Jumaat, 30 Disember 2011

Sindikasi lifestyle.okezone.com

Sindikasi lifestyle.okezone.com


Mitos, Masturbasi Sebabkan Gairah Seksual Turun

Posted: 30 Dec 2011 04:30 AM PST

SECARA diam-diam, sebenarnya masturbasi atau solo seks banyak dipilih orang sebagai peluapan hasrat seksual. Sebelum melakukannya lebih lanjut, ketahui lebih dalam solo seks dan efeknya.

 
Masturbasi sebenarnya bukanlah sebuah topik favorit untuk dibahas secara terbuka sehingga banyak mitos seputar masturbasi yang terus-menerus berputar ke setiap generasi baru.
 
Ada begitu banyak mitos dan kesalahpahaman tentang masturbasi bahkan dalam masyarakat beradab. Banyak orang memiliki pengertian yang salah tentang masturbasi, di antaranya bahwa masturbasi dapat menyebabkan kebutaan, infertilitas, penurunan daya seksual, menyebabkan berat badan berkurang, membuat suatu organ manusia mengalami perubahan ukuran, serta penurunan libido.
 
Seorang konsultan reproduksi dan seksualitas, Dr A Chakravarthy, sebagaimana dilansir Times of India menjelaskan, bahwa masturbasi sendiri merupakan bentuk umum dari autoeroticism dan rangsangan seksual yang sehat dari seseorang.
 
Dokter Chakravarthy pun meluruskan mitos yang menyebutkan bahwa masturbasi dapat menyebabkan kebutaan.
 
"Masturbasi adalah metode normal dari aktivitas seksual bagi pria dan wanita sehingga tidak menyebabkan kebutaan atau masalah kesehatan lainnya. Masturbasi tidak ada hubungannya dengan hilangnya organ-organ sensorik tubuh dan merupakan aktivitas seksual yang benar-benar aman," ujarnya.
 
Ia pun menjelaskan bahwa masturbasi pun dilakukan oleh orang-orang yang sudah menikah atau memiliki pasangan hidup. Namun, dikatakan, orang yang teralu sering melakukan masturbasi dikategorikan sebagai orang yang sudah kecanduan seks dan berkemungkinan memerlukan bantuan seorang seksolog.
 
Meski begitu, tidak ada jumlah pasti berapa banyak masturbasi yang dilakukan sehingga cenderung disebut kecanduan.

"Tidak ada jumlah tertentu karena hal ini tergantung pada masing-masing orang. Tingkat rata-ratanya yakni sekira tiga sampai tujuh kali tiap pekan," jelasnya lebih lanjut.
 
Lalu bagaimana dengan mitos yang menyebutkan bahwa wanita yang masturbasi tidak akan sulit mencapai orgasme selama hubungan seksual? Jawabannya, ya, benar.
 
"Hal ini karena mekanisme orgasme wanita lebih kompleks daripada laki-laki. Pria biasanya tiba pada orgasme dengan ejakulasi. Eksitasi yang tidak memadai dan teknik seks yang tidak tepat menjadi penghalang dalam mencapai orgasme untuk wanita. Ejakulasi dini dan pemanasan yang tidak memadai adalah alasan yang paling penting dari mitra laki-laki," tutupnya. (ind)
(tty)

Full content generated by Get Full RSS.

Berbahayakah Membaca Novel Romantis?

Posted: 30 Dec 2011 04:21 AM PST

JIKA Anda pembaca setia novel dengan kisah cinta yang menyayat hati atau justru membawa Anda melayang bersama sosok idaman yang dikisahkan, berhati-hatilah. Psikolog Susan Quilliam menemukan sejumlah besar masalah yang dialami kliennya dipengaruhi oleh fiksi romantis.

 
Susan, dalam sebuah artikel di "Jurnal Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi", seperti disitat dari Idiva mengatakan, perempuan modern masih sangat dipengaruhi oleh cinta ideal dan seks sempurna seperti yang dihadirkan dalam kisah-kisah fiksi romantis. Namun, pendapat Susan ini diklarifikasi seorang penggemar fiksi romantis, Jahnvi Das.
 
"Aku tidak membaca fiksi romantis lagi, tetapi itu adalah bacaan di masa remaja saya, untuk saya dan teman-teman saya. Dan kita baik-baik saja. Kami menemukan jenis pria yang kita cari, beberapa dari kita bahkan bahagia," ujar Jahnvi.

Pendapat Jahnvi juga didukung penggemar lainnya yang mengatakan, bahwa pemikiran untuk mencari sosok pangeran berdasarkan kisah dongeng saat anak-anak, ternyata tidak benar-benar dilakukan. Saat dewasa, mereka menyadari bahwa sosok ideal itu hanya ada sedikit dan belum tentu baik bagi mereka.
 
Susan menekankan, inti permasalahan akibat membaca fiksi romantis adalah tekanan pada diri sendiri untuk membangun cinta dan hubungan dengan pasangan yang juga sempurna dalam kehidupan nyata. Di mana, hal-hal tersebut biasanya tergambar dalam barisan kalimat novel romantis.
 
Baik Jahnvi maupun Susan kali ini bersepakat, sosok ideal dalam fiksi romantis tak pernah benar-benar ada di kehidupan nyata.
 
"Semua pria dan wanita memiliki kelemahan," tutup Jahnvi.
(tty)

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan