ANTARA - Berita Terkini |
Gempa mengejutkan para pemain di Indian Wells Posted: 11 Mar 2013 10:19 PM PDT Indian Wells, California (ANTARA News) - Rafa Nadal dan Roger Federer sudah biasa dengan tekanan pada final turnamen Grand Slam maupun perebutan medali emas Olimpaide, tapi keduanya gemetaran pada turnamen BNP Paribas Terbuka di Indian Wells pada Minggu karena gempa bumi mengguncang gurun California. Gempa dengan kekuatan 4,7 SR terjadi sekitar pukul 10 a.m. PDT (1700 GMT) sekitar 22 mil di kawasan selatan Palm Springs. "Saya amat terkejut dan tegang beberapa saat," kata Federer, pemain nomor dua dunia dari Swiss, kepada wartawan, beberapa saat setelah mengalahkan petenis dari Kroasia, Ivan Dodig, 6-3 6-1 pada putaran ketiga turnamen itu. "Ini untuk pertama kali dalam hidup saya merasakan gempa," katanya seperti dikutip Reuters. "Dalam beberapa detik saya tidak yakin apa yang sedang terjadi. Saya berlari keluar ruangan. Saya sedang berada dalam ruangan dan tidak tahu berapa lama getaran itu terjadi. Saya pun tidak tahu apakah getaran itu tambah buruk atau yang terburuk sudah berakhir," katanya. Sensor otomatis akhirnya menunjukkan bahwa getaran kecil itu terjadi tiga kali dengan kekuatan 5,1 Skala Richter atau di atasnya, tetapi kekuatan seismik berkisar antara 4,6 dan 4,7, sebelum pada ilmuwan menyatakan bahwa getaran hanya terjadi sekali. "Saya sangat takut," kata Nadal, petenis Spanyol yang dua kali menjuarai turnamen di Indian Wells, setelah maju ke putaran 16 besar karena lawannya dari Argentina, Leonardo Mayer, mundur akibat cedera punggung. "Ini kali pertama dalam hidup saya. Saya sedang berada di meja pijat mempersiapkan pemanasan. Saya merasa meja itu bergetar. Saya berdiri dan kaki saya seperti ini," kata dia sambil menggetarkan kakinya. Sementara unggulan keempat dari Jerman, Angelique Kerber, mengira getaran itu berasal dari kereta api bawah tanah sebelum ia mengetahui apa sebenarnya yang terjadi. "Awalnya kami berpikir, ini getaran kereta api bawah tanah, tapi kami ada di gurun. Tidak ada kereta api bawah tanah di sini. Saya merasakan getaran itu, untuk pertama kalinya," katanya. Penerjemah : A.R Loebis |
Masyarakat diminta ikut menjaga taman nasional Posted: 11 Mar 2013 10:11 PM PDT Palu (ANTARA News) - Masyarakat diminta untuk ikut menjaga dan mengamankan taman nasional dan bukan sebaliknya merusak hanya karena kepentingan pribadi. "Taman nasional harus dijaga karena bukan hanya menjadi aset bangsa Indonesia, tetapi merupakan paru-paru dunia," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) Harijoko Prasetyo, di Palu, Selasa. Ia mengatakan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) merupakan paru-paru dunia yang selama ini banyak dikunjungi berbagai wisatawan mancanegara, dan juga menjadi tempat penelitian. Menurut dia, jika keberadaan TNLL tetap terjaga dan terpelihara dengan baik akan sangat bermanfaat tidak hanya kelangsungan hidup flora dan fauna, tetapi bagi orang banyak. Masyarakat harus mengetahui, bahwa TNLL tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Sulteng, tetapi juga masyarakat dunia. Harijiko mengaku masih ada gangguan di dalam kawasan taman nasional itu, tetapi dari tahun ke tahun semakin berkurang. Memang masih ada perambahan dan juga kegiatan "illegal logging", namun sudah menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat yang bermukim di dalam maupun luar kawasan TNLL semakin tinggi. Dari beberapa kasus yang ditemukan BBTNLL, masih ada warga yang membuka kebun dalam kawasan seperti di Desa Watumaeta, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso dan Lindu, Kabupaten Sigi. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga dan mengamankan kawasan hutan lindung tidak terlepas dari partisipasi jajaran pemerintah kecamatan, desa, serta para tokoh masyarakat dan adat dalam memberikan pemahaman kepada warga. Partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat, terutama pemerintah kecamatan dan desa serta tokoh masyarakat dan lembaga-lembaga adat di desa masing-masing, cukup bagus. Hal itu bisa dilihat dari jumlah kasus penyerobotan areal hutan untuk dijadikan kebun oleh warga terus mengalami penurunan yang cukup mengembirakan. Wilayah itu masih cukup rawan pembukaan lahan kebun dan juga pencurian kayu. Petugas TNLL terus melakukan patroli pada wilayah yang selama ini cukup rawan pembatatan hutan, dan pencurian hasil hutan berupa rotan dan kayu. TNLL saat ini dihuni sekitar 117 jenis mamalia, 29 reptilia, 14 jenis amfibi, dan lebih dari 50 persen di antaranya satwa endemik Sulawesi yang selama ini hidup di kawasan hutan itu. (BK03) |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Berita Terkini To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan