Selasa, 19 Julai 2011

Sindikasi welcomepage.okezone.com

Sindikasi welcomepage.okezone.com


Indonesia Pilot Project Kompor Minyak Nabati BSH

Posted: 19 Jul 2011 12:53 AM PDT

JAKARTA - Indonesia dijadikan pilot-project oleh Bosch and Siemens (BSH), joint-venture Bosch dan Siemen di bidang alat-alat rumah tangga, sebagai pilot-project produk kompor minyak nabati produksi mereka, yakni Protos.

BSH menyasarkan kompor Protos untuk negara-negara dunia ketiga di wilayah Asia dan Afrika, sebagai awalan proyek ini dimulai di Indonesia. Pabrik pembuatan Protos pun berada di Jakarta.

"Tjokro Group bekerjasama dengan BSH untuk kompor Protos sudah dimulai sejak dua tahun lalu, tapi untuk produksi massal baru dimulai awal 2011," jelas Yudy Tjokro, Managing Director of Tjokro Group.

Yudy mengatakan bahwa ada 500 unit Protos yang dihasilkan per bulannya. "Untuk tahun 2011 kami menargetkan produksi 6 ribu unit, tapi melihat potensi kapasitas pabrik kami, produksi 12 ribu unit per tahun juga bisa realisasikan," jelasnya.

Materi komponen kompor Protos diakui oleh Yudy 70 persen. "30 persen komponennya masih impor, contohnya stainless steel, untuk part terpenting seperti Burner Assembly," ujarnya.

Pembuatan produk asing di Indonesia tentunya juga harus melibatkan SDM lokal, Yudy mengatakan bahwa ide dan desain awal datang dari BSH. "Sementara pengembangan serta pembuatan oleh kami," ungkapnya.

Selain Semarang dan Lombok BSH juga mengekspor Protos ke luar negeri seperti Kenya dan negara-negara Afrika lainnya. BSH dan Tjokro Group juga miliki gudang penyimpanan di Tangerang, sebelum mengekspor kompor-kompor tersebut.

Pembuatan Protos di pabrik Tjokro Group melewati beberapa proses seperti Winding, Final Cutting, Deburing, Cold Bending, Assembly, dan lain-lain. (tyo)

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

RI Optimis Konflik Laut China Selatan Teratasi

Posted: 19 Jul 2011 12:50 AM PDT

NUSA DUA - Konflik perbatasan di selatan Laut China yang melibatkan sejumlah negara ASEAN yang berlangsung hampir 10 tahun, diharapkan mampu diselesaikan secara baik lewat peran lembaga ASEAN.


Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono saat berbicara di depan delegasi pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-44 (AMM) dan Forum Regional ASEAN (ARF) ke-18 di Bali, mengatakan ada beberapa kemajuan dicapai dalam pembahasan masalah laut China Selatan.


"Itu sebabnya, saya memiliki harapan tinggi bahwa rangkaian pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN akan membuka jalan untuk peluncuran sebuah lembaga ASEAN untuk perdamaian dan rekonsiliasi," kata Presiden SBY di Bali International Convention Center (BICC), Hotel Westin Nusa Dua, Bali, Selasa (19/7/2011). 

Bila menoleh ke belakang, sejak pertama deklarasi yang cetuskan terkait Laut China Selatan pada tahun 1992, butuh waktu cukup lama tahun bagi China dan ASEAN untuk menyetujui deklarasi etik tersebut. 


Hanya saja harus diakui, meski telah menyepakati deklarasi etik itu, namun kurun selama sembilan tahun berikutnya kedua belah pihak belum bisa menyelesaikan kesepakatan bersama tentang petunjuk baku penanganan kawasan Laut China Selatan.


Presiden SBY mengingatkan, seharusnya masalah tersebut tidak berjalan lambat seperti sekarang sehingga dia berharap para Menteri Luar Negeri ASEAN bisa membantu untuk mempercepat upaya penyelesaian konflik perbatasan antara China, Vietnam , Brunei Darussalam, Filipina.


"Saya meminta para menteri luar negeri untuk meningkatkan upaya, untuk melengkapi tahapan terakhir dari dokumen ini," katanya menegaskan. 


SBY meyakini dengan membangun kepercayaan diantara negara ASEAN dan China, maka konflik laut China Selatan yang memperebutkan Pulau Spratly dan Paracel itu, akan bisa mencapai kemajuan yang lebih baik lagi.


Masa depan Laut Cina Selatan, sambung SBY, akan mampu dikelola secara baik namun perlu waktu untuk bisa menyelesaikan dengan mengidentifikasi elemen-elemen dari pedoman etik tersebut. 


"Semakin kita mampu melakukan hal ini, kita akan mampu untuk memulai diskusi tentang pedoman etik daerah di Selatan Luat China," imbuhnya.


Dalam kesempatan sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa, juga mengharapkan pertemuan ke-44 para menteri luar negeri ASEAN dan pertemuan ke 18 Forum Regional ASEAN pada 16-23 Juli dapat memberi sumbangan positif terhadap penyelesaian konflik Laut China Selatan. 


"Serangkaian pertemuan menteri ASEAN, kami pastikan akan bisa menyelesaikan semua masalah, sebagai tindak lanjut yang ada dari pertemuan ASEan summit KE 18," katanya. 

(faj) Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan