KOMPAS.com - Internasional |
Misterius, 20.000 Lebah Madu Bunuh Diri Posted: 13 Feb 2011 03:30 AM PST OTTAWA, KOMPAS.com - Sebuah museum di Kanada, melakukan penyelidikan atas kematian mendadak 20 ribu lebah yang tinggal dalam sebuah sarang khusus, yang terbungkus lapisan kaca, salah satu wahana pameran di museum tersebut. "Seluruh lebah, sekitar 20.000 ekor mati dalam waktu 48 jam," kata Amanda Fruci, humas untuk Royal Ontario Museum di Toronto, Sabtu (12/2/2011). "Penyebabnya sedang diselidiki tetapi kita tahu pasti bahwa itu bukan sindrom keruntuhan koloni karena hal itu melibatkan lebah meninggalkan sarang dan tidak pernah datang kembali, dan dalam hal ini mereka semua mati di dalam sarang." Dalam kondisi normal, masyarakat lebah mengalami kehilangan sekitar lima persen dari populasinya. Tetapi dengan sindrom yang dikenal sebagai gangguan keruntuhan koloni (CDD), sekitar sepertiga, kadang bahkan 90 persen atau semua serangga bisa mati. Di AS, angka yang dikeluarkan pemerintah tahun lalu menunjukkan terjadi penurunan jumlah sarang sebesar 29 persen pada tahun 2009, merupakan yang terendah dibandingkan 36 dan 32 persen pada tahun 2008 dan 2007. Penurunan misterius populasi lebah itu juga telah dilaporkan di Eropa, Jepang dan tempat lain dalam beberapa tahun terakhir, sehingga mengancam pertanian tanaman yang bergantung pada serangga madu sebagai perantara penyerbukan. Ribuan pengunjung telah menyaksikan lebah bekerja dalam sebuah sarang kaca yang dirancang khusus dan cukup populer yang dipamerkan di galeri keanekaragaman hayati, Royal Ontario Museum dalam dua tahun terakhir. Mereka sangat sehat hingga pekan lalu ketika mereka tiba-tiba mati dalam sarangnya. Museum tersebut telah mengesampingkan kelaparan atau kesalahan staf sebagai penyebab kematian. Dugaan sementara, ventilasi yang buruk, parasit atau sedikitnya lebah pekerja untuk menjaga sarang tetap hangat selama musim dingin bisa menjadi penyebab kematian. |
Mubarak Jatuh, Iran Larang Unjuk Rasa Posted: 13 Feb 2011 02:30 AM PST Unjukrasa Mubarak Jatuh, Iran Larang Unjuk Rasa Editor: Benny N Joewono Minggu, 13 Februari 2011 | 10:30 WIB TEHERAN, KOMPAS.com — Iran akan menolak permintaan izin bagi unjuk rasa oposisi reformis untuk mendukung revolusi yang telah menjatuhkan presiden Mesir Hosni Mubarak. "Rakyat sepenuhnya menyadari ketidakabsahan permintaan mereka dan mereka tahu mereka tidak akan mendapat izin untuk melakukan keributan," kata Mehdi Alikhani-Sadr, wakil direktur biro politik Kementerian dalam Negeri, sebagaimana dikutip kantor berita setengah resmi Fars. Sangat tidak mungkin pemerintah akan mengizinkan unjuk rasa yang diorganisasi oleh kelompok yang mereka anggap sebagai penghasut. Mehdi Karoubi dan Mir Hossein Mousavi, yang kalah dalam pemilihan presiden 2009 yang diperselisihkan, telah meminta izin untuk melakukan demonstrasi guna mendukung revolusi di Mesir dan Tunisia. Teheran mengatakan, revolusi Mesir sebagai kebangkitan Islam sama dengan revolusi Iran 1979. Ribuan orang Jumat menandai ulang tahun ke-32 revolusi itu dalam unjuk rasa di Teheran yang diadakan oleh badan ulama Iran sebagai unjuk solidaritas dengan demonstran Islam di Kairo. Sebagian besar kelompok oposisi di Mesir menekankan sifat sekuler pada protes mereka. Pada Juni 2009, terjadi demonstrasi massa di Teheran terhadap kepemimpinan Iran, menyusul terpilihnya kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Gerakan tersebut sesudah itu ditumpas, tetapi para pengkritik pemerintah melihat kejadian di Kairo sebagai kemungkinan pendorong bagi bangkitnya kembali demonstrasi di Iran. Kirim Komentar Anda |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan