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) mengawasi insiden terakhir Dreamliner sebagai bagian dari evaluasi komprehensif kedua lembaga ini.

 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan