Sabtu, 12 Januari 2013

Republika Online

Republika Online


Pemilu 2014, Politisi 'Kutu Loncat' Meningkat

Posted: 12 Jan 2013 11:30 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Menjelang pemilihan umum 2014, stabilitas politik diperkirakan akan memanas. Apalagi usai penetapan sepuluh partai politik peserta pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Isu penggabungan parpol hingga politisi kutu loncat diperkirakan meningkat.

Pengamat politik dan sosiolog dari Universitas Gajah Mada (UGM), Arie Sudjito kepada Republika, Ahad (13/1) mengatakan, pada tahun 2013, jumlah politisi kutu loncat akan mengalami peningkatan. Apalagi dengan semakin sederhananya jumlah parpol, peta kekuatan politik akan semakin mudah dibaca.

Akibatnya, para politisi langsung sigap mencari partai yang lebih besar, ketimbang bernaung di partai pinggiran. "Kutu loncat akan besar-besaran. Ini modus lama, karena partai saat ini hanya menjadi institusi administatif politik," kata Arie.

Banyak politisi, lanjut Arie, yang menilai semua partai politik sama saja. Partai tak lagi diperhitungkan sebagai institusi dengan nilai dan ideologi yang harus dijaga dan diperjuangkan.

Sehingga menjelang pemilu 2014 diperkirakan kapasitas dan kelembagaan partai tak akan sejalan. Partai politik, bahkan yang sudah mapan dan tua sekalipun diniainya akan mengalami pengikisan nilai.

Lantaran partai diisi oleh individu-individu yang lebih mempertimbangkan oligarki ketimbang rakyat, menurut Arie, jati diri partai akan meluntur. Semua partai di mata rakyat akan terlihat sama dan monoton.

Semua partai pun akan menempuh langkah yang sama melalui politik pencitraan. Tapi, pencitraan cenderung dilakukan politisi untuk menyelamatkan dirinya sendiri. "Politisi tidak lagi mempertimbangkan rakyat, yang paling penting bagi mereka kepentingan penguasa atau pemodal yang bisa membantu mewujudkan keinginan mereka," ungkapnya.

Arie menganggap, peta kekuatan politik akan mengarah pada kewajaran jika rakyat sebagai pemilih mau lebih selektif dan tidak apatis. Karena di tengah kondisi stabilitas politik dengan dinamika yang tinggi, rakyat harus bisa menjalankan fungsi kontrol.

Sebelum memilih calon legislatif atau partai tertentu, kata dia, pemilih harus melacak rekam jejak calon yang akan dipilihnya. Kemudian, upaya melakukan kontrak politik terhadap politisi dan parpol harus mulai dibiasakan.

Agar rakyat bisa mengetahui apa yang bisa diakukan wakilnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Lalu apa konsekuensinya jika janji wakilnya tidak bisa dipenuhi.

"Rakyat juga harus berani menagih hutang politik dari politisi atas apa yang sudah dikerjakannya lima tahun lalu," kata Arie.

Cuaca Ekstrim Sebabkan Harga Ikan Laut Melonjak

Posted: 12 Jan 2013 11:21 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -— Cuaca ekstrim yang terjadi di perairan utara Jawa masih berlanjut. Cuaca yang ditandai hujan lebat, tiupan angin kencang, dan gelombang laut setinggi 2,5 meter ini masih berlangsung, hingga Ahad (13/1) sore.

Akibatnya, ratusan nelayan Tambaklorok, Kecamatan Semarang Utara, Semarang belum bisa melaut. Dermaga Tambaklorok pun dipenuhi perahu nelayan yang memilih bersandar ketimbang melakukan aktivitas di laut lepas.

Berdasarkan pantauan Republika, situasi seperti ini sudah berlangsung lebih dari sepekan. Para nelayan Tambaklorok pun takut melaut karena gelombang laut utara Jawa cukup tinggi, mencapai kisaran dua hingga 2,5 meter.

Mashadi (42), nelayan asal Bandengan, Kabupaten Kendal mengaku sudah 10 hari berada di Tambaklorok, Semarang. Selain untuk menghindari cuaca buruk di perairan utara Jawa, ia juga belum dapat hasil tangkapan ikan.

Saat ini, ujarnya, para nelayan tidak hanya menghadapi cuaca tak bersahabat, namun juga tangkapan ikan yang cenderung menurun. "Di laut pun juga tidak banyak ikan untuk saat ini," jelasnya.

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tambaklorok yang biasanya ramai, dalam sepekan terakhir juga tidak menunjukkan aktivitas jual beli ikan tangkapan nelayan. "Tidak ada ikan, bahkan untuk bahan ikan asin pun juga kekurangan," tegasnya.

Menurunnya hasil laut akibat gelombang tinggi di peraiiran utara Jawa, berdampak pada harga ikan segar di sejumlah pasar tradisional di wilayah Kota dan Kabupaten Semarang.

Minimnya  pasokan ikan laut akibat cuaca buruk ini membuat harga ikan laut segar di pasar tradisioanal kota Salatiga melonjak. Rata-rata kenaikan harga ikan segar ini mencapai kisaran Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu per kilogram.

Menurut Sa'adah (54) mengaku kenaikan harga ikan segar ini dampak dari anjloknya pasokan ikan segar akibat nelayan di pesisir utara tengah menghadapi masa sulit tak bisa melaut.

Sehingga ikan- ikan segar hasil tangkapan nelayan pun menurun drastis. Karena ikan tidak ada harganya pun menjadi lebih mahal. Ia mencontohkan harga cumi- cumi yang semula hanya dijual Rp 25 ribu per kilogram sekarang naik menjadi Rp 32 ribu perkilogram.

Ikan Tongkol segar yang biasanya hanya dijual Rp 20 ribu rupiah perkilogram, saat ini dujual dengan harga Rp 30 ribu rupiah per kilogram. "Ini akibat kelangkaan stok ikan laut segar," paparnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan