ANTARA - Peristiwa |
Margo City beri beasiswa pelatihan garmen untuk pelajar Depok Posted: 14 May 2012 07:39 AM PDT Depok (ANTARA News) - Pusat perbelanjaan Margocity Depok memberikan beasiswa kepada lima orang pelajar untuk menuntut ilmu di International Garment Training Centre (IGTC) selama satu tahun. "Ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya tahun lalu kami juga memberikan kepada dua orang siswa Depok yang berprestasi dari lingkungan keluarga tidak mampu," kata General Manager Margo City, Kristanto Nasution, di Depok, Senin. Ia mengatakan, dana program beasiswa tersebut diambil dari program Corporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan juga mempunyai rasa tanggung jawab sosial yang harus diwujudkan kepada masyarakat," katanya. Ia berharap pada tahun-tahun berikutnya program beasiswa tersebut akan terus bertambah sesuai dengan kemampuan perusahaan. Program tersebut banyak diminati oleh para siswa karena lebih dari 100 siswa yang mendaftar, namun hanya lima orang saja yang bisa mengikuti program beasiswa tersebut. Menurut dia, industri garmen semakin diminati oleh pemodal asing maupun dalam negeri. Di setiap kota besar, khususnya di Jawa, pasti terdapat industri garmen yang memproduksi pakaian untuk konsumsi dalam negeri mapun ekspor. Kehadiran industri ini sudah barang tentu membuat banyak peluang. Salah satunya adalah terbukanya lapangan kerja, yakni sebagai penjahit. Namun ada industri garmen yang sangat selektif dalam mencari penjahit, karena pakaian yang diproduksinya harus ditangani oleh penjahit berpengalaman atau telah mengecap pendidikan kejuruan resmi. Juru bicara Margocity Tanti Triandini mengatakan, untuk proses penyeleksian, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Depok dan Universitas Indonesia untuk menentukan penerima beasiswa. Dikatakannya alasan menggandeng IGTC dalam program beasiswa ini, karena institusi ini pun memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan. IGTC juga menyalurkan semua siswa yang telah menyelesaikan pendidikan ke perusahaan-perusahaan garmen dan tekstil yang sudah menjadi rekanannya selama ini. Mereka nantinya yang memperoleh beasiswa akan dilatih di Pusat Pelatihan Industri Garmen yang terletak di Sentul, Kota Bogor, yang terkenal dengan kualitas anak didiknya. Sementara itu Kepala Bidang Pendidikan Internasinal Garment Training Centre (IGTC), Pratiwi Sundarini mengatakan bangkitnya industri garmen tersebut tentunya berpengaruh terhadap tingginya permintaan terhadap tenaga ahli garmen. "Lulusan kami selalu terserap oleh industri garmen setiap tahunnya," katanya. (F006/T004) Editor: Tasrief Tarmizi COPYRIGHT © 2012 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
Ahli pertanian: dua cara atasi krisis beras Posted: 14 May 2012 06:44 AM PDT Konsumsi beras di Indonesia sekarang ini sudah tinggi, sekitar 139 kg per kapita, dan dengan jumlah penduduk sekitar 245 juta jiwa pada tahun ini. Produksi gabah kering giling saat ini hanya 69 juta ton... Berita Terkait "Konsumsi beras di Indonesia sekarang ini sudah tinggi, sekitar 139 kg per kapita, dan dengan jumlah penduduk sekitar 245 juta jiwa pada tahun ini," kata Rachmat kepada ANTARA News dalam wawancara telepon, Senin. Sementara itu, lanjut Rachmat, produksi gabah kering giling saat ini hanya 69 juta ton dan konsumsi beras nasional pada 2012 diperkirakan sebesar 34 juta ton. "Oleh karena itu, untuk mengatasi krisis kekurangan beras ini, perlu dilakukan upaya-upaya bermanfaat," kata Rachmat. Menurut dia, cara pertama adalah memacu atau mempercepat peningkatan produksi beras. "Cara pertama ini bisa dilakukan melalui tiga hal, yaitu menggunakan bibit yang lebih bagus, pupuk yang lebih berimbang dan metode penanaman yang lebih baik," kata Rachmat. Terkait metode penanaman yang baik, Rachmat menganjurkan agar pemerintah lebih menggalakkan System of Rice Intensification (SRI) kepada petani-petani di Indonesia. Menurut Rachmat, SRI merupakan suatu metode menanam padi dengan menggunakan bibit, pupuk dan air yang lebih sedikit, namun hasil produksinya bisa tinggi. "Cara ini sebenarnya sudah diterapkan selama sepuluh tahun di Indonesia, tapi skalanya masih sangat kecil. Dari total 12 juta hektar lahan, mungkin hanya sepuluh persen yang menggunakan metode ini. Maka dari itu, saya sangat menganjurkan agar metode ini digunakan secara lebih luas," kata Rachmat. Cara kedua, sambung Rachmat, yaitu menurunkan konsumsi beras melalui metode substitusi. Rachmat menambahkan maksud dari metode itu adalah mengganti nasi dengan jenis makanan lain yang sama-sama mengandung karbohidrat, seperti jagung, ubi, singkong, talas, sukun, atau pisang. (R027) Editor: Ella Syafputri COPYRIGHT © 2012 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Nasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan