Sindikasi welcomepage.okezone.com |
Posted: 24 Oct 2012 01:02 AM PDT SEBUAH penelitian yang dilakukan lembaga survei independen menyebutkan merek memegang peranan penting bagi konsumen Asia jika berkenaan dengan pembelanjaan tas tangan. Hasil survei yang dilakukan Harris Interactive menyebutkan, 75 persen konsumen di China memilih tas keluaran desainer. Sementara di India 66 persen memilih tas berdasarkan merek. Di Singapura, angka tersebut mencapai 49 persen. "Mereka memang mementingkan merek tas, dan jika merek tersebut tengah menawarkan sale, pembelanjaan akan meningkat dua kali lipat. Mereka juga tidak segan memberitahukan teman mereka untuk ikut berbelanja," imbuhnya. Tidak heran kini desainer semakin serius menggarap tas tangan. Marc Jacobs, direktur kreatif Louis Vuitton, selalu memberi perhatian penuh terhadap lini tas tangan setiap musimnya. Begitu juga dengan Tomas Maier dari Bottega Veneta dan Stuart Vevers untuk Loewe. Maier bahkan memberi perhatian lebih pada koleksi masterpiece Bottega, Cigar Origami Plume Leather Tejus Bag, yang hanya diproduksi sebanyak 100 buah. Sementara, Vevers kendati tidak berlari mengikuti tren mode global, tetap berusaha menampilkan napas yang lebih segar. "Loewe bukanlah label klasik, tapi timeless. Tas yang tidak akan lekang waktu meskipun musim datang dan pergi membawa gaya baru," tuturnya. Di lain pihak, Hermes punya Kelly dan Birkin, dua tas tangan ikonik dengan daftar pemesanan panjang. Anya Hindmarch pernah memimpin pasar dengan tas sederhana bertuliskan "I'm Not A Plastic Bag". Sementara, Kate Spade menarik konsumen melalui desainnya yang catchy dengan warna-warna cerah. Di sisi lain, merek tas tangan asal Inggris, Mulberry, juga tidak ketinggalan menikmati popularitasnya di mata konsumen. Godfrey Davis, Chairman & CEO of Mulberry, mengemukakan, "Mulberry mengalami peningkatan penjualan sebanyak 69 persen per tahun dan dengan terus adanya penambahan permintaan dari pasar global, kami sangat optimistis dengan ekspansi global yang tengah kami lakukan." |
Capaian Pajak Cuma Mampu Bangun Jalan 200 KM Posted: 24 Oct 2012 01:01 AM PDT JAKARTA - Pembangunan infrastruktur di Indonesia masih sulit dilakukan, lantaran banyak badan usaha belum membayar kewajibannya. Padahal, penerimaan pajak di 2013 ditargetkan lebih tinggi. "Penerimaan pajak terlihat tinggi, Rp1.500 triliun, tapi ternyata pada 2013 jalan baru yang akan kita capai hanya sampai 200 kilometer (km) saja, karena kita uangnya tidak cukup," kata Dirjen Pajak Fuad Rahmany, di Kantornya, Jakarta, Rabu (24/10/2012). Dia mengungkapkan, belanja negara 74 persen memang dipenuhi dari pembayaran pajak, atau mencapai Rp1.016 triliun, untuk penerimaan pajak tahun ini. "Semoga bisa tercapai," tambahnya. Menurut Fuad, target penerimaan perpajakan pada 2013 masih kurang untuk memenuhi pembelanjaan negara. "Rp1.000 triliun itu ternyata belum cukup, harusnya bisa lebih," kata dia. Fuad menjelaskan, alasannya karena badan usaha di Indonesia jumlahnya mencapai 22 juta. Sementara yang berdomisili di Indonesia mencapai 12 juta. "Paling tidak ada potensi pajak dan perusahaan bayar pajak sekira enam juta," tukas dia. (mrt) |
You are subscribed to email updates from Sindikasi welcomepage.okezone.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan