Selasa, 9 Oktober 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Jordania Tunjuk Dubes Baru untuk Israel

Posted: 10 Oct 2012 03:51 AM PDT

AMMAN, KOMPAS.com - Raja Jordania, Abdullah, akhirnya menunjuk duta besar baru untuk Israel yang kosong sekitar dua tahun belakangan.

Walid Obeidat sudah diambil sumpahnya oleh Raja Abdullah dan rencananya akan mulai bertugas di ibukota Israel, Tel Aviv, pada tanggal 17 Oktober mendatang.

Jordania tidak menunjuk duta besar untuk Israel yang baru, setelah duta besar sebelumnya, Ali Ayed, habis masa jabatannya pada tahun 2010.

Langkah itu dilihat sebagai pertanda dari rasa frustrasi pemerintah Jordania atas terhentinya proses perdamaian Israel-Palestina.

Pekan lalu, Obeidat sudah mendapat ancaman dari para pemimpin sukunya, al-Obeidat, akan akan dikeluarkan dari sukunya jika menerima tugas sebagai duta besar untuk Israel.

Penugasan duta besar Jordania untuk Israel pada masa sebelumnya tidak sampai mengundang protes seperti kali ini.

Laporan-laporan yang belum dapat dikonfirmasi menyebutkan para pemimpin suku berjanji untuk mencalonkan Obeidat dalam pemilihan parlemen mendatang jika tidak menerima jabatan baru tersebut.

Seorang pemimpin suku yang kaya bahkan menawarkan sebesar 5 juta dinar atau sekitar US$7 juta sebagai imbalan jika dia menolak tugas tersebut.

"Suku akan tetap setia untuk bangsa dan tidak akan melakukan rekonsiliasi dengan musuhnya untuk membebaskan tanah Palestina," tulis pernyataan suku al-Obeidat yang dikutip berbagai media Timur Tengah.

"Suku ini merupakan yang pertama kali memperingatkan tentang bahaya dari proyek Zionisme pada tahun 1920-an," tambah pernyataan tersebut.

Al-Obeidat merupakan salah satu suku besar dengan pengaruh politik kuat yang berasal dari Jordania utara.

Salah satu tokoh suku ini adalah mantan perdana menteri Ahmed A-Obeidat, yang memimpin pertemuan suku sebelum mengeluarkan deklarasi atas penunjukan Walid sebagai duta besar Israel.

Hingga Selasa (9/10/2012), masih belum ada tanggapan dari suku atas keputusan Obeidat yang menerima tugas diplomatik ke Israel.

Jordania ikut bergabung bersama negara-negara tetangganya dalam serangkaian konflik militer dengan Israel pada masa 1948-1973. Namun pada tahun 1994 Jordania menandatangani traktat perdamaian dengan Israel.

PM Israel Majukan Jadwal Pemilu

Posted: 10 Oct 2012 03:49 AM PDT

PM Israel Majukan Jadwal Pemilu

Rabu, 10 Oktober 2012 | 10:49 WIB

BBC

Yuval Diskin mengatakan pernyataan PM Netanyahu soal Iran tidak tepat.

TERKAIT:

JERUSALEM, KOMPAS.com - Perdana Menteri Israel telah meminta percepatan pemilihan umum yang kemungkinan akan digelar pada Januari, sembilan bulan lebih awal dari jadwal semula. Benjamin Netanyahu mengatakan pemilu untuk memilih 120 orang anggota Knesset - parlemen Israel- akan dilakukan secepatnya.

Pemerintahan koalisi sayap kanan yang dipimpinnya telah berkuasa sejak 2009 lalu. Meskipun dia masih menduduki sebagai pemimpin populer, tetapi dia tidak dapat mencapai kesepakatan dengan mitra koalisinya mengenai anggaran rutin.

Pemilu mendatang, sebenarnya telah dijadwalkan pada Oktober tahun depan.

'Kerusuhan'

Netanyahu mengatakan memajukan jadwal pemilu karena perbedaan diantara mitra koalisi tidak memungkinkan untuk meloloskan rencana anggaran untuk 2013.  "Pada saat ini, dalam menghadapi kekacauan diantara kami, ini merupakan tanggung jawab sebagai perdana menteri untuk menempatkan kepentingan nasional diatas segalanya," kata dia.

"Oleh karena itu saya telah memutuskan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi Israel, yaitu mengelar pemilu secepat mungkin."

Dia belum menentukan tanggal, tetapi mengatakan bahwa itu akan "lebih disukai untuk menggelar kampanye secepat mungkin" dan melakukan pemilu minmal dalam tiga bulan.

Wartawan BBC di Jerusalem, Wyre Davies, mengatakan meski Netanyahu menghadapi banyak situasi politik yang rumit termasuk kegagalan untuk mendapatkan kesepakatan anggaran kesejahteraan dari mitra koalisi , selain itu mandegnya pembicaraan damai dengan Palestina dan bagaimana merespon program nuklir Iran. Faktanya, sejumlah partai kecil yang berbasis agama dituduh menolak kesepakatan untuk memotong anggaran kesejahteraan dan keuntungan pemerintah.

Dengan tingkat popularitas Netanyahu yang tinggi, Partai Likud diperkirakan dapat meningkatkan 27 kursi di Knesset dalam pemilu terakhir.

Editor :

Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan