ANTARA - Hiburan |
Slank tabur bunga di makam Bung Tomo Posted: 10 Nov 2012 02:38 AM PST Perlu ada pahlawan yang berperang melawan koruptor dan teroris di Indonesia Berita Terkait "Bung Tomo bukan hanya milik warga Surabaya, tapi milik Bangsa Indonesia. Dia adalah pahlawan sekaligus inspirasi," ujar vokalis Slank, Kaka, di sela tabur bunga di pusara Bung Tomo. Dalam kesempatan tersebut, Kaka ditemani Bimbim dan Ivanka, serta bunda Ifet. Turut hadir dalam acara tabur bunga itu, budayawan Sastro Al Ngatawi dan putra sulung Bung Tomo, Bambang Sulistomo bersama sejumlah tokoh agama lainnya. Kaka mengatakan, selama ini ia hanya mendengar nama Bung Tomo sebagai penggerak melawan penjajah pada peristiwa 10 November. Penggebuk drum Slank, Bimbim menambahkan, dalam kondisi bangsa saat ini Indonesia memerlukan para pahlawan-pahlawan baru. Menurut dia, arti pahlawan merupakan seseorang yang membela kebenaran tanpa pamrih. "Saat ini Bangsa Indonesia membutuhkan pahlawan-pahlawan baru untuk berjuang melawan tindakan yang menggerogoti bangsa. Perlu ada pahlawan yang berperang melawan koruptor dan teroris di Indonesia," tutur dia. Setelah berziarah ke makam Bung Tomo, Slank dijadwalkan tampil menghibur penggemarnya di Surabaya selama dua hari, Sabtu malam di Makodam V/Brawijaya dan Minggu di tempat yang sama. "Saya pernah bilang ke Gus Ipul (sapaan akrab Saifullah Yusuf) saat bertemu di Jombang dan bertanya kapan bisa tampil di Surabaya. Syukurlah kali ini kesampaian" kata Kaka, pemilik nama lengkap Akhadi Wira Satriaji ini. Pada Sabtu malam, Slank akan tampil bareng Habib Syekh dan Ki Ageng Ganjur pimpinan Sastro Al-Ngatawi dalam acara bertajuk "Jatim Bersholawat". Kemudian dilanjutkan pada Minggu (11/11) pagi, grup musik yang memiliki penggemar jutaan orang ini, kembali tampil di tempat yang sama. Kaka berharap, bersamaan dengan momen Hari Pahlawan, mereka dapat tampil dengan penuh semangat dan membawa jiwa kepahlawanan. (ANT) Editor: Heppy COPYRIGHT © 2012 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
Posted: 10 Nov 2012 02:22 AM PST Berita Terkait Paulo Junior (bass), Andreas Kisser (gitar, vokal), Derrick Green (vokal, perkusi), dan Eloy Cassagrande (drum, perkusi) membawakan 22 lagu-lagu hit Sepultura dalam rentang hampir 28 tahun perjalanan karir band asal Belo Horizonte, Minas Gerais, Brazil itu. Setelah membuat penonton menunggu hingga 45 menit, Sepultura muncul di panggung yang didirikan di sisi barat Stadion Aji Imbut, Tenggarong Seberang, pukul 21.15 WITA. Salam pendek "assalammualaikum" diucapkan Derrick Green dengan suara berat menggeram, disambung Intro, lagu instrumental yang muncul pertama kali pada album Live Under the Pale Grey Sky. Lalu perkusi lagu Refuse dari kantong album Chaos AD keluaran tahun 1993 langsung menghajar gendang telinga 10.000 lebih penonton yang didominasi anak-anak muda. Sebagian penonton yang terkaget dengan salam Green, menjawab dengan gumam pelan. Segera saja mereka larut dalam lagu dengan headbang, menghentakkan kaki, mengayunkan kepala dengan cepat, cara khas menikmati thrash metal. Sebagian lagi melakukan aksi moshing, saling membenturkan badan dengan sesama penonton. Di depan panggung, arena kecil lantas tercipta di tengah-tengah lautan anak-anak muda berkaus hitam bergambar dan bertuliskan Sepultura serta nama-nama band thrash metal seantero jagad. Sebelumnya mereka sudah dipanaskan Edane, grup heavy metal Indonesia dengan maskot Eet Sjahcranie, salah satu gitaris rock legendaris Indonesia. Eet adalah putra mendiang Gubernur Kaltim 1967-1978 Abdoel Wahab Sjahranie. Sepultura terus menaikkan tempo dan tegangan. Berturut-turut disemburkan dari sound system berkapasitas 160 ribu watt itu Bestial Devastation, Beneath The Remains, Troops of Doom (dari album Morbid Visions, 1986). "Most of you even haven`t born yet," seloroh Andreas Kisser, gitaris asal Sao Paolo yang mulai bergabung dengan Sepultura pada 1987. Dengan murah hati ia membagi-bagikan pick (pemetik) gitar berlogo Sepultura kepada penonton. Sebagai balasan, tangan-tangan terkepal teracung bersamaan dengan salam rock, di mana ibu jari, telunjuk, dan kelingking direntangkan sementara jari tengah dan jari manis dilipat ke depan. Tangan terkepal menjadi khas Sepultura setelah album Nation tahun 2011 yang berasal dari sampul album, salah satu album pasca ditinggal Max Cavalera, gitaris dan pendiri Sepultura. Suasana konser makin panas dan Sepultura terus tancap gas. Desperate Cry, Inner Self, dan Mass Hypnosis dihadirkan. Di antara lagu, Derrick Green yang juga piawai bermain perkusi menyapa penonton. "Aku cinta Indonesia," katanya seraya tersenyum lebar. Andreas Kisser tak kalah dalam menarik simpati tuan rumah. Setelah Schizophrenia, dari album tahun 1987 bertitel sama dan merupakan proyek pertama Sepultura yang melibatkan Andreas Kisser, gitaris berambut panjang riap-riapan ini berganti kostum. Kostumnya gantinya membuat bangga orang se-Tenggarong: kostum Mitra Kukar, klub sepakbola yang hari itu merelakan stadionnya, juga rumput lapangannya, rusak diinjak penonton yang berdatangan dari Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, bahkan Brunei Darussalam, Singapura, dan Kuala Lumpur. Setelah satu jam, Sepultura memberi selingan sejenak dengan lagu disko samba ala Brazil. "You can move your body. Ini lagu enak buat goyang," kata Andreas. Para penonton pun disiram hujan buatan dari selang yang terhubung kepada meriam air di luar stadion. Panas dan pengap menjadi sejuk dan kaus basah keringat bertambah basah air. Tapi selingan sebentar saja. Dentuman bass drum dan rentetan riff Eloy Casagrande yang konstan sejak lagu pertama kembali menarik penonton kepada pertunjukan thrash metal. Di pengujung konser, tibalah masa bagi lagu Arise, lagu klasik Sepultura yang disimpan dalam album berjudul sama terbitan 1991. Saat baru merilis album inilah Sepultura pertama datang ke Indonesia dan konser di Gelora Bung Karno, Jakarta 1992. Gemuruh intro dengan latar suara-suara yang asing segera diisi raungan kasar gitar Andreas. Suara dari bass gitar Paul, anggota paling senior Sepultura sekarang pun berkejaran dengan hentakan double pedal bass drum Casagrande, yang baru bergabung dengan raksasa thrash itu tahun ini. Lirik Arise ternyata banyak dihapal orang, terutama penonton yang masih berusia belasan pada 1991. Mereka membuat koor yang berat, parau, dan menggetarkan. "I see the world, end...I see the world, dead...ashes to ashes, dust to dust..." nyanyi penonton bersama Green. Headbang dan moshing lagi. Andreas Kisser mengisi solo gitar pendek sebelum lagu berakhir, lantas Sepultura menghilang dan lampu-lampu panggung dimatikan. Meski waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 WITA, penonton tak beranjak. Mereka bahkan berteriak meminta tambahan lagu. Tiba-tiba lampu-lampu panggung menyala kembali. Derrick Green muncul lagi dengan rsenyum lebar. Andreas bagi-bagi pick. Sepultura memberi tambahan 3 lagu lagi sebelum konser benar-benar berakhir sepuluh menit kemudian. "Terimakasih Indonesia, terimakasih banyak, sampai jumpa," salam Andreas. Keempat personel Sepultura berkumpul di bibir panggung, saling merangkul bahu, dan membungkuk bersama menghormat penonton. Senyum puas tak hanya tergambar di wajah Paulo, bassist yang tak banyak bicara. Penonton pun pulang dengan senang. Aksi Edane Lagu-lagu yang akrab di telinga pecinta rock Indonesia seperti Borneo, lagu dengan intro dan koda (awal dan akhir lagu) yang memperdengarkan sampe, alat musik petik tradisional orang Kenyah, Bahau, atau Benuaq, dan banyak suku pedalaman Kalimantan lain menjadi satu lagu pembuka. Eet juga piawai memainkan sound sampe itu pada gitar Ibanez-nya, sound yang membuat sebagian penonton spontan menarikan gerakan-gerakan burung enggang, komplet dengan teriakan yang meningkahi tarian dan petikan gitar Eet. Kelar Borneo, Living Dead menggelegar, dan segera dilanjutkan Best of Me. Eet yang mengenakan aksesoris bando bak tanduk di kepalanya mengumbar senyum sementara Ervan tarik suara. Evolusi, lagu instrumental dalam album pertama Edane, The Beast, dibawakan Eet sepenuh hati dan improvisasi. Segera kemudian menghentak intro khas Ikuti, lagu yang mengantarkan Edane kepada populatis di awal kariernya. Eet pun memperagakan duck walking seraya memetik gitar. Hingga jatah waktu Edane berakhir pukul 20.30, Eet dan kawan-kawan masih terus memuaskan penonton dengan Rock in 82, dan ditutup dengan koor bersama seluruh penonton pada lagu Kau Manis Kau Iblis. Reuni Dua puluh tahun lalu, Edane juga menjadi pembuka konser Sepultura, yang saat itu dihelat di Gelora Bung Karno, Jakarta. band thrash metal Rotor juga kebagian jatah opening act. Tahun 1992 tersebut, baik Edane mapun Sepultura sedang menanjak karirnya. Edane baru mengeluarkan album The Beast yang disebut-sebut pengamat musik sebagai rock dengan R besar. Eet Sjahranie pun menjadi salah satu gitaris panutan Indonesia. Karena pilihan sound-nya ketika itu, Edane kerap dijuluki Van Halen-nya Indonesia, sementara Eet adalah Eddie van Halen-Indonesia. Padahal menurut Eet sendiri, ia lebih banyak terpengaruh Angus Young dari AC-DC ketimbang Van Halen. Sepultura yang datang ke Indonesia tahun 1992 masih band dengan personel pendirinya, yaitu kakak adik Cavalera, Max (vokal, gitar), dan Igor (drum), bersama Paulo Junior (bass) dan Andreas Kisser (gitar). Max dan Igor Cavalera mendirikan band ini murni untuk mencari makan setelah orang tua mereka meninggal dunia. Keseriusan Cavalera bersaudara ini berbuah kesuksesan yang fenomenal. Sepultura ditahbiskan menjadi band metal kelas dunia setelah merilis album Morbid Visions pada 1986.
Editor: Jafar M Sidik COPYRIGHT © 2012 Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Hiburan To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan