Ahad, 6 Januari 2013

Republika Online

Republika Online


Jika Suami Istri Harus Bercerai

Posted: 06 Jan 2013 09:07 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, Siapa pun pasti tak pernah berharap menjadi orang tua tunggal (single parent). Keluarga yang lengkap dan utuh merupakan idaman setiap orang. Namun, adakalanya nasib berkata lain. Menjadi single parent dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak mudah. Terlebih, bagi seorang isteri yang ditinggalkan suaminya, karena meninggal atau bercerai. Paling tidak, dibutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan si buah hati, termasuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Meski menjadi orangtua tunggal terbilang tak mudah dijalani, namun sangat banyak wanita yang menjadi ibu sekaligus kepala keluarga, tetap sukses membesarkan anak-anaknya. Pengalaman sukses menjadi single parent telah ditempuh, mantan peragawati Titi Qadarsih, walau harus mengalami pasang surut yang tak terkirakan untuk mengantar anak-anaknya ke masa depan.

Titi menjadi single parent setelah ditinggal sang suami untuk selama-lamanya pada 1996. Sejak itu ia mengaku semakin mendekatkan diri pada Allah SWT sebagai sumber kekuatan dirinya. ''Ternyata mendidik anak tidak hanya membutuhkan keuletan dan kesabaran, tapi juga harus ada bimbingan dari Yang Di Atas,'' tutur Titi.

Titi pun merasa harus melakukan segala sesuatunya sendiri, yakni menjadi kepala keluarga sekaligus ibu bagi anak-anak. Ibu dua anak ini mengakui sejak ditinggal sang suami, kehidupan yang harus dilaluinya terasa lebih berat, terutama menyangkut perannya sebagai orangtua tunggal yang harus membesarkan dua anaknya.

Cobaan demi cobaan harus dilaluinya sendirian. Artinya, dari menghadapi masalah hingga menyelesaikan masalah anak-anak lebih banyak harus dipikirkan dan dilakukannya sendiri. Dengan ketelatenan dan doa yang selalu dipanjatkan ia merasa kerap kali cobaan itu berhasil dilaluinya. ''Alhamdulillah, dengan ketelatenan dan berserah diri kepada Allah, cobaan yang menimpa keluarga saya akhirnya bisa teratasi,'' ujar Titi.

Menurut mantan peragawati ini, setiap orang pasti pernah menghadapi persoalan berat dalam hidupnya. Persolaan itu, sambungnya, bisa menjadi berat dan bisa pula menjadi ringan tergantung setiap orang menyikapinya. ''Semua persoalan pasti ada jalan keluarnya. Kuncinya, asal mau selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta,'' katanya.

Kunyah Makanan 30 Detik Bikin Langsing, Simak Kiatnya

Posted: 06 Jan 2013 08:08 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, Ingin menyingkirkan timbunan lemak di tubuh Anda? Cobalah mengunyah setiap suapan makanan Anda selama 30 detik!

Menurut penelitian terbaru, menyingkirkan timbunan lemak kemungkinan tidak disebabkan pada apa yang Anda makan, tetapi bagaimana cara Anda memakannya.

Para ilmuwan menyatakan, rahasia untuk mengecilkan pinggang dengan mengunyah makanan Anda selama 30 detik sebelum menelan. Penelitian menunjukkan bahwa ini memiliki efek yang kuat pada nafsu makan, karena mampu membatasi keinginan untuk makan cokelat, permen dan makanan ringan yang dapat menumpuk banyak lemak.

Penelitian oleh para psikolog di University of Birmingham ini melibatkan para partisipan yang mengunyah makan siang mereka dengan cara ini. Hasilnya, mereka dicatat memakan setengah jumlah cemilan normalnya di sore hari.

Meski penelitian sebelumnya sudah menunjukkan bahwa mengunyah lebih lama mampu membatasi asupan kalori saat makan, kini para peneliti ingin menilai bagaimana mengunyah lebih lama saat makan siang bisa mempengaruhi kebiasaan ngemil di sore hari.

Salah satu alasan mengapa hal ini bisa bekerja, dengan berkonsentrasi begitu banyak pada proses makan, otak kita "mengingat" makan siang yang lebih lama dan akan cenderung mengurangi sinyal untuk ngemil lebih banyak segera setelah makan siang.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan