ANTARA - Berita Terkini |
Asap masih pekat selimuti Pekanbaru Posted: 24 Jun 2013 07:09 PM PDT Pekanbaru (ANTARA News) - Asap sisa kebakaran lahan dan hutan masih pekat menyelimuti langit Kota Pekanbaru, Selasa pagi. Asap menyebabkan jarak pandang menurun pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB di beberapa daerah di Pekanbaru hingga berkisar 100-200 meter. Pengguna kendaraan terpaksa mengurangi laju kecepatan karena penglihatan sangat terbatas. Sedangkan, kondisi udara berdasarkan pantauan alat ISPU di sejumlah titik di Pekanbaru menunjukan tanda "Tidak Sehat". Sebagian besar warga kini menggunakan masker untuk beraktifitas di luar ruangan untuk mengurangi paparan langsung dari asap yang bisa mengganggu kesehatan. "Padahal, pada malam hari kemarin udara sudah terasa lebih segar dan banyak angin. Tapi sayangnya asap turun lagi pada pagi hari ini," kata seorang warga Pekanbaru, Riana Handayani (30). Ia mengatakan, pekatnya asap kebakaran sudah mengganggu kenyamanan sampai ke dalam rumah. Akibatnya, ia harus menutup ventilasi udara di rumah dengan lapisan koran yang rangkap ganda supaya lebih tebal. "Saya sampai harus pakai masker ketika tidur," katanya. Seorang warga lainnya mengatakan sangat mengkhawatirkan anak-anak yang mudah terserang penyakit saluran pernafasan akibat asap pekat ini. Chaidir (41), yang juga warga Pekanbaru, mengatakan ia terpaksa memaksa anak-anaknya untuk memakai masker ketika bermain ke luar rumah. "Anak-anak di perumahan saya, setiap malam main petak umpet semuanya pakai masker. Karena tidak mungkin juga kita melarang terus anak-anak bermain di luar rumah, apalagi sekarang liburan sekolah," katanya. Pemerintah Indonesia menetapkan status Tanggap Darurat Asap di Riau sejak Jumat (21/6) akibat kebakaran lahan dan hutan kian parah. Asap sisa kebakaran juga terbawa angin hingga negera tetangga seperti Singapura dan Malaysia dalam beberapa hari terakhir. |
Perusahaan Malaysia diduga terlibat bakar hutan di Riau Posted: 24 Jun 2013 07:09 PM PDT Jayapura (ANTARA News) - Kasus kebakaran hutan yang hingga kini masih terjadi di Riau diduga melibatkan perusahaan asal Malaysia yang bergerak disektor perkebunan kelapa sawit, kata Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya. Saat ini ada delapan dari 14 perusahaan yang terindikasi melakukan pembakaran hutan adalah milik pengusaha asal Malaysia, ujarnya di Jayapura, Selasa. "Saat ini tim dari Kementrian Lingkungan Hidup masih terus menyelidiki dan mengumpulkan barang bukti sehingga bila nantinya sudah cukup bukti, maka perusahaan itu akan diajukan ke pengadilan," kata mantan Rektor Universitas Cenderawasih itu menegaskan. Dikemukakannya, saat ini tingkat polusi di beberapa kota di Pulau Sumatera sudah di atas ambang batas, bahkan ada yang mencapai 600, yakni di Riau, Batam,dan Bengkalis. Sejumlah kota lainnya di Sumatera saat ini masih diliputi polusi asap tebal dan kabut, seperti juga yang dilaporkan terjadi di negeri jiran Malaysia dan Singapura. Tingginya polusi itu disebabkan kebakaran hutan yang cukup hebat, sehingga menyebabkan kabut asap yang tebal, ujarnya. Ia mengemukakan pula, saat ini segala upaya terus dilakukan untuk memadamkan dan mengatasi kebakaran itu, dan pihaknya akan melakukan serangkaian pembicaraan dengan Menteri Lingkungan Hidup Malaysia dan Singapura secara terpisah di Jakarta. Untuk masa mendatang, ia menyatakan, pemberian izin pemanfaatan kawasan hutan harus lebih selektif guna mengurangi kerusakan lingkungan hidup. "Mudah-mudahan masalah itu dapat segera teratasi," demikian Kambuaya. |
You are subscribed to email updates from ANTARA News - Berita Terkini To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan