Rabu, 8 Jun 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


SPS Ganti Nama

Posted: 08 Jun 2011 09:01 AM PDT

Dahlan Iskan. (FOTO.ANTARA)

Berita Terkait

Video

Denpasar (ANTARA News) - Peserta Kongres ke-23 Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) di Denpasar, Bali, memutuskan mengganti nama dari Serikat Penerbit Suratkabar menjadi Serikat Perusahaan Pers (SPS).

"Penggantian nama tersebut sudah menjadi hasil kongres ke-23, sehingga dengan sebutan baru SPS ini akan menjadi langkah maju organisasi tersebut ke depan," kata Ketua Umum SPS Dahlan Iskan di Denpasar, Rabu malam.

Dahlan yakin SPS akan maju karena dalam kepengurusan organisasi yang baru ini akan ada bidang yang khusus menganalisis dan mempersiapkan sumber daya manusia, termasuk konsultan profesional yang mengurusi program-program kerjanya.

"Di sekretariat SPS yang baru ini tidak saja menempatkan karyawan yang mengurusi administrasi perkantoran dan keanggotaan, tetapi kami juga akan mengangkat konsultan profesional dalam pembuatan program kerja, termasuk juga mengevaluasinya," ucapnya.

Dia menjelaskan, pengangkatan konsultan ini untuk membuat program kerja dan mengevaluasi program yang dikerjakan pengurusnya sendiri.

"Dalam era globalisasi, saya sadari persaingan media cetak dengan media internet sangat ketat, maka dari itu peran konsultan di organisasi ini sangat penting. Dengan adanya seorang konsultan diharapkan nanti sekaligus mampu mengarahkan apa langkah sebaiknya media cetak agar tetap eksis," katanya.

Menurut dia, perkembangan media cetak atau suratkabar akan dapat eksis di tengah persaingan dengan media internet bila media tersebut bisa beradaptasi dengan masyarakat.

"Suratkabar yang mampu menyajikan berita-berita terkini berdasarkan kode etik jurnalistik, saya yakin akan dapat diterima warga. Artinya suratkabar tersebut pasti akan tetap eksis," ucapnya.

Pada acara penutupan Kongres SPS tersebut diserahkan "Indonesia Print Media Awards" (IPMA) 2011 kepada penerbit suratkabar, tabloid dan majalah.

Di antara yang mendapat penghargaan adalah Kompas, Seputar Indonesia, Republika, Tempo, tabloid Cantiq, dan Tribun.(*)

T020/E011

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Idealnya Ada 25 Ribu Spesialis Penyakit Dalam

Posted: 08 Jun 2011 08:37 AM PDT

Ilustrasi (grafis)

Berita Terkait

Video

Batam (ANTARA News) - Idealnya Indonesia memiliki 25 ribu dokter spesialis penyakit dalam untuk melayani warga di seluruh wilayah, ujar Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia atau PAPDI, Aru W. Sudoyo, di Batam, Rabu.

Namun, sambungnya, yang baru tersedia hanya 2.900 orang.

Menurut Aru, kekurangan itu mengakibatkan banyak wilayah Indonesia terutama daerah kepulauan dan perbatasan tidak memiliki dokter spesialis penyakit dalam.

"Distribusi ke daerah juga kurang. Di daerah-daerah sering penderita penyakit dalam dilayani dokter umum," tambah dia.

PAPDI berharap pemerintah berperan aktif meningkatkan kemampuan dan kompetensi dokter umum untuk menjadi dokter spesialis.

Sementara Sekretaris Jenderal PAPDI Chairul Rajab Nasution mengatakan pemerintah seharusnya memprioritaskan penempatan dokter spesialis di daerah perbatasan dengan kontrak kerja 10 tahun, disertai peralatan yang lengkap.

"Banyak dokter spesialis di daerah akhirnya hengkang karena tidak ada alat kesehatan yang mereka butuhkan atau keahlian mereka tidak dihargai secara layak," katanya.

Chairul mengharapkan PAPDI dilibatkan dalam penempatan dokter spesialis. "Selama ini hal tersebut hanya dilakukan oleh pemerintah," ucap Chairul.

Chairul juga meminta pemerintah menambah jumlah rumah sakit pendidikan agar jumlah spesialis penyakit dalam dan spesialis lainnya mendekati ideal.

"Saat ini jumlahnya hanya 19, seharusnya bisa lebih banyak lagi," katanya.(*)

ANT

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan