KOMPAS.com - Internasional |
Pesawat AU Jatuh, 8 Orang Tewas Posted: 03 Aug 2011 04:09 AM PDT Kecelakaan Pesawat AU Jatuh, 8 Orang Tewas Kistyarini | Rabu, 3 Agustus 2011 | 11:09 WIB RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com - Satu pesawat Angkatan Udara Brazil jatuh di negara bagian Santa Catarina di bagian selatan negeri itu, Selasa (2/8/2011), sehingga menewaskan semua delapan orang di dalamnya, demikian keterangan militer Brazil. Pesawat tersebut lepas-landas dari Rio de Janeiro pukul 11.35 waktu setempat (21.35 WIB) dan hilang dari layar radar sebelum pesawat itu jatuh di satu anak sungai dan meledak 135 kilometer dari Florianopolis, ibu kota negara bagian itu, kata AU Brazil di dalam siaran pers, Selasa larut malam. Pesawat Grand Caravan C-98A itu berasal daru satu unit angkut Angkatan Udara Brazil, kata siara pers tersebut. Seorang saksi mata mengatakan ia melihat pesawat itu menukik ke tanah sebelum meledak dan terbakar. Itu adalah kecelakaan kelima yang melibatkan pesawat Angkatan Udara Brazil pada 2011. Empat kecelakaan sebelumnya menewaskan lima orang. Angkatan Udara Brazil menyatakan telah melakukan penyelidikan mengenai penyebab kecelakaan tersebut. Sumber : Ant, Xinhua, Oana |
Palestina Tolak Usulan Perdamaian Israel Posted: 03 Aug 2011 04:03 AM PDT JERUSALEM, KOMPAS.com - Otoritas Palestina menolak wacana Israel terkait perbatasan negara masa depan Palestina berdasarkan garis gencatan senjata tahun 1967. Pihak Palestina menilai wacana itu sebagai tipuan dalam menghadapi pudarnya harapan bagi dimulainya kembali pembicaraan perdamaian. Para pejabat senior Palestina menanggapi dengan curiga pernyataan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, siap berkompromi terkait keberatannya selama ini soal kedaulatan Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Pernyataan bahwa Netanyahu bisa mendukung, dengan sejumlah pengecualian, penarikan mundur Israel ke garis gencatan senjata 1967, telah meningkatkan optimisme tak terduga bagi sebuah terobosan dalam proses perdamaian setelah berbulan-bulan terjadi kebuntuan. Namun para pejabat Palestina dengan cepat menantang ketulusan perdana menteri itu. Mereka menyatakan itu sebuah tipu muslihat dan bahwa kata-kata Netanyahu tidak bisa dipengang. "Kalau saya mendengar hal itu dari bibir Netanyahu, bahwa ia akan menerima sebuah negara Israel berdasarkan perbatasan tahun 1967, saya akan percaya itu," kata Saeb Erekat, negosiator terkemuka Palestina seperti dikutip Telegraph, Selasa (2/8/2011). "Tapi apa yang telah saya baca sejauh ini adalah sebuah kerja PR dan linguistik. [Israel] melakukan itu dengan sangat baik. Untuk hal penting seperti itu sudah sepantasnya Netanyahu berbicara kepada rakyatknya dalam bahasa Ibrani, Arab, Inggris atau China, sehingga kita bisa mendengar dia berkata bahwa dia menerima solusi dua negara di sepanjang perbatasan tahun 1967. Jika ia tidak bisa melakukan itu, maka semua ini adalah PR dan tipuan. Saya tidak mengatakan saya tidak yakin hal itu, tapi saya ingin mendengarnya dari mulut Netanyahu." Israel membuat para pengamat terkejut, Senin, ketika muncul kabar bahwa Netanyahu siap menerima formula yang menggunakan fraseologi "garis 1967", yang begitu dibenci kaum kanan Israel, sebagai dasar untuk melanjutkan negosiasi. Sepertinya, konsesi itu memenuhi tuntutan utama Palestina untuk memulai kembali pembicaraan damai. Palestina telah lama bersikeras bahwa negara mereka harus mencakup Jalur Gaza, Yerusalem Timur dan sebagian Tepi Barat, tanah yang diduduki Israel sejak 1967. Para pejabat Israel mengatakan, mereka siap menerima paket yang diusulkan Amerika Serikat dan mitra-mitra negosiasinya -PBB, Uni Eropa dan Rusia- di mana perundingan untuk pembentukan negara Palestina akan didasarkan pada garis gencatan senjata 1967. Meski Palestina secara diam-diam menerima formula seperti itu, dan telah melakukan negosiasi berdasarkan formula itu di masa lalu, Netanyahu sejauh ini tidak memberi petunjuk tentang berapa banyak wilayah Tepi Barat yang ia inginkan dan apa yang dia siapkan sebagai tawaran untuk mendapatkan imbalan. Seorang pejabat senior Palestina menantang perdana menteri Israel itu untuk membuat tawaran publik. "Ini bukan pernyataan serius Netanyahu," kata Nabil Abu Rudeina, seorang pembantu senior Mahmoud Abbas, presiden Otoritas Palestina. "Tapi kalau dia katakan secara terbuka dan menyatakan bahwa ia siap untuk bernegosiasi, ia akan mendapati Palestina bersedia untuk memulai pembicaraan segera." Namun, bahkan jika Netanyahu tulus, tawarannya itu tampaknya hanya akan tertulis dalam tugu peringatan karena Palestina tidak mungkin menerimanya. Pejabat di Yerusalem mengatakan, tawaran itu hanya terjadi jika Palestina siap untuk mengakui Israel sebagai negara Yahudi dan membatalkan aplikasi mereka yang akan disampaikan ke Majelis Umum PBB bulan depan bagi pengakuan Palestina sebagai negara merdeka. Bagi Palestina tawaran itu tampaknya menjadi bukti bahwa Netanyahu mahir tampil untuk menyodorkan apa yang mereka inginkan tapi menuntut harga begitu tinggi yang mustahil untuk diterima. Sejumlah warga Palestina telah menafsirkan langkah baru tersebut sebagai tanda kepanikan Israel akan kemungkinan Majelis Umum PBB memberikan pengakuan terhadap Palestina sebagai sebuah negara berdaulat bulan depan. "Langkah Palestina mendekati PBB telah menyebabkan banyak trauma di Israel," kata Munib al-Masri, seorang politikus terkemuka dan pengusaha Palestina. "Saya pikir pengumuman dari Netanyahu itu adalah sebuah upaya untuk mencegah hal itu terjadi." Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan