KOMPAS.com - Nasional |
Mengecewakan, DPR Tak Pilih Produk Indonesia Posted: 14 Jan 2012 07:21 AM PST Mengecewakan, DPR Tak Pilih Produk Indonesia Stefanus Osa Triyatna | Wisnu Nugroho | Sabtu, 14 Januari 2012 | 22:12 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Renovasi ruang tak lengkap tanpa mengganti mebel atau furniturenya dari mana pun asalnya. Kalau rumah pribadi, sah-sah saja. Tetapi, kalau rumah rakyat alias Gedung DPR RI, apa pantas seenaknya? Ketua Umum Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Polah Tjahyono di Jakarta, Sabtu (14/1/2012), tiba-tiba saja uring-uringan. Dia kecewa, karena ternyata DPR memilih menggunakan furnitur impor. "Setiap hari kita mendengungkan cintailah produk Indonesia dan segudang gaung cintailah Indonesia. Bagaimana kita mengupayakan produk dalam negeri digunakan di dalam negeri untuk semua tempat dan perkantoran, kalau ternyata wakil rakyat kita menghamburkan uang rakyat untuk menimpor furnitur?" ujar Ambar. Menurut dia, wakil rakyat kita sudah begitu kerdil dan tidak punya kepedulian dengan situasi di dalam negeri. Sementara furnitur Indonesia menghiasi berbagai belahan dunia, wakil rakyat kita justru lebih bangga memakai produk asing. Sebagai wakil rakyat, nasionalisme mereka juga diragukan. "Kami sebagai pelaku industri mebel kecewa dan sangat menyesalkan sikap anggota dewan. Gantilah semua produk asing itu dengan produk dalam negeri," tegas Ambar. |
Komnas HAM Akan Lakukan Rekonstruksi di Sijunjung Posted: 14 Jan 2012 04:46 AM PST JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Ifdhal Kasim menyatakan pihaknya akan melakukan rekonstruksi di Sijunjung, Sumatera Barat, terkait kematian dua remaja Faisal dan Budri di Polsek Sijunjung. Hal ini kata dia, dilakukan karena dari temuan Lembaga Bantuan Hukum Padang, Komnas HAM Sumatera Barat, dan pengakuan keluarga, Faisal dan Budri tewas dengan meninggalkan kejanggalan. Mereka diduga tewas bukan karena gantung diri tetapi mendapat penganiayaan dari oknum kepolisian setempat. "Memang ada kejanggalan melihat sebab-sebab dari kematiannya yang kata polisi tewas gantung diri di sel. Dari penelusuran yang dihimpun Komnas perwakilan dan LBH Padang, itu sulit dikatakan bahwa mereka gantung diri. Minggu depan kita akan ke Sijunjung untuk rekonstruksi kasus ini," terang Ifdhal saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (14/1/2012). Dalam rekonstruksi itu, kata dia, akan dikonfrontir keterangan dari pihak keluarga dan saksi maupun dari pihak Polsek Sijunjung. Komnas HAM, tutur Ifdhal berharap polisi terbuka untuk mengusut kasus ini. "Tidak ada sebab-sebab yang menunjukkan orang itu terdorong untuk bunuh diri. Oleh karena itu, kita akan menelusuri lagi dengan mengkonfrontir keterangan dari keluarga dan polisi di sana. Kita minta keterbukaan polisi untuk mengusut ini," pungkasnya. Seperti diberitakan, dua tahanan remaja, Faisal (14) dan Budri M Zen (17), ditemukan tewas gantung diri di dalam kamar mandi tahanan anak Polsek Sijunjung pada 28 Desember 2011 lalu. Polisi mengklaim bahwa keduanya bunuh diri. Namun, keluarga mereka menyatakan adanya lebam-lebam di tubuh korban, yang diduga merupakan hasil dari penyiksaan. Foto dugaan kekerasan ini dijadikan bukti mereka untuk dilaporkan ke Bareskrim Polri. Full content generated by Get Full RSS. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Nasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan