Republika Online |
Pakar: Gigi Tidak Beraturan Bisa Dicegah Posted: 30 May 2013 08:44 AM PDT REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar Ortodonti dari Universitas Airlangga Prof drg Thalca Hamid-Agusni MHPED Sp.Ort(K) PhD menyatakan bahwa gigi "mal-oklusi" atau keadaan gigi-geligi yang letaknya tidak beraturan bisa dicegah bila ditangani sejak anak belum berusia lima tahun. Guru Besar ke-410 Unair itu di Surabaya, Kamis (30/5) menyatakan prihatin dengan banyaknya pemakaian behel atau kawat gigi yang tidak tepat, karena memilih memasang behel di sembarang tempat yang tidak ahli. "Jika pemasangan tidak benar, justru estetika rahang dan gigi bisa rusak, apalagi prevalensi maloklusi di Indonesia memang cukup tinggi. Anak-anak dan orang dewasa dengan maloklusi sering diolok-olok, sehingga bisa membawa dampak psikologis seperti kurang percaya diri," kata peneliti yang pernah menjabat sebagai "President Rotary Club Surabaya Central" itu. Ia mengatakan penelitian yang pernah dilakukan pada awal 1990-an menunjukkan 117 dari 302 (39 persen) mengalami oklusi ringan, sedangkan 22 persen mengalami oklusi sedang dan 12 persen mengalami oklusi parah, namun penelitian lanjutan pada 1997 menunjukkan 45 persen dari 2.700 pasien mengalami oklusi parah. "Pemakaian behel itu sangat perlu, tapi bila tidak tepat justru merugikan, karena misalnya menggunakan nikel yang mudah berkarat. Tapi, 80 persen mal-oklusi dapat dicegah sedini mungkin jika sebelum usia lima tahun sudah sering memeriksakan gigi ke dokter. Kalau sejak dini, tentu biaya lebih murah daripada kalau sudah terlanjur akan sangat mahal, karena kondisi gigi masih belum permanen," katanya. Oleh karena itu, ahli ortodonti itu menyarankan ibu, guru, dan keluarga terdekat untuk mengingatkan anak-anak sedini mungkin agar tidak sampai mengalami mal-oklusi, misalnya anak yang sering mengisap jempol, menggigit bibir atau gigi, dan sebagainya. "Jadi, maloklusi itu bisa dicegah sedini ketika pertumbuhan gigi anak masih belum permanen," katanya. |
Rahasia Nasi Balap Ala Pulau Lombok Posted: 30 May 2013 04:40 AM PDT REPUBLIKA.CO.ID, Jika jalan-jalan ke luar kota dan tiba saatnya bersantap, pilihlah menu makanan yang unik agar mendapat pengalaman baru dalam menikmati cita rasa kuliner. Nah, di Pulau Lombok, selain dikenal dengan ayam taliwang dan plencing kangkungnya yang lezat, juga ada menu khas lainnya: nasi balap. Di Rumah Makan Cahaya, Jalan By Pass Bil Praya, Lombok Tengah, persis di seberang gerbang Bandara Internasional Praya, salah satu menunya itu adalah nasi balap. Saat disajikan, tak ubahnya seperti nasi rames: terdiri dari nasi putih, sepotong ayam goreng kampung, tumis buncis, dan kentang goreng kering campur udang rebon. "Tahu kenapa disebut nasi balap?" tanya Aan, pemandu wisata. "Coba ambil sambal di mangkuk itu, pedasnya akan membuat kita ingin terus-menerus memasukkan nasi ke mulut," lanjutnya. Benar juga. Sambal terasi dengan cabe rawit itu pedasnya luar biasa. Warnanya yang kehitaman, bisa mengecoh kita seolah sambil tersebut agak manis. Rasa pedas yang melekat di mulut pun harus berbalapan dengan suapan nasi sebagai penawarnya. |
You are subscribed to email updates from Republika Online - Gaya Hidup RSS Feed To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan