ANTARA - Mancanegara |
Presiden Hugo Chavez tidak koma pasca operasi Posted: 12 Jan 2013 09:01 PM PST Mereka harus menjelaskan apakah Hugo Chavez masih bisa memimpin atau tidak Berita Terkait Pemimpin negara sosialis itu tidak pernah nampak ke publik sejak pembedahan kanker 11 Desember atau operasi keempatnya sejak dokter menemukan masalah di sekitar panggul pada pertengahan tahun 2011. Kakak lelaki Chavez itu mengatakan kesehatan presiden berangsur pulih, Sabtu. "Informasi di media sosial dan tempat lain yang mengatakan Hugo Chavez koma dan keluarga memutuskan menghentikan alat bantu kehidupannya adalah salah," kata Adan. Jabatan Hugo Chavez sebagai presiden diambil alih sementara oleh wakilnya, Nicolas Maduro sampai kondisi pemimpin Venezuela itu pulih. Rumor koma dipicu oleh Presiden Chavez yang tidak mengirim pesan kepada pemerintahan bertepatan dengan hari pelantikannya sebagai pemimpin Venezuela untuk enam tahun ke depan, Kamis. Venezuela sendiri merupakan salah satu negara dengan cadangan minyak terbesar dunia. Kuba dan negara-negara kiri sangat bergantung pada bantuan ekonomi Hugo Chavez. Dua teman Hugo, Presiden Peru Ollanta Humala dan Presiden Argentina Cristina Fernandez, belum tampak mengunjungi pemimpin Venezuela. Pemimpin Argentina sendiri merasa tidak berhak berbicara masalah kesehatan Hugo Chavez karena perihal itu adalah wewenang keluarganya. "Saya meminta anda untuk memberikan rasa hormat dan solidaritas kepadanya," katanya kepada reporter saat dirinya dan Presiden Peru melakukan pertemuan di Havana. Adan Chavez mengatakan isu kesehatan adiknya yang memburuk adalah kebohongan ciptaan oposisi. "Kami tahu bahwa hal itu merupakan perang kotor dari pihak oposisi. Kami yakin presiden akan memenangkan pertarungan (melawan kanker) dengan dukungan Tuhan, ilmu pengetahuan dan masyarakat," kata dia dalam siaran persnya. Pemimpin oposisi Henrique Capriles menilai pengambilalihan kekuasaan oleh Maduro merupakan upaya menghalangi oposisi memimpin Venezuela. Dia juga mengkritik pihak-pihak yan merahasiakan kondisi kesehatan Hugo Chavez. Sementara itu terjadi protes di negara bagian Tachira. "Siapa yang tahu presiden masih hidup atau mati? Mereka tidak mengatakan dengan jelas jika dia masih bernafas, dia bisa berbicara atau tidak. Mereka harus menjelaskan apakah Hugo Chavez masih bisa memimpin atau tidak," kata seorang mahasiswa Daniella Contreras (22 tahun). Tokoh oposisi dari sayap kanan Maria Corina Machado mengatakan pemerintahan yang sekarang sudah ilegal. "Negara ini sedang kacau dengan kekosongan pemerintah," kata dia. Venezuela di bawah Hugo Chavez sempat bergejolak pada 2002 dan 2003 saat terjadi kudeta singkat dan isu perminyakan nasional. Editor: AA Ariwibowo COPYRIGHT © 2013 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
Mali rusuh, 10 warga sipil tewas Posted: 12 Jan 2013 06:38 PM PST Dakar (ANTARA News) - Sepuluh warga sipil termasuk tiga anak-anak tewas dalam pertempuran di kota tengah Mali Konna antara tentara Mali yang didukung oleh pasukan Prancis dan pejuang Islam, kata Human Rights Watch Sabtu mengutip penduduk setempat. "Warga Konna mengatakan kepada Human Rights Watch sekitar 10 warga sipil tewas dalam pertempuran termasuk tiga bocah yang tenggelam saat mencoba menyeberangi sungai untuk menyelamatkan diri," kata petugas kelompok hak asasi manusia itu, Corinne Dufka, dalam pesan yang dikirim kepada AFP di Dakar. Dia juga menyuarakan keprihatinan tentang anak-anak yang katanya telah direkrut kelompok gerilyawan sebagai tentara. "Anak-anak lain direkrut oleh gerilyawan di Gao telah terluka dan mungkin tewas dalam pertempuran itu," katanya, merujuk pada satu kota di utara Mali di bawah kendali kelompok garis keras, beberapa di antaranya terkait dengan Al-Qaida di Maghreb Islam (AQIM). Dufka, seorang peneliti senior di Human Rights Watch, mengatakan dalam beberapa bulan terakhir anak dari Mali dan Niger tetangganya juga telah direkrut oleh gerilyawan, dan "harus segera dibebaskan." Tentara Mali merebut kembali kota kunci Konna dari gerilyawan Islam pada Sabtu dibantu oleh kekuatan udara Prancis, dengan Burkina Faso, Niger dan Senegal. Masing-masing negara itu berjanji mengirim 500 tentara untuk pasukan Afrika yang bertugas merebut kembali utara negara yang sekarang dikuasai oleh para gerilyawan. Pertempuran meninggalkan puluhan pemberontak tewas di daerah tersebut, menurut saksi mata dan militer Mali. Seorang pilot dari militer Prancis tewas saat melaksanakan serangan udara, kata Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian. Editor: AA Ariwibowo COPYRIGHT © 2013 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan