KOMPAS.com - Nasional |
Minoritas, Kader yang Ingin Anas Nonaktif Posted: 23 Jul 2011 09:28 AM PDT BOGOR, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok, yang juga mantan Ketua Tim Sukses Pemenangan Anas Urbaningrum, mengakui adanya kader PD yang menginginkan Ketua PD Anas nonaktif. Namun, sambung Mubarok, jumlah mereka tak signifikan. "Begitu dia ngomong, baru interupsi, langsung disoraki. Tandanya dia itu minoritas. Orang lain tak suka seperti itu," kata Mubarok kepada para wartawan di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (23/7/2011). Mubarok mengatakan, aspirasi pihak yang menginginkan Anas nonaktif setelah dituding menerima dana proyek pembangunan wisma atlet SEA Games 2011 sebanyak Rp 7 miliar tetap didengar. Tetapi, mayoritas kader mengesampingkannya. Sebelumnya, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Jawa Tengah Dani Sriyanto mengatakan, banyak kader partai yang sebenarnya menginginkan agar petinggi PD yang tersandung hukum untuk dinonaktifkan. Hal ini termasuk Ketua Umum PD Anas Urbaningrum, yang dituding M Nazaruddin turut menikmati uang suap proyek pembangunan wisma atlet SEA Games 2011. "Nazar ini orang timnya dia (Anas). Bagaimana kebenarannya? (Penonaktifan) bisa melalui kongres luar biasa atau cukup rakornas. Kalau ikuti prosedur hukum yang ada, akan lambat. Partai akan berada di ambang kehancuran," kata Dani kepada para wartawan di sela-sela acara Rapat Koordinator Nasional (Rakornas) PD di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (23/7/2011). Namun, aspirasi ini tak disampaikan secara terbuka oleh para kader. Pasalnya, sambung Dani, banyak kader yang takut dijatuhi sanksi atau di-recall dari Parlemen. Dani mengaku banyak menerima telepon dan SMS terkait aspirasi ini. "Saya akan suarakan walaupun saya akan jadi korban. Saya siap jadi tumbal Partai Demokrat demi kebaikan partai," kata Dani. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search. |
Nazaruddin Sempat Terlacak di Argentina Posted: 23 Jul 2011 09:12 AM PDT BOGOR, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok mengatakan, tersangka kasus dugaan suap proyek pembangunan wisma atlet SEA Games 2011, M Nazaruddin, yang juga mantan Bendahara Umum PD, sempat terlacak berada di Argentina, Amerika Selatan, Jumat (22/7/2011) malam. Semalam, begitu terlacak di sana, dia langsung memutuskan telepon sehingga mungkin berpindah lagi. -- Mubarok Mubarok mengatakan, dirinya mengetahui keberadaan Nazaruddin dari Polri. "Semalam, begitu terlacak di sana, dia langsung memutuskan telepon sehingga mungkin berpindah lagi," kata Mubarok kepada para wartawan di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (23/7/2011). Keberadaan Nazaruddin terlacak setelah tayangan wawancara melalui Skype oleh Iwan Piliang ditayangkan Metro TV pada Jumat malam. Wawancara itu sendiri dilakukan pada Kamis (21/7/2011). Mubarok mengatakan, dirinya yakin bahwa Nazaruddin cepat atau lambat akan kembali ke Tanah Air. Berpindah-pindah negara ketika buron, kata Mubarok, membutuhkan dana tak sedikit. "Ratusan miliar. Dan, jangan lupa, di sana dia juga diperas orang. Koruptor yang ke luar negeri membawa uang pasti ada yang menampung. Entar ketika duitnya habis, baru dibuang," kata Mubarok. Sebelumnya, praktisi telematika Abimanyu "Abah" Wachjoewidajat mengaku ragu Nazaruddin berada di negara yang jauh dari Indonesia. Setelah tayangan video itu, beredar kabar bahwa Nazaruddin berada di negara yang jauh. Hal ini didasarkan adanya cahaya yang diduga sinar matahari dari kamarnya. Padahal, Iwan mengaku melakukan wawancara pada hari Kamis malam waktu Indonesia. Abimanyu mengatakan, cahaya terang yang berada di ruang kamar Nazaruddin janggal. Nazaruddin diduga sengaja membentuk opini bahwa dirinya berada di negara yang memiliki perbedaan waktu yang jauh dengan Indonesia. "Jelas terlihat bahwa bias cahaya begitu lebar. Itu menandakan sumber cahaya begitu dekat dengan lubang jendela," kata Abimanyu kepada Kompas.com melalui surat elektronik, Sabtu (23/7/2011). Tak hanya itu, Abimanyu mengatakan, daya sinar yang diduga sinar matahari tersebut juga terlihat pendek. Bias cahaya pada kamar terlihat hanya sepanjang sekitar 30 sentimeter. Padahal, bias sinar matahari biasanya konsisten tajam hingga bermeter-meter. "Logika tersebut memberikan saya kesimpulan bahwa sinar terang tersebut hanya berasal dari lampu yang memang mempunyai daya pijar, tetapi tidak mempunyai daya tembus cahaya. Di dunia telematika, kami istilahkan dengan ANSI Lumens dengan satuan lux," katanya. Abimanyu mengatakan, cahaya tersebut tidak dapat membuktikan lokasi keberadaan Nazaruddin beserta waktunya. Abimanyu juga menyayangkan jika ada pihak-pihak yang sempat memberikan pernyataan kepada media mengenai keberadaan Nazaruddin. Pernyataan tersebut dapat membuat yang bersangkutan kembali berpindah ke tempat lain. Dosen mata kuliah Technopreneurship di UIN Syarif Hidayatullah ini juga menduga Nazaruddin sengaja mengenakan topi etnis tertentu untuk mengesankan bahwa dirinya berada di suatu lokasi tertentu. Topi tak bisa dijadikan petunjuk mengenai keberadaan Nazaruddin. "Dan, menurut pendapat saya, alasan dia mengenakan topi adalah untuk menutupi rambutnya yang telah ditipiskan agar lebih mudah tersamar. Ini bisa jadi trik orang yang sedang dalam pelarian," katanya. Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Nasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan