KOMPAS.com - Internasional |
Posted: 04 Feb 2013 02:54 AM PST SYDNEY, KOMPAS.com- Pengadilan Australia menghukum Dragi Maglovski (60) yang didakwa memukul dan kemudian membunuh istrinya, Rosa Maglovski (48). Peristiwa yang terjadi tanggal 8 Oktober 2011 itu dilakukan dengan alasan si istri memprovokasi dengan cara minta bercerai. Wanita modern memiliki hak menentukan nasibnya sendiri. Hukuman berat patut dijatuhkan kepada mereka yang mencoba menghalangi hak tersebut diwujudkan. Atas perbuatannya itu, pengadilan menghukum Maglovski 20 tahun panjara. Berkait dengan tuntutan cerai itu, hakimmenyatakan, wanita modern memiliki hak menentukan nasibnya sendiri. Smh.com.au, Senin (4/2/2013), melaporkan, Maglovski memukul istrinya itu pada tanggal 8 Oktober 2011, di rumah mereka di Hurtsville, 30 km dari Sydney, sebelum kemudian mengambil pisau dari dapur dan menikam istrinya beberapa kali. Maglovski kemudian dengan tenang menelpon polisi dan mengatakan "Istri saya, saya telah membunuh dia." Dalam persidangan sebelumnya, Maglovski mengatakan, perkawinan mereka memburuk selama sembilan bulan sebelumnya, dan istrinya "mengusir" dia dari kamar tidur. Di hari kematiannya, sang istri mengatakan ingin bercerai, karena sudah tidak cinta lagi, dan sang suami juga "bau" sebelum meludahi si suami. "Ini artinya, si istri menyebut suaminya sebagai orang yang tidak berguna -hinaan keji," kata pengacara Maglovski, John Spencer, yang mengatakan kliennya seharusnya dinyatakan bersalah melakukan tindak pembunuhan (manslaughter) karena adanya provokasi. Namun, juri menolak teori provokasi tersebut dan menyatakan Maglovski bersalah melakukan pembunuhan (murder). Hari Senin ini, di Sydney, Hakim Robert Beech-Jones kembali menolak teori provokasi dan mengatakan keputusan istrinya untuk meninggalkan Maglovski bukanlah "faktor yang meringankan" dalam penjatuhan hukuman. "Kebebasan yang dimiliki korban untuk mengakhiri perkawinan bukanlah faktor yang bisa meringankan terdakwa." kata hakim Beech-Jones. "Pria ini membunuh karena dia tidak bisa menerima keputusan istrinya untuk meninggalkan dia," kata hakim. "Wanita modern memiliki hak menentukan nasibnya sendiri. Hukuman berat patut dijatuhkan kepada mereka yang mencoba menghalangi hak tersebut diwujudkan," tambah hakim. Karena itu, Maglovski dijatuhi hukuman penjara 20 tahun, dengan sekurang-kurangnya 16 tahun harus dihabiskan di penjara. Kasus Maglovski ini adalah salah satu kasus terkenal di mana pihak pembela terdakwa berusaha menggunakan teori provokasi. Sebelumnya, Chammanjot Singh yang menggorok lehernya beberapa kali, dengan cutter berhasil meyakinkan juri bahwa dia telah diprovokasi oleh ancaman dan kemarahan istrinya yang bermaksud meninggalkan dia. Kasus-kasus semacam ini telah menimbulkan kemarahan publik dan menyebabkan adanya penyelidikan oleh parlemen negara bagian New South Wales, mengenai penggunaan teori provokasi. Hasil penyelidikan akan diumumkan beberapa minggu lagi. Editor : Marcus Suprihadi |
Terancam Diperkosa dan Dibunuh, Band Wanita Kashmir Batalkan Konser Posted: 04 Feb 2013 02:40 AM PST NEW DELHI, KOMPAS.com - Sebuah kelompok band rock asal Kashmir yang seluruh personilnya adalah perempuan terpaksa membatalkan penampilan panggung mereka setelah mendapatkan ancaman perkosaan dan pembunuhan yang dilayangkan lewat Facebook. Grup band bernama Pragaash atau berarti cahaya itu sudah menjadi target pembunuhan dan perkosaan saat memenangkan penghargaan atas konser perdana mereka. Usai konser perdana itu, sejumlah komentar muncul di Facebook dari kelompok ekstrimis yang menyatakan para remaja perempuan itu pantas diperkosa lalu ditenggelamkan. Dalam halaman Facebook milik situs KashmirNews yang memasang sebuah foto grup band ini muncul sejumlah komentar miring. "Secara pribadi, saya menganggap mereka tak tahu malu dan hanyalah anak-anak manja." "Banyak orang mengkritik gadis-gadis ini." Bahkan salah satu komentar benar-benar melontarkan ancaman. "Masukkan komentar ini terlebih dulu. Tiga gadis anggota band diperkosa di Jammu dan dibuang ke sungai." Ketiga anggota band Farah Deeba, Aneeka Khalid dan Noma Nazir menolak untuk membicarakan masalah ini, namun dikabarkan mereka sangat terguncang akibat ancaman ini. Orangtua ketiga gadis ini bahkan menyarankan agar mereka tak muncul dulu untuk sementara waktu. Ketiga gadis ini kabarnya telah diungsikan ke New Delhi demi keamanan mereka. Sementara itu, Menteri Kepala Jammu-Kashmir Omar Abdullah adalah salah satu pendukung grup band perempuan ini. "Sangat memalukan bagi mereka yang mengklaim kebebasan berbicara lewat media sosial lalu kemudian menggunakan kebebasan itu untuk mengancam gadis-gadis yang memilih untuk menyanyi," kata Abdullah. "Saya harap para gadis berbakat ini tak membiarkan segelintir ancaman ini menghentikan mereka," lanjut dia. Abdullah menambahkan polisi tengah mencari pengguna Facebook yang mengeluarkan ancaman. Dia menegaskan para pengancam bisa dijatuhi hukuman pidana. Pemilik Band Inn, sekolah musik tempat para gadis ini berlatih, Adnan Matoo mengatakan bahwa ketiga gadis itu memiliki bakat yang sangat luar biasa. "Mereka baru 15 tahun. Terlalu muda untuk menghadapi ancaman seperti ini. Mereka ketakutan, menangis. Tapi saya mencoba meyakinkan mereka untuk meneruskan langkahnya," ujar Matoo seperti dikutip harian The Times of India. Sementara itu, di Facebook sudah bermunculan berbagai akun untuk mendukung ketiga gadis ini. "Kenapa orang-orang ini tak memikirkan saja diri mereka sendiri dan biarkan gadis-gadis ini melanjutkan hidup mereka! Apa hak kalian mempertanyakan pilihan mereka?" kata seorang pendukung.
|
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan