ANTARA - Hiburan |
MPAL adakan seminar internasional seni tradisional Posted: 13 Oct 2011 07:39 AM PDT Bandarlampung (ANTARA News) - Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) akan mengadakan Seminar International Seni Tradisional Lampung pada tanggal 14 Oktober 2011 guna memperkenalkan sejarah alat musik daerah itu. "Kegiatan ini diadakan bertujuan untuk mengungkap sejarah mengenai alat musik tradisional asli Lampung yang selama ini belum tergali," kata Sekretaris Pelaksana Seminar Interansional MPAL, Fajar Ramadhan Raden Ningrat Natamarga, di Bandarlampung, Kamis. Menurutnya, dalam seminar tersebut akan diungkap juga sejarah dari "Gamolan" sebuah alat tradisional khas masyarakat Lampung yang sudah ada sejak dahulu. "Kebanyakan masyarakat mengetahui bahwa gamolan itu sama dengan gamelan yang berasal dari Pulau Jawa, tapi menurut peneliti seni, alat musik berbeda dan tersebut berasal dari Lampung," ujar dia. Acara itu, ia melanjutkan, akan menghadirkan sejumlah pembicara seperti, Prof Hj Margaret J Kartomi, dari Monash University, Australia, Hasyimkan Ratu Makmur, dan Henry Susanto, yang keduanya berasal dari Universitas Lampung. Salah seorang peneliti seni tradisional Lampung, Hasyimkan Ratu Makmur mengatakan, acara seminar itu juga sebagai ajang pembuktian kalau masyarakat Lampung juga punya ikon seni yang bisa dibanggakan. "Keberadaan alat musik tersebut di Provinsi Lampung selama ini nyaris belum terdengar keagungan, kebesaran, dan kehebatannya sehingga perlu adanya pendeklarasiannya agar diakui oleh publik," kata peneliti yang juga dosen di Universitas Lampung itu. Meskipun demikian, Hasyimkan melanjutkan, semua itu dilaksanakan tanpa mengurangi rasa hormat kepada para penyimbang atau sesepuh adat yang telah membesarkan nama Lampung. "Seminar ini hanya untuk mengungkap sisi terkecil dari segala sesuatu yang telah dimiliki dan dibesarkan oleh mereka para sesepuh adat yang memiliki hak otoritas terhadap kebudayaan Lampung," jelas pria yang biasa disapa Ican itu. Ia menerangkan, Gamolan dan gamelan memiliki nama yang nyaris mirip tetapi berbeda. Tangga nada gamolan Lampung berdasarkan arkeologi atau instrumen ialah do re mi so la si do. Sementara gamelan Jawa Slendro berdasarkan Andersen Sutton ialah do re mi so la si. Jadi, kata dia menegaskan, barang siapa mengganti nama gamolan menjadi nama lain, maka sama saja orang tersebut telah memenggal kenyataan dan sejarah yang ada di nusantara. Kegiatan Seminar Internasional Majelis Penyimbang Adat Lampung itu mendapat respon positif dari sejumlah para sesepuh adat Lampung, diantaranya Zainuri Anjungan Sakti, salah seorang sesepuh adat dari Kabupaten Waykanan, dan Roni Ratu Akuan, sesepuh adat yang juga Sekretaris Umum MPAL Kota Bandarlampung. "Sekitar tahun 1950-an alat musik tradisional gamolan sering dipertunjukan pada saat acara-acara penting, seperti pesta pernikahan, atau acara adat lainyya," kata Roni Ratu Akuan. Editor: Ruslan Burhani COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com Full content generated by Get Full RSS. |
Posted: 13 Oct 2011 05:54 AM PDT Semarang (ANTARA News) - Universitas Negeri Semarang, menggelar kirab budaya Jawa, Kamis, berupa arak-arakan ratusan mahasiswa dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) yang berpakaian adat berkeliling kampus tersebut. Di barisan terdepan terlihat replika gunungan yang kerap digunakan saat ritual "sedekah bumi", dihiasi buah-buahan dan sayuran dipanggul sejumlah mahasiswa, ada pula mahasiswa yang mengenakan kostum binatang kerbau. Pada kirab budaya bertema "Mbangun Miturut Marang Jawa" itu, pakaian adat Jawa yang dikenakan mahasiswa tampak variatif dan berwarna-warni, kirab dimulai dari FBS Unnes kemudian berjalan berkeliling kampus tersebut. Para mahasiswi terlihat mengenakan kebaya dengan model dan motif bervariasi, sedangkan kalangan mahasiswa mengenakan beskap, bahkan ada beberapa mahasiswa yang terlihat mengenakan pakaian ala petani pedesaan. Pembantu Rektor I Unnes, Agus Wahyudin menjelaskan, kirab budaya tersebut merupakan rangkaian dari pergelaran "Gebyar Budaya dan Bahasa Jawa" yang digelar oleh FBS Unnes sebagai bentuk pelestarian kebudayaan Jawa. "Ini (kirab, red.) sebagai upaya `nguri-uri` (melestarikan) kebudayaan Jawa, baik bahasa dan budayanya. Karena itu, kami sangat mengapresiasi langkah FBS menggelar kegiatan ini," katanya, di sela pelepasan kirab budaya. Menurut dia, kebudayaan Jawa merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia dan menjadi kekuatan budaya leluhur yang harus terus dilestarikan, khususnya bagi kalangan generasi muda. "Kalau untuk Unnes yang memiliki jargon `universitas konservasi`, kegiatan ini tentunya sangat erat kaitannya dengan langkah konservasi, sebagai bentuk pelestarian nilai, budaya, moral, dan peradaban Jawa," katanya. Ia mengatakan, konservasi tak hanya sebatas pelestarian alam dan lingkungan, namun secara lebih jauh mencakup pelestarian nilai, moral, budaya yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. "Kebudayaan Jawa yang diwariskan oleh para leluhur ini bisa diangkat sebagai referensi dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, untuk membentengi dari serbuan budaya asing di era globalisasi," kata Agus. (U.KR-ZLS/M028) Editor: Ruslan Burhani COPYRIGHT © 2011 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com Full content generated by Get Full RSS. |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Hiburan To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan