Republika Online |
Stres Berat? Tenang, Atasi Saja dengan Empat Hal Ini Posted: 26 Jun 2012 09:11 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, Stres bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali para wanita. Hal itu tidak dapat dihindari karena aktivitas harian yang sangat padat, pekerjaan, tekanan, dan banyak pikiran. Namun, yang terpenting adalah bagaimana wanita bisa mengatasi stres dengan keseimbangan hidup. Nutrisi dan olahraga, sambung Ida, perlu ditunjang dengan istirahat yang cukup. Lamanya istrihat berkisar antara enam hingga delapan jam per hari terrgantung pola istirahat tiap wanita. Dan terakhir, hidup seimbang perlu dilengkapi dengan tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kesehatan tuhuh, seperti minum alkohol, merokok, dan begadang. Kalau gizi sudah seimbang, tidak diperlukan asupan suplemen. Biasanya suplemen dibutuhkan ketika kondisi badan sedang tidak fit, jelas Ida. |
Posted: 26 Jun 2012 08:04 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, Siapa pun pasti tak pernah berharap menjadi orang tua tunggal (single parent). Keluarga yang lengkap dan utuh merupakan idaman setiap orang. Namun, adakalanya nasib berkata lain. Menjadi single parent dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak mudah. Terlebih, bagi seorang isteri yang ditinggalkan suaminya, karena meninggal atau bercerai. Paling tidak, dibutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan si buah hati, termasuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pakar ahli jiwa AS, Dr Stephen Duncan, dalam tulisannya berjudul The Unique Strengths of Single-Parent Families mengungkapkan, pangkal masalah yang sering dihadapi keluarga yang hanya dipimpin orangtua tunggal adalah masalah anak. Anak, paparnya, akan merasa dirugikan dengan hilangnya salah satu orang yang berarti dalam hidupnya. ''Hasil riset menunjukkan bahwa anak di keluarga yang hanya memiliki orangtua tunggal, rata-rata cenderung kurang mampu mengerjakan sesuatu dengan baik dibandingkan aanak yang berasal dari keluarga yang orangtuanya utuh,'' kata dia. Menurut Duncan, keluarga dengan orangtua tunggal selalu terfokus pada kelemahan dan masalah yang dihadapi. Ia berpendapat, sebuah keluarga dengan orangtua tunggal sebenarnya bisa menjadi sebuah keluarga yang efektif, laiknya keluarga dengan orangtua utuh. Asalkan, mereka tak larut dalam kelemahan dan masalah yang dihadapinya. ''Melainkan, harus secara sadar membangun kembali kekuatan yang dimilikinya,'' katanya. Sedangkan, Stephen Atlas, pengarang buku Single Parenting, menuliskan, jika keluarga dengan orangtua tunggal memiliki kemauan untuk bekerja membangun kekuatan yang dimilikinya, itu bisa membantu mereka untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Dengan begitu, Duncan menyambung, ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari upaya itu bagi si orangtua maupun anak-anaknya. ''Dengan begitu, sebenarnya bukan sebuah halangan bagi wanita yang menjadi single parent untuk mendidik dan memelihara keluarganya,'' katanya. Apalagi ada sebuah kajian psikologi yang menyatakan bahwa wanita bisa lebih kuat menghadapi perpisahan, baik itu kematian maupun perceraian dengan pasangan, ketimbang laki-laki. Wanita semestinya lebih tahan menderita karena secara sunnahtullah ia terlatih untuk 'kuat' menghadapi darah menstruasi di awal balighnya, hamil, dan melahirkan. Sementara, di usia baligh yang sama, anak laki-laki mungkin masih bermain-main. Namun, paparan ini bukan menjadi alasan untuk mudah memutuskan menjadi orang tua tunggal, apalagi karena perceraian. |
You are subscribed to email updates from Republika Online - Gaya Hidup RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan