KOMPAS.com - Internasional |
Presiden Kirchner Menangi Pemilu Argentina Posted: 24 Oct 2011 03:55 AM PDT Presiden Kirchner Menangi Pemilu Argentina | Kistyarini | Senin, 24 Oktober 2011 | 10:55 WIB BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Presiden Argentina Cristina Kirchner terpilih kembali setelah meraih meraih kemenangan besar dengan mengantungi 53,04 persen suara, demikian hasil sementara yang disiarkan Minggu larut malam (23/10/2011). Politikus sayap kiri-tengah Argentina itu, yang membawa negerinya menuju pertumbuhan ekonomi, mengalahkan pesaing terdekatnya, tokoh sosialis Hermes Binner yang hanya mengumpulkan 16,9 persen dari 15,5 persen suara yang dihitung, kata Kementerian Dalam Negeri Argentina. Jajak pendapat di luar pemungutan suara yang dilakukan oleh media setempat menunjukkan Kircher mungkin meraih sebanyak 55 persen suara, yang akan memberi dia mandat paling kuat bagi seorang presiden Argentina sejak berakhirnya kediktatoran pada 1976-1983. Para pendukungnya berkumpul di luar istana presiden di ibu kota Argentina, Buenos Aires, sambil mengibarkan bendera berwarna biru dan putih serta membakar kembang api. Sementara itu, pendukung lain bergembira saat mereka menunggu Kirchner berpidato di satu hotel di pusat kota. Presiden petahana (incumbent) yang berusia 58 tahun itu --yang didukung oleh simpati dan pertumbuhan ekonomi kuat hampir satu tahun setelah kematian suaminya, mantan presiden Nestor Kircher, memang sudah diperkirakan akan terpilih kembali dan mengalahkan kelompok oposisi yang terpecah. Negara di Amerika Selatan tersebut, yang memiliki 40 juta warga, telah menikmati pertumbuhan ekonomi kuat, lapangan pekerjaan lebih banyak dan kenaikan pensiun sejak Nestor Kircher memulai masa jabatan empat-tahun pada 2003, tapi juga menghadapi inflasi yang menukik tajam. |
Liga Arab Desak Presiden Yaman Serahkan Kekuasaan Posted: 24 Oct 2011 03:17 AM PDT Liga Arab Desak Presiden Yaman Serahkan Kekuasaan | Egidius Patnistik | Senin, 24 Oktober 2011 | 10:17 WIB KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil al-Arabi, Minggu (23/10/2011), mendesak Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh segera menandatangani gagasan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) bagi penyerahan kekuasaan secara damai. Di dalam satu pernyataan, Al Arabi menyampaikan kembali seruannya kepada Pemerintah Yaman agar berhenti menggunakan kekerasan terhadap pemrotes damai. Ia juga menyatakan peningkatan kerusuhan bisa mengancam masa depan negeri itu dan rakyatnya. Al Arabi menyambut baik Resolusi 2014 Dewan Keamanan PBB mengenai Yaman, yang dengan suara bulat disahkan Jumat (21/10/2011) guna menyampaikan "keprihatinan besar mengenai situasi di Yaman". Resolusi tersebut menuntut "semua pihak agar segera menolak penggunaan kekerasan guna mencapai sasaran politik". Dewan Keamanan "menyampaikan penyesalan yang sangat besar atas ratusan kematian, terutama warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak", demikian antara lain isi pernyataan lembaga PBB itu. Dewan tersebut mendesak semua pihak terkait agar menjamin perlindungan atas perempuan dan anak-anak guna meningkatkan keikutsertaan perempuan dalam penyelesaian konflik dan mendorong semua pihak agar memfasilitasi keikutsertaan penuh dan setara kaum perempuan dalam tingkat pengambilan keputusan. Dewan Keamanan mengutuk "semua serangan teror terhadap warga sipil dan terhadap pemerintah, termasuk mereka yang bertujuan membahayakan proses politik di Yaman, seperti serangan terhadap kompleks Presiden di Sanaa pada 3 Juni 2011", kata resolusi itu. Saleh cedera dalam serangan tersebut dan selanjutnya meninggalkan Yaman untuk berobat di Arab Saudi. Sejak kembali ke Yaman, ia telah mengatakan siap menandatangani kesepakatan penyerahan kekuasaan yang digagas GCC jika oposisi memberi jaminan dari AS, Eropa, dan negara Teluk bagi pelaksanaan kesepakatan tersebut. Usul GCC itu, yang digagas pada April dan ditandatangani oleh oposisi pada Mei, menyatakan, Saleh akan turun dalam 30 hari dan menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya—yang kemudian akan membentuk pemerintah nasional pimpinan oposisi serta menyelenggarakan pemilihan umum dalam 60 hari. Saleh telah menolak untuk menandatangani kesepakatan tersebut pada saat terakhir sebanyak tiga kali. Pemerintah Yaman, Sabtu, menyatakan, pemerintah akan menerima dengan positif Resolusi 2014. Yaman telah dilanda kerusuhan selama sembilan bulan saat pemrotes yang menyerukan penggulingan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang telah lama memerintah, bentrok dengan pasukan keamanan pemerintah. Sumber : Ant, Xinhua, Oana |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan