Republika Online |
Menyingkap Keindahan dan Keunikan Dieng Plateu Posted: 20 Oct 2011 08:47 PM PDT Sepuluh jam perjalanan Jakarta – Wonosobo mengantarkan kami ke dataran tertinggi di Pulau Jawa, yaitu Dieng. Melewati jalan menanjak yang berkelak-kelok, terbentang pemandangan eksotis yang memanjakan penglihatan sejauh mata memandang. Hijaunya perbukitan dan perkebunan, langit biru yang cerah, masyarakat lokal yang masih beraktifitas, menyatu dalam harmonisasi alam yang berimbang. Sepanjang jalur menuju Dieng ini, semua pemandangan terasa begitu menarik, begitu alami. Hawa dingin langsung menyambut kami, menggantikan hawa panas yang dirasakan sepanjang perjalanan. Sore itu, diawal Juli, suhu di kawasan Dieng berada pada kisaran 18 derajat Celcius. Menurut masyarakat setempat, suhu terdingin biasanya pada bulan Juli – Agustus, dimana suhu saat malam hari bisa mencapai titik terendah hingga nol derajat Celcius. Embun-embun terlihat mengkristal di rerumputan pada bulan tersebut. Bagi para petani di sana, suhu terendah ini bisa menjadi musuh yang mengancam karena merusak tanaman perkebunan mereka. Memang selain mengandalkan sektor pariwisata, penduduk lokal juga mengandalkan hasil perkebunannya sebagai mata pencaharian. Kentang, kubis, dan carica merupakan tanaman andalan dari daerah ini. Dataran Tinggi Dieng atau terkenal dengan Dieng Plateu, masuk dalam kabupaten Banjarnegara dan kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Banyak obyek wisata yang bisa kita lihat di sekitar daerah ini. Kearifan lokal masyarakat setempat dan budaya Kejawen yang masih kental tampak sangat terasa saat kita berkunjung. Daerah yang terkenal dengan legenda 'anak rambut gembel' ini tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang luar biasa, namun juga makanan khas daerah setempat yang belum tentu bisa ditemukan di tempat lain. Mie Ongklok, Carica, Purwaceng dan panganan kentang adalah beberapa kuliner yang bisa dinikmati di kawasan Dieng. Kentang Dieng pun terkenal enak dan renyah, bahkan dalam keadaan tidak diolah, kentang tersebut mampu bertahan selama empat bulan. Anak Rambut Gembel Hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab gembel pada beberapa anak-anak di Dieng. Rambut gembel tersebut terbentuk bukan karena kesengajaan ataupun faktor genetika, Rambut gembel biasanya muncul setelah si anak mengalami demam tinggi dan disertai mengingau saat tidur. Menurut mereka, gejala demam ini tidak bisa diobati sampai akhirnya anak akan sembuh dengan sendirinya dan setelahnya rambut menjadi kusut. Biasanya anak rambut gembel akan diruwat jika sudah ada permintaan dari si anak. Masyarakat setempat meyakini bahwa permintaan ruwat adalah permintaan dari Dewa. Permintaan apa pun yang diminta si anak rambut gembel saat ia minta diruwat, haruslah dipenuhi. Jika tidak, maka anak akan menjadi gila. Uniknya, setelah di ruwat, rambut anak akan tumbuh normal kembali seperti sedia kala. Ruwatan ini merupakan proses pengguntingan rambut dengan prosesi adat yang panjang dan melibatkan banyak orang dan tokoh adat. Obyek Wisata Kawah Sikidang Telaga Warna Komplek Candi Arjuna Suasana segar karena pemandangan yang hijau, menjadikan komplek candi ini terasa damai, romantis dan jauh dari kesan mistis. Pepohonan dan jalan setapak diatur sedemikian rupa untu memudahkan wisatawan berjalan mengelilingi komplek candi ini. Museum Kailasa Gunung Sikunir dan Danau Kecebong Turun dari Sikunir, kita bisa santai di danau Kecebong sambil menikmati minuman hangat ataupun gorengan kentang dari beberapa penjaja disana Kuliner Untuk mengisi perut kosong cobalah Mie Ongklok ataupun panganan dari kentang. Mie Ongklok, yang disajikan dengan kuah panas dan sate daging sapi, sangat pas menemani hawa dingin Dieng. Jika mau mencicipi makanan ringan, silahkan mencoba Tempe Kemul dan kentang goreng yang banyak dijual oleh penduduk lokal disana. Terakhir, Teh Purwaceng. Purwaceng adalah tanaman yang dianggap mampu meningkatkan vitalitas dan stamina. Kawasan wisata Dieng merupakan daerah yang mudah untuk dikunjungi. Kendaraan umum bisa mengantar kita hingga ke lokasi wisata. Penginapan berupa homestay juga mudah ditemukan dengan harga yang sangat terjangkau. Jika ingin berkunjung ke Dieng dengan kendaraan umum, carilah bis atau kereta api jurusan Wonosobo/Banjarnegara. Selanjutnya dari Wonosobo bisa naik angkutan umum yang menuju Dieng. Keramahtamahan penduduk setempat, senantiasa membuat diri kita lebih nyaman untuk bertanya jika ragu dengan arah ataupun dengan kendaraan yang akan dinaiki.
|
Lupakan Kambing Muda...Daging yang Lezat Justru yang Berusia di Atas 12 Bulan Posted: 20 Oct 2011 05:16 PM PDT REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ingin tahu rahasia olahan daging kambing yang lezat? Chef Haryo menuturkan daging kambing yang paling ideal untuk dikonsumsi adalah daging yang berasal dari kambing berusia di atas 12 bulan ke atas atau telah memasuki usia masa potong. Sebab, pada usia tersebut daging yang dihasilkan sudah tergolong sempurna. "Yang terpenting, secara syariat, daging yang paling sempurna berasal dari kambing pada masa gigi tanggal. Itu pasti enak, apalagi tahu cara memasaknya," papar dia dalam acara 'Berbagai Kehangatan Masakan Kambing Bango Jelang Perayaan Idul Adha,' Kamis (20/10). Sementara itu, lanjutnya, untuk daging yang berasal dari kambing di bawah usia masa potong kurang ideal untuk dimasak. Sebab, serat-serat daging belum terbentuk dengan sempurna. "Memang empuk, tapi kenyal sehingga diibaratkan kita memakan karet," paparnya. Karena itu, Chef yang kerap tampil di layar televisi ini, menyarankan agar masyarakat saat hendak membeli daging kambing untuk bertanya lebih dulu kepada penjual daging prihal usia kambing yang dipotong. Dengan demikian, masyarakat tidak salah membeli. "Jangan hanya melihat kekenyalannya saja, bisa jadi itu daging dari kambing berusia dibawah 12 bulan," pungkasnya. Full content generated by Get Full RSS. |
You are subscribed to email updates from Republika Online - Gaya Hidup RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan