Ahad, 10 April 2011

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Serangan NATO Hancurkan 25 Tank Libya

Posted: 10 Apr 2011 09:28 PM PDT

Jet tempur Rafale Perancis menjalankan operasi militer melawan Libya (FOTO ANTARA/REUTERS/Jean-Paul Pelissier)

Berita Terkait

Video

Brussels (ANTARA News) - Serangan-serangan udara NATO telah menghancurkan 25 tank Libya di dekat kota timur Ajdabiya dan kota barat Misrata, kata komandan operasi koalisi Minggu.

"Situasi di Ajdabiya dan Misrata khususnya sangat menyedihkan orang-orang Libya yang sedang diserang secara brutal oleh rezim (Muammar Gaddafi)," kata Letnan Jenderal Charles Bouchard, komandan operasi NATO.

"Untuk membantu melindungi warga sipil kami terus menyerang kekuatan-kekuatan mereka, dengan 11 tank hancur hari ini pada saat mereka mendekati Ajdabiya dan 14 tank hancur pada dinihari ini di pinggiran Misrata," katanya, seperti dikutip dari Xinhua-OANA.

Tembakan-tembakan senjata api mengguncang kota medan pertempuran Ajdabiya untuk hari kedua Minggu, saat pasukan yang setia kepada pemimpin Libya Gaddafi meluncurkan serangan berkelanjutan setelah menarik mundur bulan lalu.

Di Misrata, kota ketiga terbesar Libya, operasi koalisi sudah menghancurkan 15 tank, sehingga jumlah tank yang hancur di kota itu menjadi 29.

NATO mengambil alih komando operasi multinasional dari Amerika Serikat pada 31 Maret.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu baru-baru ini dikecam oleh para pemberontak Libya karena serangan mereka kurang efisien dan serangan udara yang keliru kepada pejuang pemberontak.

Sementara itu menurut laporan-laporan AFP dari Benghazi, NATO melancarkan serangan udara terhadap tentara Libya di Misrata pada Minggu, kata pemberontak.

Pemberontak mengatakan serangan itu dilakukan setelah pasukan Muammar Gaddafi menewaskan sedikitnya 11 orang selama akhir pekan lalu.

Serangan itu dilakukan pada Ahad pagi, kata juru bicara pemberontak di kota benteng pertahanan tersebut kepada AFP, dengan menggambarkan bahwa langkah itu sebagai "perkembangan baik" tentang campur tangan NATO di negaranya.

"Mereka memulai serangan terhadap tentara pemerintah kemarin, di wilayah barat daya kota dan dekat pusat kota Misrata," kata juru bicara itu.

"Paginya, ada sejumlah serangan, namun kami tidak tahu sasarannya mana," katanya, dengan menambahkan bahwa delapan pemberontak tewas oleh tentara Gaddafi dan 22 pejuang lainnya cedera pada Sabtu.

Dokter di rumah sakit Misrata menyebutkan jumlah sama korban tewas kepada AFP, termasuk warga, sementara jumlah yang luka mencapai 25 orang.

Dokter itu mengatakan rumah sakitnya menerima tiga jenazah pada Minggu, dua pemberontak dan satu warga, dengan menyatakan kemungkinan ada korban tambahan di sarana kesehatan lain.

Pada Sabtu, warga menggunakan kapal untuk mengungsi dari Misrata, yang dikepung tentara Gaddafi selama satu bulan setengah, dengan mengatakan keadaan di sana sangat mengerikan.

"Tidak ada satu pun kata di kamus dapat menggambarkannya. `Bencana` saja tidak cukup," kata kapten kapal, Ali Spak, yang kapalnya berada di laut menghubungkan Misrata dengan benteng pemberontak, Benghazi.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Helikopter PBB, Prancis Serang Kediaman Gbagbo

Posted: 10 Apr 2011 05:17 PM PDT

Sebuah helikopter PBB MI-24 terbang di atas Abidjan, Kamis (7/4). Penjaga perdamaian PBB telah mengepung (FOTO ANTARA/REUTERS/Luc Gnago)

Berita Terkait

Video

Abidjan (ANTARA News) - Helikopter PBB dan Prancis, Ahad (11/4), melepaskan tembakan ke kediaman resmi presiden Pantai Gading di Abidjan, kota terbesar di Pantai Gading, kata warga setempat.

Serangan udara tersebut dilancarkan sehari setelah pasukan yang setia kepada presiden petahana (incumbent) Laurent Gbagbo menyerang Golf Hotel, markas pesaing Gbagbo dalam pemilihan presiden, Alassane Ouattara, demikian Xinhua-OANA melaporkan.

Ouattara diakui masyarakat internasional dan tampil sebagai kepala negara di Pantai Gading di televisi pekan lalu guna menginstruksikan pemulihan keamanan di negeri tersebut.

Gbagbo, yang telah berlindung di satu tempat perlindungan bawah tanah sejak sepekan sebelumnya, tampaknya meningkatkan perlawanan. Ia pada Jumat menguasai stasiun televisi negara dan membom hotel tempat Ouattara kini tinggal pada hari berikutnya.

Misi pemelihara perdamaian PBB di Pantai Gading (ONUCI), Ahad, mengkonfirmasi serangan tersebut oleh helikopternya, dan mengatakan serangan itu ditujukan "untuk menetralkan" senjata berat Gbagbo.

Beberapa sumber mengakui bahwa sebagian serangan udara tersebut merusak kediaman resmi presiden, tempat Gbagbo tinggal. Sumber itu mengulangi tuduhan Prancis memihak pemberontak dalam perang saudara 2002-2003 dan kini berusaha membunuh dia lagi dalam kudeta lain.

ONUCI dan Prancis mengerahkan helikopter serang pada Senin guna meningkatan serang terhadap Pasukan Republik, yang pro-Ouattara terhadap kubu terakhir Gbagbo, termasuk kediamannya di wilayah Cocody, Abidjan.

Dengan melancarkan serangan udara, Pasukan Republik menembus garis pertahanan dan mendekati "pertempuran terakhir" mereka setelah terhuyung-huyung selama beberapa saat akibat perlawanan sengit dari sebanyak 1.000 prajurit pro-Gbagbo. Pasukan pro-Gbagbo dilaporkan mempersenjatai diri dengan senjata artileri, kendaraan lapis baja dan senjata berat lain.

ONUCI dan pasukan Prancis menyatakan mereka bertindak untuk menerapkan resolusi PBB 1975, yang baru disahkan.

Ouattara mengumumkan blokade di sekitar kediaman Gbagbo setelah tentaranya berusaha melancarkan serangan lagi pada Rabu, tapi gagal merebutnya.

Dalam pidato pertama yang disiarkan melalui televisi kepada rakyat negeri tersebut, presiden yang diakui masyarakat internasional itu juga menyampaikan berbagai tindakan pasca-Gbagbo, termasuk disiplin, ketenangan, keamanan, keamanan dan bantuan kemanusiaan di Abidjan.

Pasukan Republik melancarkan serangan militer pekan sebelumnya, dengan melakukan pembersihan ke selatan guna merebut sejumlah kota kecil sebelum memasuki Abidjan.

Perang tersebut, yang dipicu oleh pertikaian dalam pemilihan presiden pada 28 November, adalah yang kedua sejak 2002. Saat itu negeri tersebut terpecah jadi wilayah selatan, yang dikuasai Gbagbo, dan utara --yang dikuasai oleh mantan kelompok pemberontak Pasukan Baru, tulang punggung Pasukan Republik, yang baru dibentuk.

Dalam perang saudara baru mereka, kedua pihak dianggap bertanggung jawab karena membunuh warga sipil. (C003/A011/K004)

Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan