Khamis, 6 Disember 2012

Republika Online

Republika Online


Inilah Kadar Konsumsi Keju yang Sehat

Posted: 06 Dec 2012 04:05 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Asin adalah rasa penting yang memancing selera makan. Rasa itu bisa diperoleh dari garam atau sepotong keju. Bagaimana caranya memilih sepotong keju sehat untuk sandwich anda?

Consensus Action on Salt and Health (CASH) menerbitkan penelitian tentang kandungan garam 800 jenis keju yang terdapat di supermarket. Hasilnya, sebagian besar atau 98 persen dari rumah tangga di Inggris pasti membeli keju, setelah roti dan daging.

Kebanyakan konsumen tak banyak tahu bahwa sekitar 30 gram (g) dari keju yang mereka makan mengandung garam lebih banyak ketimbang kandungan garam pada sekantung keripik singkong 30 g. Kadar garam antara jenis keju yang dijual di supermarket ternyata berbeda.

Keju jenis Co-op gorgonzola memiliki kandungan asin enam kali lebih tinggi dari keju jenis Sainsbury. Keju Morrisons Smooth & Tangy Farmhouse mengandung 0,63 garam per 30 g. Sedangkan keju jenis Waitrose Reduced Fat Light Mild tingkat asinnya 30 persen di bawah keju-keju jenis lainnya.

Keju sangat bergizi, penuh kalsium, vitamin, dan mineral. Namun demikian, Dewan Susu Inggris menyarankan agar setiap rumah tangga mengonsumsi keju sewajarnya. Pasalnya, beberapa jenis keju memiliki kandungan garam di atas rata-rata yang dibutuhkan tubuh.

Ahli gizi kesehatan masyarakat, sekaligus Direktur CASH, Katharine Jenner, menyarankan kadar keju yang disarankan per harinya itu adalah dua iris saja. "Kami menemukan dua iris keju dan dua potong roti mengandung 2 g garam," katanya dikutip dari The Guardian, Jumat (7/12).

Porsi tersebut adalah level maksimum yang normal dikonsumsi anak-anak minimal tiga tahun berturut-turut. Ia juga menyarankan ibu rumah tangga selektif memilih keju. Pasalnya, tak jarang produsen keju yang sengaja menambahkan garam ke dalam keju di luar batas yang disarankan kesehatan. Itu dilakukan untuk meningkatkan keawetan keju bersangkutan.

Sensasi Piknik Bersama Rusa Di Hutan Cifor Dramaga

Posted: 06 Dec 2012 12:59 AM PST

REPUBLIKA.CO.ID, Pohon-pohon berusia puluhan tahun berdiri tegak di area seluas 60 hektare ini. Tutupan daun-daunnya yang rindang dan rapat menyulap udara seterik apa pun menjadi keasrian yang menyejukkan.

Di sudut Dramaga, Kabupaten Bogor ini, jalanan sepi dari lalu lalang kendaraan. Suasana sunyi senyap dari segala kebisingan khas perkotaan.

Pandangan mata akan cepat terhenti pada batang-batang pepohonan yang merapat, semak-semak yang menjalar dan tanah di bawahnya yang ditutupi serasah dedaunan gugur.  Apabila memandang ke atas, sinar matahari malu-malu menyelusup mengintip dari celah kanopi dedaunan. Birunya langit pun hampir tak tampak terhalang oleh rapatnya kanopi.

Puluhan ribu pohon telah ditanam dan dirawat sejak awal mula Hutan Penelitian Dramaga ini dipatenkan pada tahun 1956. Orang-orang lebih sering menyebutnya Hutan Cifor. Sebenarnya kawasan ini berstatus Hutan Penelitian Dramaga (HTD) milik Pusat Konservasi dan Rehabilitasi, Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Penanggung Jawab HTD Zaenal Asikin mengatakan, meskipun kawasan ini merupakan kawasan penelitian, banyak orang yang datang dengan tujuan berwisata atau sekedar datang menikmati kesejukannya.

Tepat di samping HTD, terdapat Danau Situ Gede seluas 5,5 hektare. Jika beruntung, Gunung Salak pun akan terlihat jelas di tengah hamparan air danau dengan latar langit biru yang membentang.

Tak hanya disuguhkan pemandangan indah dan suasana menyejukan, ada beberapa hewan yang dipelihara dalam penangkaran HTD. Posisi kandangnya tepat di samping Pusat Informasi HTD, puluhan rusa dan trenggiling hidup terpelihara.

"Ada 39 rusa dan empat trenggiling yang biasanya digunakan sebagai objek penelitian," ujar Zaenal. Sebagai Hutan Penelitian, HTD mempunyai lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan outbond.

Zaenal mengatakan, ada lahan kosong sekitar setengah hektare yang rencananya akan dijadikan camping ground melihat banyak instansi, mahasiswa dan masyarakat yang menggunakan HTD sebagai tujuan wisata alam. Ada sekitar tiga spot area yang sering digunakan untuk outbond yaitu lahan di depan Pusat Informasi dan lahan di dekat Danau Situ Gede.

Jika hanya ingin ngaso atau piknik menikmati suasana hutan, maka area pinggiran Danau merupakan tempat yang tepat. Di sini terdapat banyak kursi-kursi, warung tenda dan jasa penyewaan tikar untuk membuat anda lebih nyaman menikmati suguhan alam asri Bogor.

Jangan lupa untuk membuang sampah pada tempatnya agar  kebersihan hutan terpelihara dari sampah-sampah. 

HTD ramai pada akhir pekan dikunjungi oleh masyarakat sekitar maupun dari luar kota. Sebagai hutan penelitian, kawasan ini pun menjadi tempat kunjungan penelitian dari sekolah-sekolah, universitas, instansi penelitian hingga peneliti luar negeri.

Hutan asri ini tak hanya menawarkan berbagai objek penelitian tapi juga kesenangan berwisata.

Bagaimana cara ke sana?

Jika menggunakan kendaraan pribadi, Tempat ini dapat dijangkau dengan menyusuri Jalan Raya Cifor atau Jalan Tawakal Kelurahan Situ Gede dari Terminal Bubulak atau Institut Pertanian Bogor. Anda juga dapat menggunakan satu-satunya angkutan umum menuju ke sana yaitu angkutan kota (angkot) 15 jurusan Merdeka - Bubulak dari Terminal Bubulak.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan