Khamis, 27 Oktober 2011

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Libya berjanji akan adili pembunuh Gaddafi

Posted: 27 Oct 2011 08:38 PM PDT

Pemimpin Libya Muammar Gaddafi saat konferensi pers di Istana Quirinale, Roma, Italia, dalam foto arsip bertanggal 10 Juni 2009 ini.(REUTERS/Max Rossi)

Berita Terkait

Video

Benghazi (ANTARA News) - Penguasa baru Libya mengatakan mereka akan mengusut pembunuh mantan pemimpin Libya Muamar Gaddafi menyusul kecaman internasional atas keadaan sekitar kematiannya.

"Berkenaan dengan Gaddafi, kami tidak akan menunggu siapapun untuk memberitahu kami," kata Abdel Hafiz Ghoga, wakil pemimpin Dewan Transisi Nasional (NTC) pada konferensi pers di Benghazi.

"Kami telah melancarkan penyelidikan. Kami telah mengeluarkan kode etik dalam menangani tawanan perang. Ada beberapa pelanggaran oleh orang-orang yang sungguh disayangkan melukiskan dirinya sebagai revolusioner. Saya yakin itu aksi individual dan bukan aksi revolusioner atau tentara nasional," kata pejabat penting pemerintah sementara itu.

"Kami telah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa suatu pelanggaran hak asasi manusia akan diselidiki oleh NTC. Siapapun yang bertanggungjawab atas hal itu (pembunuhan Gaddafi) akan diadili."

Ghoga, yang berbicara dalam bahasa Arab dan diterjemahkan oleh seorang penterjemah pemerintah, sedang menanggapi pertanyaan khusus mengenai kematian Gaddafi dan kemungkinan penganiayaan Gaddafi.

Pernyataannya itu dibuat ketika NATO mempertimbangkan kemungkinan peran baru di Libya menyusul kematian Gaddafi yang kontroversial, sementara Prancis mengatakan PBB akan mengadakan pemungutan suara, Kamis, untuk mengakhiri mandat aliansi itu untuk melakukan perang udara di Libya pada 31 Oktober.

PBB dengan suara bulat, telah mensahkah resolusi yang mengakhiri mandat NATO itu.
(S008/H-RN)

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Partai Islam menangkan Pemilu Tunisia

Posted: 27 Oct 2011 07:42 PM PDT

Partai berhaluan agama, Ennahda, memberi pesan kepada negara lain di Timur Tengah bahwa Islam yang terpinggirkan mampu menjadi kekuatan dalam kebangkitan Arab. (REUTERS/Zoubeir Souissi)

Berita Terkait

Video

Tunis (ANTARA News) - Negara-negara Barat mungkin terhenyak mendapat kabar ini, bahwa partai berhaluan Islam memenangkan pemilihan umum di Tunisia yang di masa lalu menjadi salah satu negara Arab yang sekuler.

Setelah naiknya popularitas Ikhwanul Muslimin di Mesir pasca tumbangnya rezim Hosni Mubarak, kabar di Tunisia ini bakal ditanggapi dengan penuh kekhawatiran oleh dunia Barat.

Reuters melaporkan, Jumat, Partai Ennahda, dinyatakan oleh komisi pemilihan umum Tunisia sebagai pemenang pemilu legislatif.

Jumlah kursi yang diperebutkan dalam dewan legislatif Tunisia adalah 217 kursi dan Ennahda memenangi 41 persen diantaranya atau 90 kursi.

Ennahda mengatakan ingin membentuk pemerintahan baru dalam jangka sebulan ke depan.

Berikut hasil pemungutan suara 23 Oktober sebagaimana diumumkan komisi pemilihan umum Tunisia, Kamis kemarin.

Partai Ennahda                  90 kursi
Kongres untuk Republik          30
Ettakatol                       21
Popular List                    19
Partai Demokratik Progresif     17
Moubadra                         5
Kamp Modernis                    5
Afac                             5
Partai Pekerja Komunis           3
Partai-partai gurem/independen  12
(*)

Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan