Ahad, 26 Disember 2010

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Rusia Bangun 10 Pusat Pemantau di Arktik

Posted: 27 Dec 2010 03:31 AM PST

Rusia Bangun 10 Pusat Pemantau di Arktik

Senin, 27 Desember 2010 | 11:31 WIB

NSIDC

Es abadi di Kutub Utara makin menyusut setiap tahun seperti digambarkan pada perbandingan kondisi musim dingin tahun 2007 dan 2008.

VLADIVOSTOK, KOMPAS.com - Kementerian pelayanan darurat Rusia berencana untuk membangun 10 pusat pemantau operasi dan keamanan jaringan pipa minyak serta gas di pantai Arktik, kata Menteri Keadaan Darurat Rusia, Sergei Shoigu, Senin (27/12).

"Salah satu masalah di Kutub Utara adalah keselamatan saluran pipa minyak dan gas yang dibangun di lapangan beku. Pencairan (pada musim semi dan musim panas) menyebabkan deformasi lapisan bumi dan akibatnya, menyebabkan kebocoran, pecah serta ledakan di pipa," kata  Shoigu dalam sebuah wawancara dengan televisi Rusia 1.

"Kami telah memutuskan untuk membangun  sepuluh pusat layanan darurat di sepanjang pantai di Kutub Utara," katanya. "Mereka akan menggabungkan meteorologi, penyelamatan dan bahkan pelayanan petugas penjaga perbatasan, semua yang diperlukan untuk mengatasi situasi darurat," ucapnya.

Rusia, Amerika Serikat, Kanada, Denmark dan Norwegia berupaya untuk menegaskan yurisdiksi atas bagian dari Arktik, yang diyakini kaya minyak dan gas.

Deposit hidrokarbon besar akan menjadi lebih mudah diakses, karena meningkatnya suhu global yang menyebabkan penurunan es laut. Kemudahan akses ke sumber daya alam yang belum dimanfaatkan dari Kutub Utara, dipastikan akan mengarah pada pembangunan puluhan pipa baru dan membutuhkan pemantauan yang terkoordinasi dengan baik antara ekplorasi  minyak dan  gas di wilayah tersebut. Shoigu mengatakan, teknologi keamanan yang paling canggih akan digunakan dalam pembangunan jaringan pipa di Arktik mendatang.

ANT, RIA Novosti, OANA

Sumber :

Editor: Egidius Patnistik Loading...

Kirim Komentar Anda

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Persiapan Mendaki Aconcagua

Posted: 27 Dec 2010 03:01 AM PST

BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Setelah beristirahat seminggu di Santiago, Cile, tim Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU) 2009-2012 mulai mempersiapkan diri untuk pendakian ke Puncak Aconcagua (6.959m). Akhir pekan lalu tim yang didukung penuh PT Mudking Asia Pasifik Raya itu bergerak ke Mendoza, Argentina menggunakan bus.

Wartawan Warta Kota Max Agung Pribadi yang bergabung bersama tim, Minggu (26/12/2010) melaporkan, tim mengecek ulang dan memilah semua perlengkapan dan belanja logistik yang masih kurang. Perlengkapan yang sebelumnya digunakan tim untuk mendaki Puncak Vinson Massif di Kutub Selatan tidak seluruhnya digunakan di Aconcagua. Jaket downsuit dan sepatu triple boot misalnya, hanya akan digunakan kembali di Gunung Everest dan Mc Kinley (Amerika Utara). Peralatan itu ditinggalkan di Mendoza.

Tim yang beranggotakan Sofyan Arief Fesa (27), Janatan Ginting (21), Broery Andrew (21), dan Xaverius Frans (21) mendaki puncak Aconcagua dengan dukungan pemandu gunung dari Acomara. Pendakian dimulai pada 28 Desember setelah sebelumnya tim bergerak ke Puenta del Inca menggunakan kendaraan.

Pendakian ke Aconcagua dimulai dari titik ini setelah pencatatan administrasi di Destacamento Guardaparque Horcones atau semacam kantor pengelola taman nasional setempat. Dari 33 jalur menuju puncak, jalur melalui Polish Original Glacier termasuk yang terpanjang.

Dari Puente del Inca, akses menuju puncak terbagi menjadi dua, ke arah barat melalui Lembah Horcone dimana Rute Normal berada serta ke arah timur melalui Lembah Vacas dimana Rute Polish Glacier berada. Pada peta topografi Provincial Aconcagua skala 1:50.000 terlihat, perjalanan di Lembah Vacas ini relatif landai dengan melintasi dua-tiga kontur dan dua kali menyeberangi Sungai Vacas. Jalan mulai menanjak tajam setelah melewati Casa de Piedra (3.245m), empat hari perjalanan dari Puente del Inca.

Ketua tim Sofyan Arief Fesa mengatakan, tim akan bergerak mengangkut seluruh logistik dengan mobil hingga Quebrada de Vacas. Perjalanan lalu dilanjutkan dengan trekking dan perbekalan diangkut menggunakan mulas (sejenis keledai) hingga ke Pampa de Lenas (3.100m). Keesokan harinya menuju Casa de Piedra (3.600m) hingga ke Base Camp Plaza Argentina (4.180m).

Di base camp tim akan beraklimatisasi selama dua hari sambil mengangkut perbekalan menuju Camp I (4.950m) lalu kembali ke basecamp. Pada 5 Januari, tim melanjutkan pendakian dengan taktik himalaya yaitu mendaki sambil beraklimatisasi dengan menambah ketinggian dan memindahkan perbekalan secara bertahap. Setelah menginap sehari di Camp I, tim lalu memindahkan perbekalan ke Camp II (5.800m). Dari Camp II tim mendaki menuju Piedra Bandera (6.400m) dan direncanakan akan menggapai puncak pada 10 Januari 2011.

Muhamad Muqharabbin bin Mokhtarrudin (28) alias Qobin, pendaki Malaysia yang ditemui di pesawat menuju Buenos Aires mengatakan, cuaca di sekitar puncak Aconcagua tak menentu. "Seringkali hanya nasib baik saja kita bisa ke puncak karena sekalipun hari cerah, angin kencang bertiup sewaktu-waktu. Kalau anginnya sudah sampai 40 kilometer per jam, kita tidak bisa ke puncak karena bahaya terkena frostbite," tutur Qobin yang baru turun dari puncak pada pertengahan Desember lalu.

Ia dalam perjalanan menuju Vinson Massif untuk menggenapi pendakian Seven Summits. Sehari sebelum ia menggapai puncak, tiga tenda di camp III sampai hancur disapu Angin Putih atau El Viento Blanco, cuaca ekstrem Aconcagua yang sangat terkenal.

"Cuaca setempat benar-benar tak menentu. Karena itu pandai-pandailah mengatur waktu buat summit attack," tutur Qobin yang juga sudah mendaki Everest (2004), Kilimanjaro (2010), dan Kosciusko (2010). (MAX)

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan