Ahad, 3 Februari 2013

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Mubarok: Lebih Dahsyat Lutfi Hasan Daripada Nazaruddin

Posted: 03 Feb 2013 11:18 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok menilai kasus korupsi yang menimpa bekas Presiden Partai Keadilan Sejahtera Lutfi Hasam Ishaaq bukan persoalan sederhana. Kasus korupsi daging sapi impor yang menjerat Lutfi sebagai tersangka tergolong spektakuler.

Pasalnya, kasus korupsi tersebut dilakukan langsung oleh bekas orang nomor satu di partai yang berlandaskan dakwah. "Korupsi Nazaruddin memang dahsyat, karena dia dulu bendahara umum Demokrat. Tapi, lebih dahsyat lagi Lutfi karena dia dulu seorang Presiden (PKS)," kata Mubarok di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Minggu (3/2/2013).

Mubarok menjelaskan, kedahsyatan seseorang menjadi tersangka korupsi termasuk dalam ranah persepsi publik. Persepsi itulah yang akan menentukan tingkat dosa korupsi seorang tokoh di mata masyarakat.

Menurut Mubarok, partai Demokrat sebagai partai terkorup terbantahkan ketika PKS dengan Presidennya terbukti melakukan korupsi. "Seputih-putih apapun partainya, tapi kalau sudah kena kotoran sapi ya akan tidak suci lagi," tegasnya.

Ia menambahkan, watak dari parpol adalah kekuasaan. Sementara, lanjutnya, kekuasaan itu beraliansi dengan tindakan koruptif. Menurutnya, tindakan Lutfi yang memegang kekuasaan penuh di PKS membuktikan hal itu.

Sehingga istilah tsunami politik yang menerjang PKS sangatlah tidak tepat. Sebab, hal itu bertentangan dengan watak politik yang cenderung korup. "Selama masih ada politik maka akan ada korupsi," katanya.

Lebih jauh Mubarok menambahkan, PKS lebih baik lapang dada saat korupsi yang dilakukan Lutfi dibongkar Komisi Pemberantasan Korupsi. Menurutnya, kasus korupsi yang kini menjerat PKS ibarat arisan. Sebab, partai Demokrat, lanjutnya, telah terlebih dulu menjadi pemenang Arisan.

Sehingga, Demokrat dulu dijauhi publik karena hal tersebut. Namun, kini dewi fortuna tidak lagi menaungi PKS. Sebab, PKS pada akhirnya menjadi pemenang arisan tersebut.

"Sekarang arisannya PKS sebab ketika kasus korupsinya naik maka suaranya turun. Tapi Demokrat jumlah suaranya akan naik duluan karena arisannya sudah dapat di awal bukan belakangan (Jelang Pemilu 2014)," katanya.

Beda dengan Demokrat, Gerindra Tak Yakini Survei SMRC

Posted: 03 Feb 2013 10:16 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbeda dengan Partai Demokrat yang serius menyikapi hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Partai Gerindra justru tidak terlalu meyakini data survei tersebut.

"Kami tidak terlalu yakin dengan hasil survei itu. Beberapa hasil survei lain, termasuk survei dari internal, kami sudah masuk tiga besar," kata Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra kepada Kompas.com, di Jakarta, Minggu (3/2/2013).

Hasil survei SMRC yang dirilis hari ini menempatkan Gerindra pada posisi ke-4 dengan raihan 7,2 persen suara responden. Posisi Gerindra masih di bawah Golkar (21,3), PDIP (18,2), dan PD (8,3).

Menurut Fadli, data yang diperoleh dari hasil-hasil survei lain menunjukkan popularitas Gerindra sudah melampaui angka tujuh persen. "Wah, sudah di atas tujuh (persen), kami yakin itu," kata Fadli.

Peluang untuk meningkatkan popularitas Gerindra, menurut Fadli, masih sangat terbuka. Pasalnya, dengan kondisi sejumlah partai yang sedang dililit masalah, beberapa partai lain yang relatif bersih diyakini bisa memperoleh keuntungan.

"Itu tidak dapat dipungkiri bahwa bisa saja kondisi ini berbuah positif bagi partai kami. Tapi, kami tidak serta merta mengambil manfaat kalau tidak ada upaya nyata untuk menunjukkan sisi positif kami," terang Fadli.

Terkait tingkat popularitas, kolektor karya seni ini menambahkan, selama ini, tingkat popularitas Ketua Dewan Pembina Partai Prabowo Subianto masih jauh di atas popularitas partai. Posisi tersebut diyakini bisa memperbesar peluang Prabowo untuk menjadi capres.

Namun, untuk mengamankan langkah Prabowo, popularitas partai pun perlu ditingkatkan. "Itu sebenarnya hal yang biasa di mana-mana. Popularitas Obama pun jauh di atas partainya, Demokrat. Tapi, bagaimana pun gap itu perlu diperkecil untuk mendukung langkah ke depan," terang Fadli.

Ditambahkan Fadli, partainya terbuka terhadap kader-kader partai lain yang ingin bergabung. Tapi, kualitas figur akan dikedepankan.

Mekanisme perekrutan di Gerindra, menurut Fadli, bisa menyaring dengan baik orang-orang yang ingin bergabung. "Kami tetap terbuka. Kita lihat track-record, integritas, dan kapabilitas orang tersebut," pungkas Fadli.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan