Khamis, 10 Januari 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


WHO Sahkan Protokol untuk Tindak Penyelundupan Rokok

Posted: 11 Jan 2013 03:47 AM PST

JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (10/1), membuka penandatanganan Protokol Penghapusan Perdagangan Gelap Produk Tembakau.

Protokol itu, yang diadopsi pada Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau WHO pada bulan November, bertujuan untuk mengurangi konsumsi tembakau dengan menindak penyelundupan rokok.

Video yang diputar di kantor WHO di Jenewa menunjukkan bagian penting dari Konferensi WHO November lalu di Seoul, Korea, yang setelah melakukan perundingan intensif selama empat tahun, mengadopsi Protokol untuk Menghilangkan Perdagangan Gelap Produk Tembakau.

Para menteri dan perwakilan dari berbagai pihak pada Perjanjian Pengendalian Tembakau menghadiri upacara penandatanganan itu di kantor pusat WHO untuk menandai pencapaian penting itu.

Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan mendorong keras pengadopsian protokol itu di Seoul. Dia mengatakan kepada para delegasi yang menghadiri acara itu bahwa salah satu momen paling membahagiakan dalam hidupnya adalah ketika diterimanya protokol itu secara bulat, meskipun ada upaya industri tembakau untuk mencegah hal itu.

"Protokol itu memberikan dunia instrumen hukum yang unik untuk melawan dan akhirnya menghilangkan kejahatan internasional yang sangat canggih yang menelan banyak korban; yaitu kesehatan masyarakat di negara-negara Anda. Protokol ini menetapkan aturan untuk menangani semua bentuk perdagangan gelap, termasuk penyelundupan dan manufaktur ilegal," ungkap Chan.

Pendukung anti-tembakau mengatakan mereka yakin protokol baru ini akan membantu melindungi orang di seluruh dunia dari risiko kesehatan yang diakibatkan oleh tembakau. WHO menyebut epidemi yang disebabkan oleh tembakau sebagai salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat yang pernah dihadapi di dunia.

Konsumsi tembakau di seluruh dunia tercatat tidak menurun dan, pada kenyataannya bahkan meningkat di negara-negara berkembang. WHO memperkirakan tembakau membunuh hampir enam juta orang per tahun. Ini berarti sekitar satu orang meninggal setiap enam detik akibat tembakau dan ini terhitung sebagai satu dari tiap 10 kematian orang dewasa.

Kepala Sekretariat Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau WHO, Haik Nikogosian, mengatakan protokol itu mewajibkan negara –negara dan pemerintah untuk secara global melacak produk tembakau illegal.

Nikogosian menjelaskan, "Sederhana saja, apa akibat perdagangan gelap terhadap kesehatan masyarakat. Tentu saja, perdagangan ilegal juga memiliki dampak fiskal besar terhadap pemerintah. Mereka kehilangan pendapatan. Ini juga merupakan sumber kriminal. Tapi kepentingan kami dari perspektif WHO adalah dampak kesehatan masyarakat. Perdagangan gelap adalah sumber dari rokok murah dan rokok murah, karena mereka tidak membayar pajak, memicu semakin tingginya konsumsi rokok."

Perwakilan dari 12 pihak, yang mewakili semua enam wilayah WHO, menandatangani protokol itu dalam upacara itu. Setelah dua hari awal di Jenewa, protokol itu akan tetap terbuka untuk penandatanganan di kantor pusat PBB di New York hingga 9 Januari 2014. Protokol ini akan mulai berlaku 90 hari setelah pihak ke-40 meratifikasinya.

 

Editor :

Egidius Patnistik

Ular Piton 3 Meter Bergayut di Pesawat

Posted: 11 Jan 2013 02:53 AM PST

SYDNEY, KOMPAS.com Ini bukan skenario dalam film Snakes on a Plane, tetapi dalam dunia nyata. Para penumpang jet komersial Qantas menyaksikan dengan tercengang saat seekor ular piton sepanjang tiga meter bergayut di luar pesawat mereka selama penerbangan.

Maskapai penerbangan Australia itu mengatakan, pesawat dari kota Cairns di Queensland ke Port Moresby, ibu kota Papua Niugini, lepas landas pada Kamis (10/1) dini hari dengan "penumpang gelap" terselip di sayap pesawat. "Ular itu terlihat para penumpang saat (pesawat) mencapai ketinggian jelajah," kata juru bicara Qantas kepada AFP. "Ular itu masih ada di pesawat ketika pesawat tiba di Port Moresby, tetapi dalam kondisi sudah mati."

Ketika para penumpang melihat ular itu di sayap, mereka menyaksikan reptil tersebut bergulat dalam perjuangan antara hidup dan mati guna mempertahankan cengkeramannya di pesawat di tengah angin dan suhu dingin ketinggian dalam perjalanan selama dua jam.

Seorang penumpang bernama Robert Weber mengatakan kepada Fairfax Media, Jumat, bahwa orang-orang di bagian depan pesawat tidak mengetahui keberadaan piton itu. Namun, orang-orang di bagian belakang "semuanya benar-benar terfokus pada ular itu dan bagaimana mungkin binatang itu telah naik ke pesawat".

Tidak seperti dalam film tahun 2006 Snakes on a Plane yang dibintangi Samuel L Jackson, reptil tersebut tidak memengaruhi penerbangan. "Tak ada ada kepanikan. Tidak ada yang mempertimbangkan bahwa mungkin ada yang lain di pesawat," kata Weber. Dia menambahkan, ular itu pada awalnya dalam posisi rapi, tetapi setelah angin mengenai ekornya, ular itu "langsung tersedot keluar" dan sejak itu binatang tersebut jadi tak punya harapan "dalam perjuangan hidup dan mati". "Saya sangat sedih karena hal itu," katanya.

Seorang ahli ular mengatakan, ular itu mungkin seekor piton semak, ular terpanjang di Australia dan lazim terdapat di Queensland utara.

Pihak Qantas mengatakan, mereka belum pernah mendengar hal seperti itu sebelumnya seraya menambahkan bahwa tidak ada jalan reptil bisa mengakses kabin.

 

Editor :

Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan