ANTARA - Berita Terkini |
Benny Wicaksono Ajak Berontak Pada Kapitalisme Global Posted: 17 Feb 2011 06:49 PM PST Akhirnya sebuah model budaya yang irasional hadir melalui program televisi, memasuki ruang-ruang suci keluarga Indonesia, meracuni sendi-sendi pemahaman anak-anak bangsa. Dan kita merayakan dengan gegap gempita Berita Terkait Ia mengemukakan hal itu dalam panggung orasi bertajuk "Satu-7-an" yang digelar DBUKU Bibliopolis pada setiap tanggal 17 setiap bulan di Royal Plaza, Surabaya, Kamis. "Forum-forum seperti ini sangat langka di kota industri seperti Surabaya. Perbincangan yang sifatnya kebudayaan sudah terabaikan, apalagi anak-anak muda cenderung gemar ke mal dengan menghabiskan waktu, uang, dan peluang," tuturnya. Benny memuji langkah Dbuku Bibliopolis yang hadir sebagai sebuah perpustakaan di mal menjadi sebuah tawaran alternatif dari hal-hal yang sifatnya pragmatis, konsumtif, dan mendorong pemberontakan kebudayaan. "Ini model pemberontakan anak muda yang meskipun dalam diam, namun sesungguhnya menyajikan sebuah pemberontakan. Ini adalah model suatu agenda sejarah yang memberikan tawaran wilayah alternatif dari kesesakan hal-hal yang sifatnya pragmatis," paparnya. Menurut dia, gerakan seperti itu penting dilakukan oleh anak muda, karena anak muda di Indonesia kurang memahami nilai dasar dari budaya yang mereka gandrungi saat ini. "Mereka kurang mengerti bahwa budaya dari luar negeri yang mereka serap sesungguhnya memiliki semangat pemberontakan revolusioner terhadap kondisi sosial di negeri asalnya. Bukan sekedar gaya yang dianggap modern dan keren seperti yang mereka rayakan," ujarnya. Semestinya, menurut dia, anak-anak muda menyediakan sedikit waktu untuk belajar bagaimana counter culture itu muncul sebagai sebuah bentuk protes yang sangat cerdas dan intelektual. "Bukan sekedar perayaan dari ungkapan yang sinis. Protes itu pada sejarahnya adalah suatu bentuk perlawanan terhadap tekanan dari pihak-pihak yang berkuasa," katanya, menegaskan. Ia mencontohkan budaya hip hop yang lahir di Inggris itu berasal dari kaum yang meneriakkan segala caci maki dari tekanan hidup dan perayaan kemiskinan di tengah kemakmuran negeri yang maju. "Hip-hop kemudian menjadi suatu model pemberontakan yang mendunia. Sebuah budaya perlawanan yang alamiah," katanya. Dalam pandangannya, bisa jadi budaya "Metal" (melayu total) yang merajalela secara sendu dan mendayu-dayu dalam bentuk penampilan sangar, gahar, penuh anting, dan simbol-simbol pemberontakan tapi melagukan lagu cengeng, mengiba, merupakan pemberontakan model budaya ala Melayu. "Tapi, pemberontakan semacam itu tanpa melakukan suatu semangat, tanpa membangun suatu apresiasi, hanya larut, tidak cerdas, tidak intelek, tidak kritis, dan tidak rasional," katanya. Bahkan, model pemberontakan yang tidak rasional itu akhirnya muncul dalam budaya televisi yang hanya bicara soal rating. "Akhirnya sebuah model budaya yang irasional hadir melalui program televisi, memasuki ruang-ruang suci keluarga Indonesia, meracuni sendi-sendi pemahaman anak-anak bangsa. Dan kita merayakan dengan gegap gempita," katanya. Ia menegaskan bahwa kondisi itu merupakan konsekuensi dari kapitalisme global yang menyerang dengan teknologi dan mencaplok sisi-sisi kecerdasan anak muda yang seharusnya diberi informasi yang membangun kepribadian, kecakapan, dan nilai-nilai moral. "Tidak bisa tidak yang bisa kita lakukan adalah membangun cara berpikir pemberontakan kebudayaan. Membangun model dari cara berpikir alternatif, cerdas, rasional, yang sanggup memberi satu pemahaman baru kepada generasi muda Indonesia. Kita bisa belajar kepada alam dan lingkungan sekitar kita, salah satunya adalah membaca buku," tuturnya. Editor: Aditia Maruli Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
Teknologi Terbaru Membebani Staf Keamanan Cyber, Temuan Sebuah Kajian Posted: 17 Feb 2011 06:34 PM PST AsiaNet 43271 Kesenjangan Kritis dalam Keterampilan Juga Ditemukan Pada Penelitian Frost & Sullivan yang Disponsori (ISC) 2 atas Lebih dari 10.000 Profesional bidang Keamanan Informasi di Seluruh Dunia Studi (ISC)2(R) tahun 2011 tentang Global Information Security Workforce Study (GISWS), yang dilakukan oleh Frost & Sullivan, menyatakan bahwa ancaman baru yang berasal dari perangkat mobile, cloud, jejaring sosial dan aplikasi yang tidak aman, serta tanggungjawab tambahan seperti menangani masalah keamanan pelanggan, menyebabkan "profesional bidang keamanan informasi telah terbebani penuh, dan seperti serangkaian kebocoran kecil di bendungan, tenaga kerja yang bekerja dengan beban berlebih saat ini mungkin menunjukkan tanda-tanda keberatan beban." "Dalam organisasi modern, pengguna akhir mendikte prioritas IT dengan membawa teknologi ke perusahaan, bukan sebaliknya," kata Robert Ayoub, direktur program global - keamanan jaringan Frost & Sullivan. "Tekanan untuk mengamankan terlalu banyak dan kesenjangan dalam keterampilan menciptakan resiko bagi organisasi di seluruh dunia. "Tetapi, kita bisa mengurangi risikonya, jika kita berinvestasi sekarang dalam menarik tenaga berkualitas tinggi ke bidang ini dan sekaligus juga melakukan investasi dalam pengembangan profesional untuk keterampilan yang baru. Sebagaimana didapati oleh penelitian tersebut, solusi-solusi ini sedang berlangsung, namun pertanyaannya masih apakah cukup cepat dan memadai hadirnya profesional dan pelatihan baru untuk menjaga infrastruktur kritis global di sektor swasta dan umum." -- Pengembangan perangkat lunak yang aman merupakan bidang fokus baru yang signifikan bagi profesional bidang keamanan informasi di seluruh dunia. Kerawanan aplikasi menempati peringkat pertama ancaman untuk organisasi menurut 72 persen responden, sedangkan 20 persen mengatakan mereka terlibat dalam pengembangan perangkat lunak yang aman. -- Hampir 70 persen responden melaporkan telah menerapkan kebijakan dan teknologi untuk memenuhi tantangan keamanan perangkat mobile, namun perangkat mobile masih menduduki peringkat kedua dalam daftar perhatian tertinggi oleh para responden. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keamanan mobile dapat menjadi ancaman paling berbahaya bagi organisasi di masa mendatang. -- Komputasi cloud menggambarkan kesenjangan serius antara penerapan teknologi dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan keamanan. Lebih dari 50 persen responden melaporkan telah menerapkan cloud pribadi, sementara lebih dari 70 persen melaporkan perlunya keterampilan baru untuk mengamankan teknologi berbasis cloud dengan benar. -- Para profesional belum siap menghadapi ancaman media sosial. Responden melaporkan kebijakan dan perlindungan yang tak konsisten bagi para pengguna akhir yang mengunjungi situs-situs media sosial, dan kurang dari 30 persen tidak memiliki kebijakan keamanan apapun terhadap media sosial apapun. -- Virus dan worm, hacker dan karyawan internal sebagai ancaman utama telah menurun sejak tahun 2008, tahun terakhir diadakannya penelitian tersebut. -- Pemicu utama pertumbuhan lanjutan profesi ini adalah tuntutan kepatuhan pada regulasi, potensi kehilangan data yang lebih besar melalui perangkat mobile dan tenaga kerja mobile, serta potensi kehilangan kendali karena organisasi mengalihkan data ke layanan berbasis cloud. -- Hampir dua-pertiga responden tidak melihat adanya kenaikan anggaran untuk staf dan pelatihan keamanan informasi pada tahun 2011. -- Gaji menunjukkan pertumbuhan yang baik meskipun adanya resesi global, dengan tiga dari lima responden melaporkan menerima kenaikan gaji pada tahun 2010. Secara keseluruhan, gaji profesional keamanan informasi meningkat, dengan wilayah A-P menunjukkan pertumbuhan tertinggi sebesar 18 persen sejak penelitian tahun 2007. "Dengan meningkatnya permintaan akan profesional keamanan informasi karena ancaman keamanan, kita perlu mengubah pendekatan kita terhadap keamanan cyber global guna mengatasi kesenjangan keterampilan yang diungkapkan oleh kajian ini," ujar Dr Lee Jae-woo, ketua bersama Dewan Penasihat Asia (ISC)2 dan Anggota Luar Biasa (ISC)2. "Terutama di Asia, kita melihat peluang karir sedang bertumbuh. Dalam rangka mengisi kesenjangan tuntutan profesional, kami mendorong industri, pemerintah, akademisi dan profesi untuk bekerjasama menarik generasi dan bakat baru dalam bidang keamanan informasi yang sangat berkualitas sambil terus mendukung profesional saat ini untuk membantu mereka menghadapi ancaman terbaru." Rata-rata pengalaman responden di seluruh dunia lebih dari sembilan tahun, sedangkan lima persen responden menyandang posisi eksekutif seperti Chief Information Security Officer. Selain itu, Frost & Sullivan melengkapi analisis tersebut dengan sumber dan metode data primer-lainnya. Tujuan GISWS, kajian kelima yang disponsori oleh (ISC)2 sejak tahun 2004, adalah untuk memberikan penelitian yang bermakna tentang profesi keamanan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholder) dalam industri, termasuk para profesional, perusahaan, instansi pemerintah, akademisi, dan manajer perekrutan. Kajian lengkap dapat ditemukan di sini: https://www.isc2.org/workforcestudy/Default.aspx. Tentang (ISC)2 Sertifikasi (ISC)2 termasuk di antara sertifikasi teknologi informasi pertama yang memenuhi persyaratan ketat ANSI/ ISO/IEC Standar 17024, sebuah patokan global untuk menilai dan mensertifikasi staf. (ISC)2 juga menawarkan program dan layanan pendidikan berdasarkan CBK(R), ringkasan topik keamanan informasi. Informasi lebih lanjut tersedia di http://www.isc2.org. (C) 2011, (ISC)2 Inc. (ISC)2, CISSP, CSSLP, ISSAP, ISSMP, ISSEP, CAP, SSCP dan CBK adalah merek terdaftar (ISC)2, Inc. Kontak: Kitty Chung Editor: Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Berita Terkini To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan