Khamis, 27 Oktober 2011

Sindikasi international.okezone.com

Sindikasi international.okezone.com


Takut Revolusi Libya, Korut Larang Pulang Warganya

Posted: 27 Oct 2011 07:09 AM PDT

PYONGYOANG - Pemerintah Korea Utara (Korut) melarang warganya yang bekerja di Libya untuk kembali ke kampung halamannya. Ini dilakukan agar warga itu tidak menceritakan revolusi yang terjadi di Libya.


Sebelum kehancuran rezim Moammar Khadafi, memang hubungan Korut dengan Libya sangat erat. Tetapi setelah kematian Khadafi pekan lalu, menjadikan Kim Jong-Il sebagai satu-satunya diktator yang masih tersisa di planet ini.


Diperkirakan sekira 200 warga Korut saat ini berada di Libya. Mereka bekerja sebagai dokter, perawat, dan pekerja bangunan. Mereka dikirim sebagai ganti pembiayaan yang dibutuhkan oleh Korut guna membangun teknologi misil dan nuklirnya.


Seperti dilansir Yonhap, Kamis (27/10/2011), seluruh warga Korut tersebut dibiarkan tanpa kejelasan seperti halnya warga Korut yang berada di Mesir, Tunisa, dan negara Arab lain yang tengah berkutat dengan revolusi.


Keputusan dari Korut untuk melarang pulang warganya, membuktikan bahwa mereka benar-benar khawatir dengan berita mengenai revolusi di Arab. Pemerintah Korut takut bila hal itu bisa mempengaruhi warganya.


Sebuah laporan dari Suratkabar Korea Selatan (Korsel), The Korea Herald, mengatakan satu persen dari warga Korut yang mengetahui dan memahami tentang revolusi di Arab, umumnya langsung diangkat sebagai pejabat tinggi negara.


Pyonyang sendiri memang menutup rapat-rapat berita mengenai apa yang terjadi di Arab, sebagai bagian dari upaya mereka untuk menjaga proses suksesi. Saat ini, Kim Jong-Il sadar bahwa kestabilan di negaranya amat penting untuk tetap menjaga dinastinya tetap berkuasa di Korut. 

(faj) Full content generated by Get Full RSS.

Korut Ancam 600 ribu warga Korsel dengan Anthrax

Posted: 27 Oct 2011 05:02 AM PDT

SEOUL - Berdasarkan laporan lembaga peneliti RAND Corp yang berbasis di New York, Amerikat Serikat (AS) menyebutkan, bahwa bila Korea Utara (Korut) lepaskan senjata kimia ke Korea Selatan (Korsel) maka 20 ribu hingga 600 ribu warga Korsel bisa tewas.


Bruce Bennett, seorang analisis kebijakan senior di RAND menyebutkan, sekira 40 persen setiap warga yang terkena senjata kimia tersebut, bisa meninggal 10 hari setelah senjata kimia pertama dilesakan.


"Bila Pyongyang (Korut) menyemprotkan anthrax dalam bentuk aerosol, beberapa dari mereka yang terinfeksi akan menderita kesulitan pernapasan," ungkap Bennett seperti dikutip Dong a Ilbo, Kamis (27/10/2011).


"Mereka yang terkena virus tersebut akan menunjukan gejala anthrax pada hari ketiga. Sementara di hari keempat, mereka akan meninggal," imbuh Bennett.


Lebih lanjut Bennett menambahkan, sekira 40 persen warga yang terkena anthrax akan menemui ajalnya. Sedangkan 40 persen lainnya akan menderita dari berbagai macam penyakit. Paling tidak sekira 8.000 hingga 240 ribu orang akan kehilangan nyawanya, jumlah yang setara dengan mereka yang terinfeksi anthrax tersebut.


Bennett menyebutkan, Korut akan menggunakan berbagai medium untuk menyebarkan virus anthrax tersebut. Bisa saja virus itu disebarkan melalui misil, ataupun disebarkan lewat bantuan pesawat atau pasukan khusus. 


Atas ancaman ini, Korsel diminta untuk segera mengambil tindakan untuk mendeteksi ancaman tersebut. Menurut Bennett, pesawat yang membawa senjata kimia dapat menghancurkan di wilayah udara Korut karena virus itu dapat menyentuh tanah meskipun pesawat itu berhasil dicegah masuk.


Ahli senjata kimia AS itu juga mendesak Pemerintah Korsel memeriksa organisasi domestik atau kelompok yang memiliki hubungan dengan Korut. Pemeriksaan ini dilakukan kepada organisasi yang memiliki kemungkinan dapat menyebarkan bahan kimia.


Bennett mengklaim, penggunaan senjata biologi dari Korut merupakan bentuk serangan awal Korut kepada Korsel. Bila ini terjadi, tentunya dapat mengubah segala aspek perang di Semenanjung Korea.

(faj) Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan