Ahad, 23 Disember 2012

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Tambang di Tanjungpinang mengancam situs sejarah

Posted: 24 Dec 2012 05:53 AM PST

Tanjungpinang (ANTARA News) - Situs sejarah Kerajaan Melayu Riau-Lingga di Batu 8 Kota Tanjungpinang, belakang Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau terancam punah akibat penambangan bauksit.

"Aktivitas penambangan bauksit telah merusak beberapa tapak Kerajaan Melayu. Jika pengerukan bauksit itu dibiarkan situs sejarah itu akan punah," kata budayawan Kepulauan Riau (Kepri), Raja Malik, di Tanjungpinang, Minggu.

Raja Malik beserta beberapa rekan-rekan pecinta dan pelindung situs bersejarah Kerajaan Riau-Lingga, sehari sebelumnya meninjau lokasi penambangan bauksit di sepanjang Sungai Batangan, Sungai Galang dan hulu Sungai Riau yang sudah rusak parah. Lokasi itu merupakan pusat berdirinya Kerajaan Riau-Lingga.

Di sekitar lokasi itu Istana Kota Raja atau Kota Rebah, makam Daeng Celak dan makam Panglima Hitam.

"Situs sejarah melayu yang terancam punah antara lain Istana Kota Raja atau Kota Rebah, makam Daeng Celak dan makam Panglima Hitam. Mau diapakan negeri ini?" kata Raja Malik yang beberapa tahun lalu mendapat penghargaan dari pemerintah pusat sebagai budayawan yang berhasil menyelamatkan aset budaya nasional di Kepri.

Menurut dia, dalam catatan sejarah Kerajaan Riau-Lingga, kawasan yang dirusak pengusaha tambang bauksit memiliki peranan penting di nusantara pada masa lalu. Kawasan itu juga memiliki kenangan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang menyatukan Kepulauan Riau (Kepri) dengan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949.

Raja Malik menceritakan, salah satu tokoh yang menyatukan Kepri dengan RIS adalah Raja Haji Muhamad Yunus Ahmad, yang pernah menjadi salah seorang Komandan Gyu Tai Riau.Raja Haji Muhamad Yunus Ahmad memiliki sekitar 600 orang pemuda tempatan yang menjadi tentara penjaga pulau.

"Dia (Raja Haji Muhamad Yunus Ahmad) adalah kakek saya, yang menyatukan Kepri dengan RIS hingga sekarang. Saat itu, Kepri memiliki dua pilihan yaitu bergabung dengan Malaysia atau RIS," katanya.

(KR-NP/N005)

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Peran nenek mendukung suksesnya pemberian ASI

Posted: 24 Dec 2012 05:50 AM PST

Jakarta (ANTARA News) - Proses menyusui atau pemberian ASI eksklusif dari ibu kepada bayinya, tidak akan berhasil tanpa peran nenek si bayi, kata Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia, Dr. Utami Roesli, SpA, dihadapan 100 pasang nenek dan ibu menyusui dalam talkshow "Ibuku Inspirasiku, a Tribute to NenekASI" di Jakarta, Sabtu.

Mengapa Nenek? Utami yang juga seorang nenek pendukung ASI untuk cucunya ini mengatakan nenek berada di lingkaran terdekat dengan ibu menyusui dan bayi. Selain juga ayah, nenek berperan dalam mendorong sang ibu untuk memberikan ASI kepada cucunya.

"Dukungan orang-orang terdekat dapat memicu produksi hormon oksitosin yang memberikan efek menenangkan pikiran pada ibu menyusui," kata Utami dalam acara yang digelar Asosiasi Ibu Menyususi Indonesia (AIMI) dalam rangka memeringati Hari Ibu, 22 Desember ini

ASI, lanjutnya, terbentuk akibat hormon prolaktin, yang menarik darah dan mengubahnya menjadi air susu ibu di dalam glandula mamae (kelenjar payudara). Sementara hormon prolaktin menyediakan ASI, hormon oksitosin justru membantu mendorong kelenjar agar ASI dapat dikeluarkan melalui payudara.

"Maka para suami dan para nenek, harus mendukung proses laktasi ibu dan bayinya," imbuhnya.

Ketua Umum AIMI Mia Sutanto menambahkan nenek tak perlu risau akan kehilangan waktu untuk berdua bersama cucu apabila sang ibu memberikan ASI.

"Mungkin neneknya merasa kalau menyusui, kesannya jadi nggak butuh nenek, karena si kecil bersama ibunya terus. Neneknya merasa kurang berperan dalam pengasuhan cucu. Padahal tidak demikian," katanya.

Mia berharap melalui kegiatan ini para nenek mendapatkan ilmu terkini mengenai pemberian ASI dan menjadi suporter utama dalam kegiatan menyusui.
 (M048)

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan