KOMPASentertainment |
Posted: 23 Oct 2011 09:06 PM PDT JAKARTA, KOMPAS.com — Apa jadinya bila film tentang budaya, politik, cinta terdapat dalam satu judul film? Ya, hal itulah yang akan ditemukan dalam Sang Penari. Film yang berlatar belakang di tahun 1950-1970 ini bercerita tentang perjuangan dan dilema Srintil (Prisia Nasution) juga Rasus (Oka Antara). Pembaca Media Perempuan Kompas Gramedia pun mendapat kesempatan sebagai orang pertama yang menyaksikan film ini. Alhasil setelah menyaksikan film yang berdurasi lebih dari 90 menit ini mengaku takjub dengan Sang Penari. "Filmnya keren banget, nggak nyangka aja. Dari segi musik, latar belakang, sampai akting tiap pemainnya dapat banget," ujar Eva Natali, salah satu penonton saat diwawancarai di Pondok Indah Mall, Jakarta, Minggu (23/10/2011). Sang Penari sendiri merupakan adaptasi dari novel triologi berjudul Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Novelnya sudah memiliki cerita yang kuat dan penuh kritik sosial di era 1965. Cerita itulah yang kemudian diadaptasi oleh Salman Aristo, penulis skenario yang juga mengerjakan Garuda di Dadaku dan Laskar Pelangi. Ia juga dibantu oleh Shanty Harmayn dan sang sutradara, Ifa Ifansyah. Selain Oka Antara dan Prisa Nasution, masih ada sederet bintang ternama seperti Slamet Rahardjo Djarot, Tio Pakusadewo, Happy Salma, dan Zaenal Abidin Domba. "Akhir filmnya juga enggak nyangka. Keren, sumpah, jadi pengen nonton lagi," ujar penonton yang lain. Film yang diproduksi oleh KG Production, bekerja sama dengan Salto Production, Indika, dan beberapa pihak lainnya direncanakan akan tayang pada 10 November mendatang. Jadi, bagi penikmat film sejati, tampaknya merugi apabila tak menyaksikan Sang Penari. Full content generated by Get Full RSS. |
Posted: 23 Oct 2011 06:12 PM PDT JAKARTA, KOMPAS.com — Menyambut Hari Sumpah Pemuda, boy band Sm*sh menggelar mini konser "Sm*sh Untukmu Indonesia" di Sports Mall, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (30/10/2011) pukul 16.00-18.00. Meski mini, konser itu digarap maksimal, mulai dari permainan tata lampu, panggung, hingga koreografi yang belum pernah ditampilkan dalam pertunjukan di televisi dan panggung mana pun. "Kami berjanji akan menampilkan sesuatu yang baru. Pokoknya spektakuler," kata Morgan mewakili enam rekan lainnya, yaitu Rafael, Rangga, Bisma, Dicky, Reza, dan Ilham. Konser itu juga untuk mengingat kembali nilai-nilai perjuangan Bapak Bangsa yang membuat Indonesia menjadi satu, yakni Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa seperti yang tercantum dalam Sumpah Pemuda. Momen tersebut adalah satu tonggak penting perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. "Kami tidak pernah melupakan perjuangan Bapak Bangsa yang membuat Indonesia seperti sekarang ini. Sumpah Pemuda adalah sejarah penting dalam perjalanan Republik Indonesia. Juga sebagai pengingat, masa depan bangsa dan negara ini ada di tangan pemuda. Pemuda juga yang akan membuat bangsa ini lebih baik," kata Bisma. Melalui konser tersebut, Sm*sh mencoba mengingatkan nilai-nilai itu kepada penonton. (TIA) Full content generated by Get Full RSS. |
You are subscribed to email updates from KOMPASentertainment To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan