Republika Online |
Jalan Utama Bahrain Dikepung Truk dan Tank Militer Posted: 17 Feb 2011 08:56 AM PST REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA - Puluhan tank dan truk militer serta mobil ambulans tampak berkeliling di sepanjang jalan raya utama di pusat Manama pada Kamis tak lama setelah polisi Bahrain membersihkan kemah-kemah pemrotes d i sebuah alun-alun di ibu kota negara. Lebih dari 50 kendaraan lapis baja kemudian terlihat bergerak ke arah Lapangan Mutiara di Manama Pusat, tak lama setelah polisi Bahrain membersihkan ratusan demonstran dari lapangan itu pada paginya. Setidaknya dua pengunjuk rasa tewas ketika polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet saat membersihkan lapangan itu. Sedikitnya 50 pemrotes lainnya terluka, 10 di antaranya cedera serius, kata juru bicara kelompok oposisi utama Syiah, gerakan Ak-Wefaq, Matar-Matar. Keluarganya menyebut korban adalah Mahmoud Makki Ali, 22 tahun, dan Ali Mansour Ahmad Khoder, 52 tahun, namun tidak menjelaskan sekitar kematian mereka. Para wanita yang menangis di antara keluarga korban berkumpul di luar pintu masuk Rumah Sakit Salmaniya, di Manama. Pasukan keamanan Bahrain menggunakan gas air mata pada saat mereka bergerak menerobos kumpulan pemrotes, menurut saksi mata kepada AFP, dan ledakan-ledakan serta suara raungan ambulan terdengar sampai beberapa ratus meter dari lapangan itu, yang kini telah ditutup. Para pemrotes kemudian berhamburan dari lapangan dikejar pasukan keamanan, pada saat sebuah helikopter terbang di atas mereka. "Mereka menyerang lapangan, di mana ratusan orang berdiam semalam di dalam tenda-tenda," kata seorang saksi mata, Fadel Ahmad, 37 tahun. Mahmoud Faraj, saksi lain, mengatakan pasukan keamanan "datang melewati jembatan yang menjorok di lapangan dan mencatat bahwa beberapa orang terluka". Pada fajar Kamis, lapangan telah hampir kosong, selain beberapa orang yang diperiksa oleh petugas polisi. Mereka menamai lapangan itu sebagai Bundaran Tahrir (Pembebasan), salah satu sudut di Kairo yang menjadi titik fokus pemberontakan yang akhirnya menggulingkan orang kuat Hosni Mubarak Jumat lalu, setelah 18 hari protes nasional. Pada Rabu, ribuan warga Bahrain meneriakkan perubahan rezim dan "monarki konstitusional yang nyata" setelah penguburan dua pengunjuk rasa yang tewas. Dipisahkan oleh sebuah jembatan dari pulau utama Manama, pendukung rezim juga menggelar parade di pulau Moharraq, melambai-lambaikan bendera merah dan putih menyatakan dukungan mereka kepada Raja Hamad. |
Prabowo: Masa Depan Petani Indonesia Makin Terancam Posted: 17 Feb 2011 08:52 AM PST REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Prabowo Subiyanto, menilai kebijakan pemerintah yang membuka kran impor sebebas-bebasnya bagi komoditas pertanian telah mengancam masa depan petani dan kemandirian pangan nasional. Karenanya, HKTI mendesak pemerintah mencabut kebijakan itu dan menerapkan bea masuk bagi 57 produk komoditi pertanian untuk melindungi para petani Indonesia. "Kebijakan pembebasan tarif bea masuk impor komoditi merupakan langkah tergesa-gesa dan bersifat jangka pendek. Karenanya, HKTI mendesak agar kebijakan ini segera dicabut," ujar Prabowo saat beraudiensi dengan Komisi IV DPR RI di Gedung DPR Jakarta, Kamis (17/2). Prabowo menyatakan HKTI senantiasa menolak setiap kebijakan dan upaya penyelesaian masalah pemenuhan kebutuhan pangan dengan menjadikan impor pangan dan berbagai komoditi pertanian sebagai alternatif utama atau bahkan menjadi satu-satunya "obat mujarab". Menurut dia, upaya pemenuhan kebutuhan pangan dengan mengandalkan kemampuan para petani Indonesia yang didukung oleh kebijakan pemerintah yang pro-petani serta diversifikasi pangan harus menjadi solusi andalan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Sementara, impor pangan dan berbagai komoditi pertanian harus dijadikan pilihan terakhir dan hanya dimungkinkan bila stok pangan nasional sudah kritis. "Itu pun harus dilakukan dengan perencanaan yang komprehensif dan sifatnya temporer, bukan ritual tahunan," ujarnya. HKTI menilai kebijakan perdagangan pemerintah yang liberal itu seringkali bertentangan dengan kebijakan revitalisasi pertanian. "Ironis, di saat pemerintah menjanjikan prioritas pembangunan pertanian melalui revitalisasi pertanian, yang terjadi justru marjinalisasi petani," katanya. |
You are subscribed to email updates from Republika Online To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan