KOMPAS.com - Internasional |
Presiden Yudhoyono di Tempat Tertinggi Eropa Posted: 29 Jan 2011 12:04 AM PST SEJAK Kamis (27/1) hingga Sabtu ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ny Ani Yudhoyono berada di Davos, kota kecil di Swiss bagian timur, di tepi Sungai Landwasser. Wilayah dengan penduduk sekitar 13.000 orang itu ada di Pegunungan Alpen, Swiss, di ketinggian 1.560 meter di atas permukaan laut, yang merupakan kota tertinggi di Swiss dan Benua Eropa. Sebelum menggapai tempat tertinggi itu, Presiden Yudhoyono dan rombongan bermalam di Zurich, Rabu lalu. Pagi-pagi benar, ketika kota Zurich masih gelap, Presiden berangkat ke Davos. Perjalanan darat ke Davos, untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia (WEF), sekitar dua jam. WEF juga akan diadakan di Jakarta pada 12-13 Juni mendatang. Presiden Yudhoyono menjadi salah satu pembicara kunci pada WEF. Ia berbicara tentang berbagai hal, termasuk isu ekonomi, masalah energi dan pangan, serta perubahan iklim. Presiden juga terlibat dalam diskusi bersama Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon, Presiden Finlandia Tarja Halonen, dan tokoh dunia lainnya. Ada kelompok wartawan dalam rombongan Presiden. Sebagian wartawan tidak bermalam di Davos. Selama dua hari, setiap pagi kelompok wartawan ini meninggalkan Zurich dan menikmati perjalanan darat ke Davos. Sejauh mata memandang, sepanjang jalan adalah Pegunungan Alpen dan cemara yang ditaburi salju. Penuh imajinasi memandang Alpen di Swiss yang makmur dan modern. Malam hari, rombongan wartawan kembali ke Zurich. Perjalanan malam hanya bisa diisi dengan tidur dan kadang terbangun oleh celotehan tanpa putus dari pegawai Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Swiss, Riska, yang sedang berbicara dengan pengemudi bus dalam bahasa Jerman. Dalam perjalanan pagi, Riska menyatakan tidak tahu apa-apa tentang tempat-tempat sepanjang jalan dari Zurich ke Davos. "Saya sudah hampir tiga tahun di sini, tetapi tak tahu tempat-tempat di sini," ujarnya. Sebelum ke Swiss, rombongan Presiden dan rombongan menyaksikan parade The Republic Day (Hari Republik) India tanggal 26 Januari lalu. Kesan Presiden SBY tentang parade ini adalah "ada patriotisme". Indonesia juga mempunyai hal itu. Duta Besar Indonesia untuk India Andi Ghalib, yang juga mantan Jaksa Agung dan pernah mendapat tugas melacak harta keluarga mantan Presiden Soeharto ke Swiss, mengatakan, India luar biasa. Mereka berani menyatakan diri sebagai negara adikuasa di bidang budaya. Lain lagi imajinasi di otak sebagian wartawan. Davos adalah kota turisme yang ditaburi salju yang sangat enak difoto. India adalah negeri yang ditaburi debu dan di berbagai tempat menebarkan bau pesing, termasuk pintu masuk dalam Istana Kepresidenan. (OSD) |
Mengaku Reformis, Mubarak Rombak Kabinet Posted: 28 Jan 2011 10:31 PM PST KAIRO, KOMPAS.com — Presiden Mesir Hosni Mubarak mengklaim sudah membubarkan kabinet pemerintahannya, dan akan menggantinya dengan pemerintahan baru, Sabtu (29/1/2011) ini. "Saya sudah meminta kabinet untuk mundur, dan besok akan ada kabinet baru," ujar Hosni Mubarak dalam pidatonya, Jumat (28/1/2011) malam, setelah empat hari digempur demonstrasi. Mubarak mengatakan, semua itu tidak dapat tercapai melalui proses yang kacau, tetapi lewat dialog. Mengaku tahu bahwa rakyat Mesir ingin dirinya memerhatikan soal kemiskinan, lapangan kerja, dan reformasi demokratis, Mubarak berjanji untuk menekankan pada reformasi sosial, ekonomi, dan politik. "Kita tidak akan mundur dari reformasi ini. Kita akan terus melanjutkan langkah-langkah baru yang akan menjamin independensi peradilan dan hukum-hukumnya, serta lebih banyak kebebasan bagi warga negara," kata Mubarak. Dia lalu mengklaim, justru karena reformasi yang dijalankannya selama bertahun-tahun, rakyat Mesir sekarang dapat mengajukan protes. Ayman Mohyeldin dari Al Jazeera di Kairo melaporkan, "Di atas kertas, rakyat memiliki parlemen dan peradilan yang independen, tetapi semua orang Mesir akan bilang bahwa pada akhirnya, kekuasaan terpusat di tangan presiden." Ia menambahkan, "Sangat sedikit lembaga yang dapat menantang kekuasaannya sehingga perombakan kabinet tidak akan mengakhiri penderitaan rakyat." |
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan