KOMPAS.com - Internasional |
Vatikan Didesak Selidiki Gadis yang Hilang Posted: 28 May 2012 03:57 AM PDT ROMA, KOMPAS.com - Saudara seorang gadis Italia yang hilang selama hampir 30 tahun mendesak Vatikan menyelidiki kasus saudarinya saat beberapa ratus orang yang membawa foto-foto saudarinya berunjuk rasa di Lapangan Santo Petrus, Minggu (27/5/2012). Unjuk rasa tersebut digelar sehari setelah Jaksa Italia, Giancarlo Capaldo, mengatakan kepada CNN bahwa seorang imam yang dulu memimpin sebuah gereja di Roma sedang diselidiki atas dugaan keterlibatan dalam penculikan Emanuela Orlandi. Mgr Piero Vergari, mantan rektor Sant'Apollinare, tengah diselidiki bersama empat anggota geng kriminal, kata Capaldo, Sabtu. Vergari, yang meninggalkan posisinya itu tahun 1991, tidak menjawab e-mail CNN yang memintanya untuk memberi komentar. "Kami ingin Vatikan membuka penyelidikan yang serius atas kasus ini," kata Piero Orlandi, saudara Emanuela Orlandi yang hilang itu. Unjuk rasa itu merupakan upaya terbaru untuk menungkapkan salah satu misteri panjang di Roma, yaitu hilangnya Emanuela, putri seorang karyawan Vatikan. Emanuela, ketika itu 15 tahun, terakhir terlihat di pelajaran flute di sebuah sekolah musik di Sant'Apollinaire pada sore hari tanggal 22 Juni 1983. Kasus itu telah melahirkan sejumlah teori konspirasi, mulai dari keterlibatan Mafia, politik internasional, hingga intrik di dalam tubuh Vatikan sendiri. Serorang pastor pengusir setan terkenal di Vatikan, Gabriele Amorth, mengatakan kepada CNN bahwa ia menduga gadis itu diculik karena alasan seksual. "Penyelidikan harus dilakukan di dalam Vatikan dan bukan di luar," kata Pater Amorth. Dua pekan lalu, polisi membongkar kuburan seorang bos mafia yang berada di ruang bawah tanah Gereja Sant'Apollinaire untuk mencari jenazah gadis tersebut. Vatikan telah memberikan izin khusus kepada para penyidik untuk membuka makam Enrico "Renatino" De Pedis. Pembongkaran makam itu mengikuti sebuah anjuran dari seorang penelepon anonim di sebuah program televisi Italia tahun 2005 yang mengatakan bahwa kebenaran akan kasus itu akan ditemukan di makam tersebut. Para penyelidik menemukan puluhan kotak logam, semua berisi tulang belulang, di ruang bawah tanah yang berisi jenazah De Pedis. Kebanyakan mungkin berusia ratusan tahun, tetapi sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan itu mengatakan, beberapa tulang jauh lebih baru. Pekerjaan untuk menguji tulang-belulang itu akan merupakan "proses yang panjang, berminggu-minggu atau berbulan-bulan," kata sumber itu, yang meminta tidak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara kepada media. "Ini seperti sebuah teka-teki tentang tulang belulang." Para pendukung keluarga Orlandi berteriak "Kebenaran, Kebenaran" di Lapangan Santo Petrus di luar Vatikan, Minggu. Sejumlah orang mengenakan ikat kepala seperti yang Orlandi kenakan di salah satu foto dirinya yang paling banyak direproduksi. yang lain memegang balon putih dan spanduk. Seorang mantan walikota Roma, Walter Veltroni, Minggu, menyatakan harapan bahwa Vatikan akan berbuat lebih banyak untuk membantu penyelidikan itu. "Sikap Vatikan telah berubah, mereka lebih kooperatif," kata Walter Veltroni, yang dekat dengan keluarga Orlandi. Veltroni mengimbau siapa saja yang mengetahui kebenaran akan kasus itu untuk tampil. "Saya yakin ada banyak orang di Roma yang tahu dan yang bisa membantu untuk menemukan kebenaran (atas kasus itu)," katanya. "Sudah waktunya bagi mereka untuk bicara." |
DK PBB Kutuk Peristiwa Pembantaian di Suriah Posted: 28 May 2012 02:45 AM PDT NEW YORK, KOMPAS.com - Dewan Keamanan PBB mengeluarkan kecaman keras terhadap penggunaan senjata berat oleh militer Suriah dalam serangan di Houla yang menewaskan 108 orang dan melukai 300 lainnya. Aksi ini juga memicu kemarahan dunia internasional karena dalam peristiwa itu ada 34 orang anak-anak yang menjadi korban tewas. Anggota Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat kemarin sepakat untuk mengeluarkan seruan agar pemerintah Suriah menarik seluruh senjata beratnya dari kawasan pemukiman dan mengembalikan mereka ke barak. "Anggota Dewan Keamanan PBB mengutuk keras peristiwa yang kemungkinan besar merupakan sebuah pembunuhan di desa Houla dekat Horms dalam rangkaian serangan yang melibatkan artileri dan tank pemerintah Suriah di kawasan pemukiman penduduk sipil," bunyi pernyataan DK PBB seperti dibacakan oleh Wakil Duta Besar PBB asal Azerbaijan, Tofiq Musayev. "Anggota DK PBB juga mengutuk keras pembunuhan warga sipil lewat aksi penembakan jarak dekat dan serangkaian penyiksaan yang dilakukan oleh pemerintah. Kekerasan terhadap penduduk sipil jelas merupakan sebuah pelanggaran terhadap hukum internasional." Suriah membantah Namun Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari mengatakan sejumlah anggota DK PBB mencoba untuk mengarahkan dunia internasional kepada pengertian yang salah tentang peristiwa yang terjadi di Suriah. "Saat ini baik [Komandan Pasukan PBB di Suriah Mayor Jenderal Robert] Mood ataupun orang lain yang terlibat dalam pertemuan informal sebelumnya mengatakan tidak akan menyalahkan Suriah dalam peristiwa ini," kata Jaafari. Pemerintah Suriah juga membantah keterlibatan mereka dalam peristiwa di Houla dan mengatakan bahwa tank mereka tidak berada disekitar lokasi kejadian saat peristiwa pembunuhan itu terjadi. Mereka mengatakan peristiwa ini dilakukan oleh kelompok teroris. Sejauh ini Komandan misi PBB di Suriah Mayor Jenderal Robert Mood mengatakan pembantaian pasukan penyerang menggunakan senjata berbagai ukuran, senapan mesin hingga tank. Namun dia tidak menyatakan dugaannya terkait pasukan yang menyerang kota Houla. Sementara kelompok Oposisi Suriah mengatakan serangan ke kawasan Houla dilakukan oleh militer negara itu sesaat setelah melakukan aksi demonstrasi. Peran Rusia Sebagian korban tewas karena ditembak dari jarak dekat oleh milisi bentukan pemerintah yang dikenal dengan sebutan 'shabiha.' Peristiwa ini juga mendorong sejumlah negara seperti Inggris melakukan upaya untuk menghentikan aksi kekerasan di negara tersebut. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague dalam kunjungannya ke Rusia mengatakan Inggris akan bergantung pada Rusia untuk mendesak Suriah agar menerapkan rencana perdamaian seperti yang diusulkan oleh Utusan PBB dan Liga Arab, Kofi Annan. Namun Rusia sejauh ini tampaknya masih belum mengeluarkan kecaman terhadap Suriah terkait peritiwa di Houla. Duta Besar Rusia untuk PBB mengatakan kepada wartawan hingga saat ini masih belum jelas siapa yang bertanggung jawab dalam peristiwa tersebut. Rusia tidak setuju dengan tuduhan yang menyebutkan bahwa korban tewas itu akibat tembakan tentara Suriah. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan