ANTARA - Mancanegara |
Bank Dunia puji Malaysia kelola SDA Posted: 24 Jun 2013 08:36 PM PDT Jakarta (ANTARA News) - Negara tetangga, Malaysia, dipuji Bank Dunia atas kesuksesannya mengelola sumber daya alam mereka; sehingga bisa memberi manfaat setinggi mungkin pada pertumbuhan ekonomi negara itu. "Malaysia telah melakukan hal yang sangat baik selama dua dekade terakhir," kata Kepala Ekonom Bank Dunia, Kaushik Basu, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa. Indonesia sebagai negara tetangga yang lebih unggul kekayaan alamnya, tidak disebut-sebut dalam laporan Bank Dunia itu. Namun, menurut Kaushik Basu, Malaysia juga diminta melakukan penyesuaian kebijakan dalam rangka menghadapi beragam tantangan masa mendatang seperti kemungkinan menurunnya beberapa harga komoditas. Dalam laporan bertajuk Malaysia Economic Monitor: Harnessing Natural Resources yang dikeluarkan Bank Dunia, perdagangan Malaysia telah didominasi sejumlah komoditas seperti minyak bumi mentah, gas alam, karet, dan minyak kelapa sawit. Dengan melemahnya pertumbuhan di sejumlah negara sasaran ekspor, di antaranya China dan Malaysia, Bank Dunia menyarankan Malaysia mempercepat reformasi struktural guna memastikan bahwa perekonomian negara tersebut tetap beragam dan dinamis. Bank Dunia menyatakan, Malaysia salah satu dari beberapa negara berkembang yang sukses mengubah keberlimpahan sumber daya alamnya menjadi pertumbuhan berkelanjutan jangka panjang. Sebagaimana ditulis dalam laporan Bank Dunia tersebut, kebijakan yang tepat juga telah memastikan bahwa penghasilan yang masuk dari industri ekstraktif diinvestasikan kembali untuk perekonomian dalam bentuk mesin, bangunan, dan pendidikan. "Malaysia adalah contoh yang baik dari negara yang sukses menggunakan sumber daya alam untuk diinvestasikan dalam area lain perekonomian," kata Direktur Bank Dunia untuk Malaysia, Annette Dixon. Malaysia diperkirakan mencapai pertumbuhan produktivitas tiga hingga empat persen pada 2013, sedangkan pada tahun 2012 lalu, Malaysia mencatat pertumbuhan produktivitas dua persen. Namun pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan China yang mencatat pertumbuhan produktivitas 7,4 persen, Thailand (4,9 persen), Indonesia (4,2 persen) dan India (3,7 persen). (M040/B008) |
Obama-Erdogan bahas aksi protes di Turki Posted: 24 Jun 2013 07:50 PM PDT Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara tentang pentingnya kebebasan berekspresi menyusul beberapa hari kekerasan dalam demonstrasi anti-pemerintah di Turki. Gedung Putih menyatakan bahwa pada pertemuan yang dilakukan pada Senin (24/6) itu Erdogan menggambarkan situasi di Turki, tempat upaya untuk melestarikan Taman Gezi dekat Taksim Square di Istanbul memicu respon brutal polisi pada 31 Mei. "Kedua pemimpin membahas pentingnya tindakan tanpa-kekerasan dan hak-hak untuk bebas berekspresi dan berkumpul, dan kebebasan pers," demikian pernyataan Gedung Putih yang dikutip AFP. Kedua pemerintah sebelumnya telah saling melempar kata-kata tajam atas aksi kekerasan dalam penanganan aksi protes di Turki, dengan Washington mengungkapkan keprihatinan pada taktik polisi yang "berlebihan" dan Ankara menolak kritik penanganan kekerasan itu. Beberapa pengulas percaya Washington terkejut dengan aksi kekerasan itu, karena meletus hanya beberapa pekan setelah Obama memberi Erdogan sambutan hangat di Gedung Putih. Kedua pemimpin juga membahas masalah Suriah, dan perlunya untuk memberikan dukungan lebih kepada pemberontak yang didukung kedua pihak setelah Washington mengisyaratkan siap memberikan bantuan militer kepada pejuang yang memerangi Presiden Bashar al-Assad. Penerjemah: Askan Krisna |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Internasional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan