ANTARA - Peristiwa |
Menakertrans Kunjungi Kampung TKI di Banyuwangi Posted: 05 Feb 2011 06:47 AM PST Berita Terkait Video Terkait Kunjungan Menakertrans tersebut untuk mengampanyekan program pelatihan wirausaha dan kredit usaha rakyat (KUR) khusus buruh migran tersebut. "Pelatihan wirausaha dapat menjadi alternatif pilihan bagi para TKI, TKI purna dan keluarga TKI agar bekerja di dalam negeri dan tidak perlu menjadi TKI di sektor informal," kata Muhaimin. Ia menjelaskan, Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten di Jawa Timur yang menduduki peringkat ketiga jumlah TKI, setelah Malang dan Tulungagung. "Potensi sumber daya alam di Banyuwangi cukup subur, sehingga masyarakat tidak perlu menjadi TKI di sektor informal. Kami akan mengadakan pelatihan berbasis sumber daya alam di Banyuwangi," katanya menjelaskan. Menurut dia, pelatihan kewirausahaan disesuaikan dengan minat TKI, potensi, dan sumber daya alam yang tersedia di sekitar kantong TKI yang berada di sejumlah daerah di Indonesia. "Jenis-jenis pelatihan wirausaha yang dilakukan antara lain budidaya ayam, sapi, kambing, usaha konveksi, menjahit dan bordir," tuturnya. Selain itu, kata dia, ada juga pelatihan tata rias pengantin, tata boga, bengkel motor, sablon dan percetakan, pengelasan, dan konstruksi skala kecil. "Pelatihan kewirausahaan yang dilakukan pihak Kemenakertrans melalui metode pengetahuan teknis, praktik kerja lapangan, pemberian modal usaha, proses pendampingan dan strategi pemasaran hasil usaha," paparnya. Mengenai permodalan, lanjut Muhaimin, peran serta pihak perbankan akan ditingkatkan dalam program kredit usaha rakyat (KUR) khusus TKI. "TKI purna pun berhak mendapat fasilitas KUR berupa kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)," katanya menambahkan. Muhaimin Iskandar secara simbolis juga memberikan bantuan kepada calon TKI dan purna TKI di Desa Sumberjeruk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, setelah melakukan dialog dengan sejumlah TKI di desa setempat. Data di Kemenakertrans per Juli 2010 mencatat jumlah TKI terbanyak berada di Cirebon (Jabar) dengan jumlah 129.717 orang, selanjutnya Indramayu (Jabar) sebanyak 95.581 orang, Subang (Jabar) sebanyak 95.180 orang. Selanjutnya, Cianjur (Jabar) sebanyak 89.182 orang, Lombok Tengah (NTB) sebanyak 62.512 orang, Lombok Barat (NTB) sebanyak 59.751 orang, Sukabumi (Jabar) sebanyak 55.207 orang, Ponorogo (Jatim) sebanyak 47.717 orang, Lombok Timur (NTB) sebanyak 46.962 orang, dan Malang (Jatim) sebanyak 39.610 orang. Sebelumnya, Menakertrans juga telah mengunjungi kampung TKI di Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.(*) (T.KR-MSW/E011) Editor: Ruslan Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
15 Rumah Dirusak Gelombang Pasang Posted: 05 Feb 2011 06:41 AM PST Mamuju (ANTARA News) - Sebanyak 15 rumah warga di Kelurahan Simboro, Kecamatan Simboro Kepulauan, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, dirusak gelombang banjir laut pasang setinggi dua meter. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.ANTARA di Mamuju, Sabtu, melaporkan, sebanyak 15 unit rumah warga yang bermukim di Kelurahan Simboro sekitar 500 meter dari pelabuhan Feri Mamuju dirusak Gelombang banjir air laut akibat abrasi yang melanda wilayah itu. Rumah penduduk yang sebagian berprofesi sebagai nelayan di wilayah itu tampak porak poranda, karena bagian belakang dari rumah mereka yang terbuat dari kayu rusak dihantam gelombang pasang. Rumah warga tersebut dengan mudah dihantam gelombang pasang karena tidak ada tanggul penahan ombak yang dibangun pemerintah, sementara rumah warga di wilayah itu berada di bibir pantai yang jaraknya sangat dekat dengan air laut. Anisa salah seorang warga mengatakan, gelombang air laut pasang telah membuat pemukiman penduduk terancam hancur secara total dan tidak akan dapat dihuni lagi, karena gelombang pasang terus menerus menghantam pemukiman penduduk semenjak cuaca ekstrim melanda wilayah ini. Ia mengatakan, masyarakat khawatir karena jika tidak segera ditanggulangi maka masyarakat benar-benar akan kehilangan tempat tinggal karena gelombang pasang yang terus terjadi itu. "Masyarakat yang ada di wilayah ini hanya menghuni sebagian rumah mereka, yang masih utuh dan belum sempat dirusak gelombang pasang karena sebagian rumahnya yakni dibagian dapur telah rusak dihantam gelombang pasang," katanya. Nurhaeda, warga lainnya, mengatakan, masyarakat hanya bisa pasrah menghadapi gelombang pasang yang secara perlahan tapi pasti merengsek masuk ke daratan dan merusak pemukiman penduduk akibat abrasi pantai yang terjadi. "Masyarakat tidak tahu harus berbuat apa-apa lagi, untuk mengatasi abrasi yang datang terus menerus karena mustahil bagi mereka meninggalkan pemukimannya yang terancam itu karena tidak memiliki tempat tinggal lain selain bermukim di daerah itu," katanya. Ia mengaku hanya berharap agar pemerintah di kabupaten Mamuju bertanggung jawab membantu warga menghadapi masalah yang dihadapi dengan melakukan penanggulangan bencana itu.(*) Editor: Ruslan Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Nasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan