Selasa, 9 Ogos 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Smash Hibur PNS di Gedung Sate

Posted: 09 Aug 2011 06:34 AM PDT

Bandung (ANTARA News) - Smash, grup vokal laki-laki atau "Boyband" asal Kota Kembang Bandung, menghibur para pegawai negeri sipil (PNS) Pemprov Jawa Barat di Gedung Sate Bandung, Selasa.

Kedatangan Boyband Smash (atau ditulis Sm*sh, red) ke Gedung Sate Bandung sebenarnya untuk bertemu dengan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf di ruang kerjanya.

Mereka langsung disambut histeris oleh para PNS perempuan dan beberapa mahasiswa serta siswi SMA yang sedang magang di Gedung Sate Bandung.

Smash tiba di Gedung Sate sekitar pukul 11.30 WIB namun tidak semua personelnya yang berjumlah tujuh orang itu datang ke Gedung Sate.

Boyband Smash yang gaya penampilannya mirip Boyband Korea Super Junior ini hanya datang dengan empat personel yakni Morgan, Rafael, Rangga, dan Bisma. Sedangkan Dicky dan dua personel lainnya yakni Reza dan Ilham berhalangan hadir karena sedang sekolah.

Selain para PNS di lingkungan Pemprov Jawa Barat, puluhan fans mereka yang biasa disapa "Smashblast" itu hadir di Gedung Sate.

Para PNS dan SMASHBLAST tak mau menyia-nyiakan kesempatan dengan mendaulat Smash untuk tampil di Aula Timur Gedung Sate.

Dipimpin oleh Dede Yusuf, akhirnya para personel Smash tersebut tampil dengan membawakan lagu pamungkas mereka yakni "I Heart You".

Menurut informasi yang diperoleh dari petugas Gedung Sate, kedatangan Smash yang merupakan singkatan dari Seven Man As Seven Heroes itu ke Gedung Sate, selain untuk bertemu dengan Wagub Jabar juga untuk proses pengambilan gambar sebuah program di stasiun televisi nasional.(*)
(U.KR-ASJ/A041)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Ada Rekam Jejak Perjalanan Komunitas Dalam Musik

Posted: 09 Aug 2011 04:42 AM PDT

Tobelo, Maluku Utara (ANTARA News) - Menyelami dan menyadari perjalanan sejarah satu komunitas masyarakat tidak terlalu sulit. Pahami saja musik masyarakat setempat, maka pencerahan itu niscaya diperoleh secara gamblang.
   
Ahli etnomusikologi kondang, Rizaldi Siagian, menunjukkan hal itu saat menyaksikan langsung ansambel musik etnik komunitas adat Tobelo memainkan sejumlah komposisi musik mereka, di Kota Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Selasa.
   
Satu instrumen musik buatan tangan, sangat mirip dan berfungsi seperti biola berdawai tiga, digesek dan mengeluarkan serangkaian tangga nada. Ditimpali dua tifa (sejenis gendang dari kulit lembu terbuat dari kayu kelapa) menyusul dengan birama nada cepat.
   
Dilanjutkan dengan kehadiran dua kelompok penari, barisan lelaki dan perempuan yang lalu tiba di tengah arena dan berhadapan. Lenggak-lenggok dan hentakan kaki serta ayunan tangan semua penari tarian tradisional Tobelo itu membentuk pola serupa.
   
"Itulah tarian Yora, tarian yang diilhami gerakan burung bidadari saat menyambut pagi di ketinggian pohon hutan-hutan kami ini," kata salah satu tetua adat Tobelo, Yesaya. Pertunjukan tarian dan ansambel musik itu dilakukan di salah satu paviliun rumahnya, di pinggir pantai Kota Tobelo yang menghadap Pulau Kakara di sebelah timur.

Tarian Yora sendiri, merupakan satu tarian yang sangat dikenal semua orang di Kabupaten Halmahera Utara itu. "Ada nilai filosifis dan konsepsi budaya di balik ritme dan gerak tarian itu. Arah timur, di mana matahari terbit, menjadi sangat penting maknanya bagi komunitas setempat sekalipun zaman sudah sangat maju saat ini.
   
Demikianlah menurut Siagian; dari pemakaian alat-alat musik tradisional --lengkap dengan gong besarnya-- jelas terlihat bahwa kehadiran kolonialis Portugis pada abad ke-16 masih menyisakan "wajahnya".
   
Kolonialis Portugis diketahui menjejakkan kakinya di Pulau Tidore --bersebelahan dengan Pulau Ternate dan Pulau Halmahera-- setelah melakukan hal  sama di Semenanjung Malaka pada pertengahan abad ke-16. Di kedua tempat yang sempat menjadi wilayah kedaulatan Kerajaan Majapahit, Portugis memberi pengaruh yang cukup besar.
   
Salah satu pengaruh itu adalah beberapa penggal kata yang kemudian diserap dalam bahasa setempat. Kata capato yang berasal dari kata bahasa Portugis zapatto berarti sepatu dalam bahasa Indonesia. Bagi komunitas masyarakat Tobelo dan sekitarnya, mereka menyebut sepatu dengan kata capato itu. Belum lagi kata "bendera" yang terang-terangan berarti bendera dalam bahasa Indonesia.
   
"Semangat kolonialisme itu jelas hilang kini. Tapi rupanya penyerapan dan pelestarian produk budayanya masih ada. Ini kekayaan buat Indonesia karena budaya Indonesia itu disusun dari budaya-budaya komunitas adat di seluruh Nusantara," katanya.
(A037)

Editor: Bambang

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan