KOMPAS.com - Regional |
1.993 Petugas Sensus Sapi dan Kerbau Posted: 01 Jun 2011 07:35 AM PDT Bengkulu 1.993 Petugas Sensus Sapi dan Kerbau Adhitya Ramadhan | Inggried | Rabu, 1 Juni 2011 | 14:35 WIB BENGKULU, KOMPAS.com - Sebanyak 1.993 orang petugas pencacah lapangan dan pemeriksa lapangan diterjunkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu di 1.507 desa/kelurahan di Bengkulu. Selama bulan Juni, ribuan petugas ini akan melakukan sensus sapi potong, sapi, perah, dan kerbau. Program ini dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Demikian disampaikan Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Bengkulu TP Silitonga, Rabu (1/6/2011), di kantornya. Silitonga mengatakan, pendataan sapi potong, sapi perah, dan kerbau (PSPK) ini bertujuan untuk mengetahui populasi sapi dan kerbau di seluruh Indonesia. Data populasi sapi dan kerbau yang akurat nantinya akan digunakan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian untuk merumuskan kebijakan peternakan tahun 2012. Data ini juga sangat bermanfaat bagi penetapan kebijakan ekspor impor sapi dalam rangka mencapai swasembada daging sapi tahun 2014. Menurut Silitonga, data yang diperoleh dari program ini tidak hanya jumlah populasi sapi dan kerbau, tetapi juga jenis, umur , inseminasi, mutasi, dan lokasi sapi serta kerbau. "Jadi yang kami datangi bukan sapinya melainkan rumah tangga petani pemilik sapi atau kerbau. Jadi nanti datanya by name by addres," tuturnya. Silitonga berpesan kepada masyarakat untuk tidak khawatir dengan pendataan ini. Sebab, masyarakat biasanya menduga pendataan ini berhubungan dengan retribusi ternak yang dikenakan sejumlah daerah. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya ternak yang luput dari pendataan, petugas BPS akan didampingi aparat desa dan tokoh masyarakat setempat selama pendataan berlangsung.
Kirim Komentar Anda Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price. |
Ribuan Ayam Mati, Pedagang Resah Posted: 01 Jun 2011 07:22 AM PDT Ancaman Flu Burung Ribuan Ayam Mati, Pedagang Resah Dwi Bayu Radius | Glori K. Wadrianto | Rabu, 1 Juni 2011 | 14:22 WIB PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Kasus kematian ribuan ayam secara mendadak yang terjadi di Kalimantan Tengah ditanggapi para penjual di pasar tradisional dengan keresahan. Mereka khawatir jika kematian ayam disebabkan flu burung, penjualan bakal anjlok. Kamal (35), pedagang di Pasar Sore, Palangkaraya, Kalteng, Rabu (1/6/2011) menuturkan, wabah flu burung pernah terjadi di Kalteng dua tahun lalu. Saat itu, banyak ayam mati sehingga pasokan daging ke pasar terhenti. Akibatnya, ia terpaksa menutup kiosnya. Kalau pun daging ayam tersedia, harganya melambung. Waktu itu, harga daging ayam yang biasanya hanya Rp 23.000 per kilogram melonjak menjadi Rp 35.000. "Saya juga sempat tak berjualan selama sebulan karena stok kosong," ujarnya. Saat ini, harga daging ayam sekitar Rp 27.000 per kg. Kamal bisa menjual 300 kg daging ayam per hari. Ayam-ayam itu berasal dari peternakan di Palangkaraya. "Jadi, bukan dari daerah tempat ayam-ayam mati itu. Saya harap, pemerintah cepat tanggap untuk menangani kasus tersebut," tuturnya. Raudatuljannah (27), pedagang di Pasar Baru, Palangkaraya mengungkapkan, ia khawatir jika flu burung mewabah di Kalteng karena bisa membuat jumlah pembeli menurun. "Saya bisa menjual 10 kg daging ayam per hari. Kalau flu burung terjadi, nanti tak ada pembeli yang datang. Daging ayam tak laku," katanya. Dinas Pertanian dan Peternakan Kalteng menyebutkan, sekitar 4.000 ayam di Kalteng mati mendadak dalam sebulan terakhir. Kirim Komentar Anda Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price. |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Regional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan