KOMPAS.com - Regional |
Pencinta Benteng Lohayong "Bingung" Posted: 16 Jun 2012 07:47 AM PDT Pencinta Benteng Lohayong "Bingung" Kornelis Kewa Ama Khayam | Fransiskus Sarong | Sabtu, 16 Juni 2012 | 14:47 WIB SOLOR, KOMPAS.com - Para pencinta dan pemerhati benteng Lohayong di Solor, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, tampak bingung dan seakan tak percaya dengan kondisi benteng yang disebut "port Henricus" itu. Puing puing benteng berserakan di bibir pantai, di bukit, dan hancur berantakan di samping rumah warga. Tiga unit meriam ditutupi semak semak belukar. Bongkahan campuran beton itu pun sebagian berada diantara semak semak. Tidak perlindungan dan perhatian pemerintah terhadap benteng peninggalan Portugis yang didirikan tahun 1500-an itu. Alek Sangkono (54) salah satu pengunjung benteng di Kalike, ibu kota Kecamatan Solor Selatan, Pulau Solor, Sabtu (16/6/2012) mengatakan, meski tidak terawat dan hancur berantakan tetapi terus dilakukan pungutan oleh Pemdes setempat dengan alasan peraturan desa. "Saya dipungut Rp 30.000 karena sebagai pengunjung lokal. Tapi turis asing kata kepala desa setempat sekitar Rp 200.000 - Rp 300.000 per orang. Ini rasanya aneh. Pungutan itu untuk apa, kalau kondisi benteng hancur berantakan dan ditutupi hutan seperti itu," kata Sangkono. Ia meminta pemerintah daerah setempat memberi perhatian terhadap benteng itu karena merupakan bagian dari sejarah "Semana Santa" dan wisata religius di daratan Flores. "Sejarah tetap sebagai sejarah. Fakta sejarah jangan dihilangkan. Anak cucu bangsa Solor ingin menyaksikan juga benteng itu. Jangan tinggalkan peninggalan sejarah penying itu , tanpa fakta," katanya. |
Masakan Jawa di Selera Indonesia Posted: 16 Jun 2012 07:38 AM PDT Masakan Jawa di Selera Indonesia Winarto Herusansono | Fransiskus Sarong | Sabtu, 16 Juni 2012 | 14:38 WIB Kompas/Winarto Herusansono Suasana yang santai di salah satu ruangan di RM Selera Indonesia, Semarang, Jawa Tengah TERKAIT: SEMARANG, KOMPAS.com - Tren wisatawan kuliner menggemari masakan khas rumahan ala Jawa, kini berkembang pesat sebagai bisnis rumah makan yang tidak pernah mati. "Masakan khas rumahan seperti sayur lodeh, pepes tahu atau pepes daging, sayur oseng oseng daun pepaya dan sambel goreng ikan teri banyak digemari," kata Haryanto, penggemar kuliner masakan Jawa, Sabtu (16/6/2012) ketika mencoba masakan di rumah makan Selera Indonesia, Jalan Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah. Menempati bangunan tua dan mengambil nuansa rumahan, RM Selera Indonesia yang digawangi pengusaha sekaligus pecinta Bola, Simon Legiman ini, pengunjung dapat mencicipi aneka masakan khas Jawa. Didesain seolah pengunjung seperti di rumah sendiri, tak heran begitu kita masuk ke rumah makan ini langsung disambut meja besar. Di meja besar inilah semua jenis makan an khas Jawa tersedia mirip sajian prasmanan. Beberapa masaan diwadahi panci dari tanah liat dengan tutup khas daun pisang. Untuk nasinya tersedia nasi putih organik atau nasi beras merah. Salah satu menu favorit adalah oseng-oseng kikil, buah nangka di gudeg dengan lauk pelengkap rempeyek udang atau ikan teri serta sambel bawang mentah. Untuk memilih aneka macam masakan khas Jawa itu, pengunjung hanya memerlukan waktu 10 menit saja, jika pilihannya tidak rumit, sebelum makan an disajikan di meja dan pengunjung duduk di kursi antik yang tersedia di dalam RM Selesa Indonesia.
|
You are subscribed to email updates from KOMPAS.com - Regional To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tiada ulasan:
Catat Ulasan