Rabu, 25 Julai 2012

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Semburan Gas Mengandung Belerang dan Karbon Monoksida

Posted: 25 Jul 2012 08:00 AM PDT

Semburan Gas Mengandung Belerang dan Karbon Monoksida

Penulis : Alb. Hendriyo Widi Ismanto | Rabu, 25 Juli 2012 | 15:00 WIB

GROBOGAN, KOMPAS.com - Tim Balai Pengelola Sumber Daya Mineral (BPSDM) Wilayah Kendeng Muria mengecek semburan gas, Rabu (25/7/2012). Semburan gas itu dinyatakan tidak berbahaya dan justru direkomendasikan untuk gas rumah tangga.

Kepala BPSDM Wilayah Kendeng Muria Imam Nugraha, di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mengatakan, tim telah meneliti kandungan gas. Gas itu mengandung asam belerang (H2S), karbon monoksida (CO), dan Oksigen (O2).

Jika berada di ruang tertutup, asam belerang dan karbon monoksida bisa membahayakan. Orang yang menghirupnya bisa sesak nafas.

"Namun, lokasi semburan gas ini terbuka sehingga tidak membahayakan. Pasalnya, gas sudah terurai ke alam bebas," kata Imam.

Imam menambahkan, gas itu justru jangan dibiarkan terbuang percuma. Gas harus ditutup, sehingga ke depan bisa dimanfaatkan untuk gas rumah tangga penduduk setempat.

"Kami masih akan meneliti dan mengidentifikasi gas itu secara lebih lanjut, termasuk kandungan yang tersimpan," kata dia.

Sebelumnya, gas itu menyembur dengan sendirinya pada saat sejumlah warga Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, mengebor sumur. Gas itu menyalakan api setinggi dua meter, karena dipantik seorang pengunjung.

Belanja Kedelai Menyusut 90 Persen

Posted: 25 Jul 2012 07:59 AM PDT

Mogok Produksi

Belanja Kedelai Menyusut 90 Persen

Penulis : Didit Putra Erlangga Rahardjo | Rabu, 25 Juli 2012 | 14:59 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com- Menyusul mogok produksi di Sentra Kerajinan Tahu Cibuntu, Kota Bandung, pedagang kedelai juga mengalami imbas dari berhentinya aktivitas para perajin tahu. Penjualan menyusut drastis hingga 90 persen.

Hal itu diakui Dani Talar, seorang pemilik toko kedelai yang berada di dalam lingkungan Cibuntu saat ditemui Rabu (25/7/2012). Pada hari itu, Cibuntu berhenti beraktivitas menyusul gerakan mogok produksi yang menjadi inisiatif dari Pusat Koperasi Perajin Tempe Tahu Indonesia karena memprotes kenaikan harga kedelai yang membumbung tinggi.

Dani mengatakan, penjualan kedelai merosot sejak gerakan mogok produksi diberlakukan. Setiap harinya, dia bisa mengeluarkan 2 ton kedelai tapi hari ini saja dia hanya menjual 200 kilogram.

"Kemungkinan ada perajin yang membeli untuk menyimpan saja. Sewaktu-waktu diproduksi bila keadaan memaksa," kata Dani.

Terlepas kondisi tersebut, Dani malah setuju dengan mogok produksi yang dilakukan para perajin. Dia mengatakan bahwa keberadaan penjual kedelai tidak bisa dilepaskan dari peran perajin hingga pedagang tahu di pasaran. Lonjakan harga kedelai, ungkap Dani, membuat perajin kian terjepit karena keuntungan yang didapatkan kian menipis sementara mereka tidak bisa seenaknya menaikkan harga karena pembeli akan menolaknya.

Editor :

Marcus Suprihadi

Tiada ulasan:

Catat Ulasan