Republika Online |
Waspadai Minuman Bersoda, Ini Dia Penyakit yang Dipicunya Posted: 04 Jun 2012 08:08 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, Minuman ringan kerap dikaitkan dengan naiknya tekanan darah. Para peneliti melibatkan lebih dari 200 ribu lelaki dan perempuan yang berumur tidak lebih dari 38 tahun dan mengkonsumsi minuman manis secara teratur --baik yang mengandung gula atau pemanis buatan. Mereka dikaitkan dengan naiknya sekitar 13 persen risiko tekanan darah tinggi. Minuman berkarbonasi dan cola sangat terkait dengan risiko hipertensi, namun gula buah, atau fruktosa, dalam minuman tidak tampak sebagai faktor pemicu, demikian dilaporkan dalam Journal of General Internal Medicine. Cohen dan rekan-rekannya melihat data dari tiga penelitian masif --termasuk melibatkan sedikitnya 224 ribu pekerja kesehatan berumur 16 hingga 38 tahun yang melakukan diet dan dalam kondisi sehat. Tidak ada peserta yang didiagnosis mengalami tekanan darah tinggi pada saat penelitian dilakukan. Seiring waktu, mereka yang meminum sedikitnya satu gula yang terdapat di minuman kemasan setiap hari, mengalami peningkatan risiko hipertensi, dibanding mereka yang hanya mengkonsumsi sedikit atau kurang. Untuk melihat, apakah fruktosa yang menjadi penyebab semua itu, para peneliti juga meneliti orang yang dalam pola makannya mengkonsumsi fruktosa, misalnya dari buah-buahan. Di antara orang-orang tersebut ada yang mengonsumsi 15 persen kalori mereka dari sumber fruktosa selain minuman. Hasilnya, risiko peningkatan hipertensi lebih rendah atau sama dengan orang yang makan sedikit fruktosa. Kenyataan adanya hubungan kuat antara minuman ringan berkarbonasi dan peningkatan risiko hipertensi dapat dijelaskan melalui hubungan dengan kandungan soda dalam jumlah besar atau beberapa lain yang tidak diketahui bahannya, ujar peneliti. Namun, hasil ini pun memerlukan riset lanjutan untuk penelitian tersebut. |
Lho, Si Balita Jadi 'Bayi' Lagi, Bagaimana Ini? Posted: 04 Jun 2012 07:04 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, Banyak anak tak sabar melewati masa bayi. Mereka ingin menyamai kakaknya, mencoba bermain dengan mainan untuk anak yang lebih besar, dan menyangkal dengan keras. "Aku bukan bayi lagi!" Karena itu, Anda mungkin terkejut ketika si kecil tiba-tiba kembali bertingkah seperti bayi: ngambek, minta digendong, dan terus menempel pada Anda. "Anak-anak pada tahap ini cepat menjadi independen, tapi tetap butuh merasa dekat dengan orang tuanya,"kata Andrew Wenger, PhD, Profesor psikologi di University of Miami. Perilakunya mungkin membuat anda pusing tapi sebenarnya cukup mudah memahami gejolak emosi si kecil dan cara menanganinya Apa pemicunya? Transisi apa pun mulai dari masuk TK, pindah rumah, ganti pengasuh, bisa mengganggu kemampuan anak mengendalikan diri dan membuatnya cemas. "Batita belum bisa menyampaikan apa yang dirasakan dan alasannya,"kata Tracy Pipes,spesialis anak di Children's Medical Center di Dallas."Selain itu, dia belum mengembangkan kemampuannya mengatasi masalah. "Maka, strateginya adalah kembali ke benda-benda yang menimbulkan rasa nyaman, seperti selimut atau empeng. Kadang tidak ada hal spesial yang mendorong batita untuk bertingkah seperti bayi. Secara sederhana, batita bisa bertingkah demikian hanya karena menghadapi kenyataan bahwa ia sedang tumbuh. Ia juga senang dengan semua pengetahuan dan kemampuan barunya. Dia sisi lain, kepaikannya menandakan bahwa kemampuan kognitif anak menjadi lebih baik. "Imajinasi anak berkembang seiring dengan pertumbuhan,"kata Dr Wenger. "Itulah sebabnya mengapa anak yang biasanya tenang dengan pengasuhnya kembali menggelantung di kaki Anda saat hendak ditinggal pergi. Dia sudah bisa menebak, apa jadinya jika berpisah dengan Anda.
Pahami perasaannya Izinkan Beri perhatian lebih Jangan mengkritisi Puji dia jika bisa bersikap layaknya kakak |
You are subscribed to email updates from Republika Online - Gaya Hidup RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan